Tiga Guru Bahasa Sunda Raih Hadiah Hardjapamekas 2015

1-1Bandung, UPI

Yayasan Rancage dan Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah Universitas Pendidikan Indonesia kembali memberikan penghargaan Hadiah Hardjapamekas 2015 kepada tiga guru bahasa Sunda, Senin 26 Oktober 2015 di Gedung Ahmad Sanusi Kampus UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Tiga guru bahasa Sunda yang mendapatkan Hadiah Hardjapamekas 2015 tersebut yakni Sriyati dari SDN Hanjuang 5 Bungbulang, Garut, Dadang Nurjaman SMPN 2 Rancabali Kabupaten Bandung, dan Ari Andriansah dari SMAN 1 Ciampel, Karawang.

Menurut ketua pelaksana, Dingding Haerudin mengatakan pemberian hadiah Hardjapamekas ini merupakan acara tahuan yang telah dilakukan sejak tahun 2008. Kegitan ini diprakarsai oleh keluarga Raden Sobri Harjapamekas yang melibatkan Yayasan Rancage dan Program Studi Pendidikan Bahasa Daerah untuk mencari guru bidang studi bahasa Sunda yang memiliki predikat “rancage”.1-2

“Kriteria standar yang menetapkakn sebagai guru rancage adalah memiliki kemampuan empat kompetensi dasar yaitu pedagogik, profesi, sosial dan kepribadian, juga ditunjang oleh kecerdasan moral, spritual, intelektual, emosional, dan kecerdasan sosial”, kata Dingding.

Sebagai guru bahasa Sunda rancage yang kreatif dalam menghasilkan karya, ia menjelaskan bahwa seorang guru harus menjadi dambaan peserta didik, selalu menebarkan kenyamanan bagi masyarakat di sekitarnya, menjadi panutan dan selalu memberikan contoh keteladanan, tidak hanya mengalirkan petatah-petitih kepada anak didiknya, tetapi sanggup menimba kritikan dari peserta didiknya menjadi hikmah yang membuahkan pelajaran dan ilmu pengetahuan.1-3

Selain pemberian penghargaan, Prodi Pendidikan Bahasa Daerah UPI juga mengadakan Konferensi Internasional Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah Indonesia yang diselenggarakan pada 27-28 Ok – tober 2015 di gedung Ahmad Sanusi Kampus UPI, Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung.

Konferensi bertema Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Bahasa Sastra Dan Budaya Daerah, sebagai Pilar Pendidikan Berbasis Etnopedagogik. Menurutnya, peserta yang menyajikan makalah tidak hanya berasal dari Jawa Barat saja, tapi juga Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, dan bahkan Inggris dan Amerika Serikat.

“Tujuan dari konferensi ini selain silaturahim akademik, namun juga kami berembuk bagaimana bahasa daerah itu bisa dikembangjan dan dipelihara oleh masyarakatnya sendiri,” katanya. (Deny)1-4