Tim EKKIP LPPM UPI Lakukan Audiensi, Survei, dan FGD Pendampingan Desa Wisata Tanjungjaya (KEK Tanjung Lesung), Banten

Kamis dan Jum’at, 5 dan 6 Januari 2022, Yuliawan Kasmahidayat dan tim memenuhi undangan dari Desa Wisata Tanjungjaya untuk melakukan audiensi, FGD, sekaligus survei awal dalam kegiatan yang akan dikolaborasikan kedepannya antara Desa Wisata Tanjungjaya (KEK Tanjung Lesung), Pandeglang, Banten dengan Pusat Kajian Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Industri Pariwisata (EKKIP) LPPM serta beberapa bidang terkait di Universitas Pendidikan Indonesia. Pada kunjungan awal ini, LPPM yang diwakili oleh Awang sebagai kepala pusat kajian EKKIP melakukan beberapa kunjungan di daerah Desa Wisata Tanjungjaya terutama yang sesuai dan bersinggungan dengan pusat kajian yang dipimpinnya.

Sebelum kegiatan ini terselenggara, pihak EKKIP sudah melakukan koordinasi dan rapat secara daring melalui Zoom serta diskusi secara langsung pada kesempatan kegiatan pameran Disparbud Banten di Cihampelas Walk. Diskusi dilakukan dengan pihak Desa Wisata Tanjungjaya mengenai penjelasan tujuan kolaborasi ini.

Diskusi awal antara tim EKKIP LPPM dan pihak KEK Tanjung Lesung melalui Zoom (16 November 2022)
Dokumentasi Pribadi oleh Heru Mahmud, 2022
Diskusi lanjutan antara tim EKKIP LPPM dan pihak KEK Tanjung Lesung di Cihampelas Walk
Dokumentasi Pribadi oleh Heru Mahmud, 2022

Tujuan kegiatan ini adalah untuk kolaborasi pengadaan SDM bidang Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Industri Pariwisata khususnya dan beberapa bidang seperti pendidikan dan kesenian yang akan mendukung terselenggara nya kegiatan Pariwisata Berkelanjutan di wilayah KEK Tanjung Lesung itu sendiri. Selain itu, pihak Tanjung Lesung juga sangat

mengharapkan bantuan dari UPI khususnya LPPM untuk bersama-sama mengembangkan SDM (sumber daya manusia) yang baik dalam mengelola paket-paket wisata di sana sehingga dapat menghasilkan serta meningkatkan ekonomi masyarakat setempat.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK Tanjung Lesung) memiliki luas 1.500 hektar dan merupakan KEK Pariwisata pertama dan telah diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo pada tanggal 23 Februari 2015 silam. Meskipun begitu, kawasan ini masih memerlukan perhatian banyak pentahelix stakeholder untuk mendukung dan merealisasikan Tanjung Lesung menjadi kawasan tujuan wisata unggulan di ujung barat pulau Jawa. Tanjung Lesung sempat mengalami keterpurukan dikarenakan bencana tsunami yang menerjang kawasan ini di bulan Desember 2018 lalu. Bencana ini tentu saja mengakibatkan banyak korban jiwa hingga harta benda yang berpengaruh juga terhadap kunjungan wisatawan ke kawasan ini.

Kini, melalui Desa Wisata Tanjungjaya (berkisar 2 km dari KEK Tanjung Lesung) kawasan ini ingin bangkit kembali dan meramaikan khasanah pariwisata di Indonesia. Kang Dani dan Kang Ogel, merupakan salah satu pemuda yang semangat dalam kegiatan pembangkitan pariwisata di kawasan ini. Mereka banyak mencari kolega, partner, serta banyak dukungan dari beberapa pihak stakeholder yang sekiranya dibutuhkan untuk mendukung bangkitnya KEK Tanjung Lesung agar tetap menjadi kawasan Pariwisata Berkelanjutan yang banyak diminati oleh wisatawan. Salah satu bentuk dukungan yang akan dikolaborasikan adalah dari pihak EKKIP LPPM UPI dan juga beberapa pihak di dalamnya.

UPI sendiri diminta menjadi orang tua asuh bagi KEK Tanjung Lesung dalam hal ini berperan sebagai academic stakeholder dalam konsep pentahelix. Kang Dani dan Kang Ogel menjelaskan mengenai konsep orang tua asuh tersebut dengan gamblang dan terang-terangan bahwasanya KEK Tanjung Lesung membutuhkan pendampingan khusus di beberapa bidang yang tentunya sesuai dengan branding UPI itu sendiri yang identik dengan pendidikan. Bidang pertama yang diunggulkan adalah pendidikan di sekitar KEK Tanjung Lesung. Pendidikan di sini sudah sangat memadai dalam kuantitasnya dibuktikan dengan adanya semua tingkatan (TK-SMA) dalam satu Desa. Namun, disamping itu diperlukan pula pemupukan dan juga mental building kepada masyarakat sekitar agar SDM yang ada bisa memaksimalkan potensi- potensi SDA yang akan sangat bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Selanjutnya, dibutuhkan pelatihan SDM dalam bidang bahasa internasional terutama bahasa Inggris, mengingat wisatawan yang berkunjung juga beberapa berasal dari luar negeri. Pihak UPI sendiri sedang mempertimbangkan untuk mengerahkan mahasiswa-mahasiswinya agar dapat melaksanakan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di wilayah KEK Tanjung Lesung yang pastinya akan diprioritaskan

mahasiswa program studi yang berkaitan seperti Pendidikan Bahasa Inggris, Psikologi untuk menjawab tantangan di bidang pendidikan tadi.

Tim EKKIP LPPM berfoto dengan Pak Rizki dan Pak Ale, Kepala Sekolah di SMPS Darma Cahaya Purnama
Dokumentasi Pribadi oleh Heru Mahmud, 2023

Selanjutnya, bidang yang sesuai dengan latar belakang Yuliawan yaitu seni dan budaya. Suatu kawasan wisata akan lebih lengkap jika terdapat atraksi yang dapat menjadi tambahan daya tarik bagi wisatawan selain menyuguhkan pemandangan alam yang menawan. Kesenian khas daerah setempat juga menjadi salah satu produk yang dapat diunggulkan dalam KEK Tanjung Lesung. Beberapa tarian seperti Tari Kembang Tanjung, Tari Dewi Tanjung Lesung, Tari Sunrise of Cikadu perlu untuk dilestarikan dan dikembangkan dalam kemasan yang lebih menarik lagi. Proses latihan berlokasi di sekolah/joglo Tanjungjaya yang dilakukan seminggu sekali. Hanya saja, mereka mengaku bahwa kekurangan wadah (event) untuk mengekspresikan hasil tarian tersebut. Yuliawan sendiri ingin ikut andil dalam pengembangan wisata bidang Seni Budaya yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya, Yuliawan (Awang) ingin mengembangkan tarian yang dikhususkan dan identik dengan KEK Tanjung Lesung seperti badak, lesung, dan lainnya.

Selain seni dan budaya, di KEK Tanjung Lesung ini juga mempunyai kreasi unggulan berupa Batik Cikadu (salah satu kampung di Tanjungjaya). Batik Cikadu ini sudah berjalan aktif sejak 7 tahun lalu dengan mengandalkan pesanan dari beberapa instansi/lembaga sekitar kawasan dalam pembuatan busana batik. Batik yang diproduksi disini adalah batik cap dan tulis dengan beberapa motif unggulan Tanjung Lesung yaitu badak, lesung, dan kembang

tanjung. Dengan sekitar 15 anggota aktif, selain mereka memproduksi batik terkadang mereka juga menyelenggarakan pelatihan praktek pembuatan batik dari kampus atau beberapa sekolah. UPI sendiri terdapat program studi Pendidikan Seni Rupa yang mempelajari proses membatik, sehingga dapat dijadikan acuan serta kolaborasi dari mahasiswa Seni Rupa dengan Kampung Batik Cikadu di Tanjung Lesung.

Perbincangan dengan para penggerak seni budaya dan produksi Batik
Dokumentasi Pribadi oleh Heru Mahmud, 2023

Acara dilanjutkan dengan perbincangan mengenai Seni Pencak Silat di Padepokan Pencak Silat Pancalaga asuhan Abah Munir. Pancalaga disini berarti lima gaya seperti gembrung, jurus 82 dan lain sebagainya. Padepokan ini sudah berdiri sejak tahun 1980-an yang menjadikan pencak silat sebagai beladiri, namun seiring berkembangnya waktu dan zaman, pencak silat di sini juga merambah ke seni (ibing). Selain ibing pencak, Abah Munir juga mengajarkan pencak silat yang terdapat juga jurus debus-jurus khas Banten. Selama ini, Abah Munir menampilkan seni pencak silat ini atas inisasi sendiri dan tidak ada dukungan dari pemerintah setempat. Barulah setelah adanya KEK Tanjung Lesung, padepokan ini sesekali diminta untuk tampil di hadapan para tamu atau wisatawan yang berkunjung. Selain itu, Abah Munir juga terkadang diminta untuk mengajarkan seni pencak silat sebagai materi ekstrakurikuler di sekolah-sekolah sekitar Tanjung Lesung. Yuliawan sebagai insan seni budaya juga ingin memberikan ilmu pencak silat yang selama ini ia ajarkan kepada mahasiswa dalam mata kuliah di Program Studi Pendidikan Seni Tari FPSD UPI. Yuliawan juga berangkat

dari pengalaman dalam mengembangkan jurus silat “nga-guar diri” sehingga ingin berkontribusi serta berkolaborasi dengan Abah Munir dalam pengembangan seni pencak silat di kawasan KEK Tanjung Lesung.

Perbincangan dengan Abah Munir dan siswa Padepokan Pencak Silat Pancalaga
Dokumentasi Pribadi oleh Heru Mahmud, 2023

EKKIP sendiri akan berkolaborasi dengan Pusat Kajian KKN serta beberapa program studi yang berkaitan dengan pengembangan dan pembinaan masyarakat Desa Tanjungjaya- KEK Tanjung Lesung untuk diajarkan bagaimana menjamu tamu atau wisatawan melalui pelayanan dengan bahasa internasional, penyajian kesenian dan kerajinan khas daerah setempat, serta penampilan pencak silat sebagai tambahan daya tarik wisata disini. Kegiatan tersebut menghasilkan rancangan program yang akan dikolaborasikan selama satu tahun ke depan, antara lain : (1) Pendampingan SDM (mental building) untuk bisa memaksimalkan potensi SDA di kawasan KEK Tanjung Lesung, (2) Mengirimkan mahasiswa KKN dan pelaksanaan Penelitian & Pengabdian Dosen di kawasan ini, (3) Membantu mengembangkan wisata seni budaya seperti tarian khas dan pencak silat serta karya batik yang dapat dibanggakan, dan (4) Membantu mengemas event budaya daerah setempat (Purnamaan) menjadi event unggulan KEK Tanjung Lesung.