Trek-trekan, Dilema di Lapangan Brigif Cimahi

Cimahi, UPIphoto 2

Ini dia Kota Cimahi yang dijuluki “kota hijau” karena banyaknya pusat pendidikan militer yang tersebar di dalamnya. Begitu banyak fenomena yang disoroti di tengah kota yang seharusnya sangat amat tertib dari aturan ini, seperti seorang prajurit yang rela mengorbankan nyawanya demi menaati perintah atasannya. Namun nyatanya banyak sekali kegiatan “liar” di tengah kota ini, khusunya di Lapangan Brigif 15 Kujang II. Lapangan ini merupakan salah satu pusat kegiatan TNI, seperti berlatih, merayakan hari raya nasional.

Dan yang unik, lapangan ini tidak hanya menjadi pusat kegiatan berlatih TNI namun diperbolehkan menjadi tempat kegiatan warga, seperti konser band, pusat olah raga warga, sampai jadi ladang usaha warga, seperti jadi tukang parkir, jualan minuman dan makanan sampai mengemis.

Cobalah datang di hari Minggu pagi, lapangan seluas kurang lebih berukuran empat kali lapangan sepak bola ini disulap menjadi pasar kaget, yang benar-benar membuat orang yang datang kaget. Ratusan, bahkan ribuan pedagang berjualan di situ. Banyak barang unik dan langka yang dijual dengan harga bersahabat, banyak juga barang palsu yang dijual, pasar ini merupakan pilihan yang tepat untuk berbelanja, namun berhati-hatilah karena banyak pedagang yang hanya menjadi pedagang pada hari minggu saja dan tentunya tidak dapat diprediksi keahlianya.photo 1

Penyelenggara menyediakan fasilitas untuk warga agar terjadinya hubungan yang baik antara warga dengan TNI. Bila kita berolahraga di sana, kita akan sering melihat para TNI yang berlatih dan ramah terhadap warga. Di samping itu, ada balapan. Anehnya, motor yang kerap dipakai di area balapan juga dipakai di jalan umum yang sangat meresahkan, baik pengguna jalan ataupun pengguna alat transportasi lainnya, karena suara bising yang ditimbulkan dan juga cara mereka membawa motor tersebut yang berpotensi mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Namun tak sampai hanya di situ, coba datang sehari sebelumnya yaitu hari Sabtu, dari kejauhan terdengar suara yang amat keras dan mengganggu. Itulah suara para pembalap “trek-trekan” itu. Dengan motor bebek yang dimodifikasi sedemikian rupa agar sekencang mungkin yang tidak dipertimbangkan keamananya. Mereka mengenakan baju seadanya, pembatas jalan seadanya. Hal yang sangat amat tidak aman di tengah daerah teraman dan tertertib sekota Cimahi itu. Sangat berbahaya. (Alvi Octavian Jeremia, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS, UPI)