Tujuan dan Masa Depan Siswa SMK Lebih Pasti Dibanding dengan Siswa SD, SMP, dan SMA

Bandung, UPI03

Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ibarat orang yang sedang naik kereta api (KA). Saat berada di gerbong KA Argo Wilis jurusan Bandung-Surabaya, maka penumpang sudah jelas tujuannya yaitu menuju ke Surabaya. Jika penumpang Bandung naik KA Parahyangan jurusan Jakarta, maka pasti mereka akan menempuh perjalanan menuju ke Jakarta.

“Maka, saat penumpang naik KA Argo Wilis, mereka tidak perlu bercerita tentang indahnya Taman Impian Jaya Ancol atau Taman Mini Indonesia dan berbagai tempat wisata yang ada di Jakarta. Ketika ke Surayaba, yang lazim dibayangkan adalah indahnya Pantai Kenjeran, panjangnya Jembatan Suramadu, dan berbagai tempat menarik yang ada di Surabaya,” kata Dr. Dadang Hidayat, M.Pd., pengajar pada Prodi Pendidikan Kejuruan dan Teknologi, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, di Bandung, Rabu (20/7/2016).

Menurut Ketua Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPI) Jawa Barat ini, penumpang Argo Wilis yang tengah menuju ke Surabaya juga tidak perlu membayangkan indah dan sejuknya lingkungan di Puncak, Cipanas. Sebab, orang yang tengah menuju Surabaya, sementara pikiran dan hatinya ada di Jakarta dan sekitarnya, maka dia tidak bisa focus. Bahkan, saat sampai Surabaya pun, dia tidak bisa menikmati indahnya tinggal di Kota Pahlawan itu.ka

“Seseorang yang memilih sekolah di SMK, maka dia harus tahu ke depan akan menjadi apa. Maka, orang yang mau belajar di SMK, mereka perlu diawali dari tes minat dan bakat. Dengan tes ini, setidaknya mereka terbantu pemahaman dirinya bahwa dia memang sebaiknya harus memilih pekerjaan tertentu,” ujar Dadang Hidayat.

Dengan menentukan jenis pekerjaan, maka mereka dapat menentukan pula cara yang tepat menempuhnya. Ibarat orang mau ke Surabaya, maka dia sudah dapat menentukan KA yang akan mengantarnya ke Surabaya tersebut, misalnya menggunakan KA Argo Wilis itu. Sementara kalau sudah sampai ke Surabaya, dia sudah dapat menentukan akan tinggal di mana dan akan menuju tempat yang sudah pasti. Dengan demikian, mereka dapat menikmati perjalanan ke Surabaya dengan sepenuh hati.

“Demikian pula seseorang yang sudah memilih SMK, maka siswa tersebut sudah tahu akan menjadi apa kelak kalau sudah tamat. Dia juga tahu bagaimana menamatkan sekolah tersebut, serta mengetahui pekerjaan yang akan menjadi profesinya. Dengan demikian, mereka dapat menikmatinya sekolah yang dipilihnya, dan akan fokus berkarier pada ilmu yag sudah pelajari, serta istiqamah bekerja sesuai dengan minat dan bakatnya. Cara demikian, insya Allah, siswa mudah mencapai sukses,” kata Dadang Hidayat.

Guru Bimbingan dan Konseling (BK) yang membimbing karier siswa di SD, SMP, dan SMA berbeda dengan guru BK di SMK, kata Dadang Hidayat selanjutnya. Guru BK di SD, SMP, dan SMA ibaratnya menggambarkan anak masih berada di rumah, mungkin di ruang makan atau di kamar tidur. Mereka masih sekadar mengobrol tentang agenda kegiatan besok hari.

“Mereka masih sekadar bercerita dan bisa jadi bisa tidak berangkat, bisa berubah tujuannya. Misanya, yang tadinya sangat ingin piknik ke Yogyakarta, akhirnya bisa tidak jadi atau berubah tujuan ingin ke Ancol Jakarta. Saat masih SD, SMP, dan SMA, mereka mempunyai kesempatan memilih dari yang tadinya bercita-cita ingin menjadi dokter berubah menjadi pengacara, atau apa pun sepanjang itu didukung oleh minat dan bakat,” kata Dadang Hidayat.

Jika seseorang sudah jelas tujuan hidupnya dan sudah dapat ditentukan profesi yang dipilihnya kelak, maka guru yang akan mengajarnya pun sudah dapat dipastikan. Maka yang paling baik agar mereka berhasil, siswa SMK harus dipilihkan guru terbaik yang dapat mengantarkan siswa ke jenjang kehidupan yang sukses di kemudian hari. (WAS)