UPI Bersama 22 Perguruan Tinggi di Jawa Barat dan DKI Jakarta Bahu Membahu Tuntaskan Masalah Citarum

Bandung, UPI

FGD Perencanaan dan Pelaksanaan KKN Tematik Citarum Harum Multihelix ini harus menjadi prioritas karena dalam pelaksanaan program KKN Tematik Citarum Harum yang sudah berlangsung sebelumnya terdapat bebarapa kekurangan. Oleh karena itu, diperlukan maping terhadap permasalahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Diharapkan, yang menjadi kekurangan tersebut tidak terjadi lagi, semua sudah satu suara. Maping dilakukan untuk mengetahui disiplin ilmu apa saja yang sesuai dengan permasalahan Citarum. Dengan demikian, mahasiswa bisa lebih mudah dan fokus didalam mengaplikasikan ilmunya sesuai dengan teori yang dipelajarinya di bangku kuliah.

Pernyataan tersebut disampaikan Pabandya Bakti TNI Staf Teritorial Kodam (Star Dam) lll/Siliwangi Mayor Infanteri Himawan Adi Sutanto dalam sebuah wawancara di sela-sela kegiatan FGD Perencanaan dan Pelaksanaan KKN Tematik Citarum Harum Multihelix dalam rangka meningkatkan sinergi komponen multihelix untuk mengimplementasikan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. FGD diselenggarakan di Ruang Rapat LPPM UPI Lantai 1 Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Senin (7/10/2019).

Lebih lanjut dijelaskan,”Para mahasiswa diharapkan dapat mewadahi 6 permasalahan utama Citarum, mulai dari lahan kritis, limbah domestik, sampah domestik, limbah industri, penegakan hukum, hingga penertiban KCA, utamanya adalah mengedukasi merubah mindset masyarakat di sekitar DAS Citarum. Pendekatan yang dilakukan mahasiswa dinilai lebih halus dibanding pendekatan secara militer, sehingga mereka bisa dengan mudah melakukan pengkondisian. Kondisi terbaru di DAS Citarum kini sudah mulai terlihat adanya perubahan, mereka sudah mulai melakukan inisiatif untuk merubah sungai sesuai dengan fungsinya. UPI kami nilai sangat kooperatif, selalu mendukung dalam setiap kegiatan Kodam lll/Siliwangi.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Kepala Seksi Kurikulum Pendidikan Akademik Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Eni Susanti, ST, M.Si., yang hadir mewakili Direktur Pembelajaran Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP., menjelaskan bahwa dalam FGD ini kita mendengarkan paparan dari Satgas Citarum Harum, dalam keterangannya masih ada beberapa lokasi yang membutuhkan sentuhan para mahasiswa, dan perguruan tinggi berperan melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Diungkapkannya,”Citarum Harum merupakan program nasional, oleh karena itu Pelaksana Harian Satgas Citarum Harum mengharapkan semua pihak yang terlibat bisa mengambil perannya masing-masing di dalam menangani Citarum Harum dalam rangka memulihkan kondisi sungai. Dalam kesempatan yang sama Kemenristekdikti juga menghimbau kepada seluruh perguruan tinggi yang terlibat harus bisa mengambil peran melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi tersebut. Salah satu upayanya yaitu menerjunkan mahasiswa maupun dosen melalui penelitiannya di 22 sektor Satgas Citarum Harum.”

Mereka-mereka yang dimaksud, ungkapnya, diharapkan bisa mengedukasi masyarakat dengan menerapkan pola hidup sehat dan bersih, mampu mengelola sampah yang baik seperti memilah dan mendaur ulang sampahnya. Masyarakat di DAS Citarum rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang relatih masih rendah, sehingga pengetahuan tentang penyebab kawasan tersebut rusak masih kurang. Maka dari itu, perlu diberikan edukasi untuk memulihkan kondisi DAS tersebut.

“Dengan pulihnya kondisi sungai Citarum, maka akan membawa efek domino, contohnya mulai dari sisi ekonomi, sosial, hingga kesehatan akan kembali membaik. Untuk diketahui saat ini terjadi stunting di wilayah DAS. Kemenristekdikti menilai penanganan DAS Citarum sudah menunjukan kemajuan yang cukup signifikan kearah yang lenih baik. Kedepannya, diharapkan kita lebih fokus pada perubahan sikap dan mental masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai. Ini dilakukan bukan hanya kepada masyarakat saja tetapi kepada industri-industri yang ada di DAS Ciatrum,” katanya.

Pemanfaatan Citarum menjadi tempat wisata air sudah mulai diinisiasi oleh Universitas Suryakancana (UNSUR) Cianjur. Mereka memulainya dengan membuat embrio wisata air/sungai. Dengan adanya tempat wisata tersebut, diharapkan akan memndorong masyarakat untuk terus menjaga kebersihan lingkungannya agar banyak dikunjungi wisatawan.

Diungkapkannya,”Kemenristekdikti berkomitmen memberikan stimulus berupa hibah dana pendidikan kepada mereka yang peduli terhadap penanganan Citarum. Stimulus tersebut diharapkan dapat membuat perguruan tinggi menjadi mandiri dalam menjalankan program ini. Sebanyak Rp 3,5 Milyar disiapkan Kemenristekdikti untuk dibagi ke dalam beberapa program, yaitu program yang menggerakan KKN Tematik Citarum Harum, membuat responsive program terhadap kerusakan lingkungan yang akan masuk ke dalam kurikulum sebagai indikator capaian pembelajaran, dan membuat inovasi pembelajaran dalam rangka pemberdayaan potensi di sekitar Citarum.”

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) selaku koordinator kegiatan bekerjasama dengan Direktorat Pembelajaran Kemahasiswaan Kemenristekdikti menghadirkan sejumlah narasumber untuk mementakan kebutuhan di DAS Citarum. (dodiangga)