UPI dan Unesco Buka Peluang Kerjasama dalam Bidang Riset, Komunikasi dan Pendidikan di Prancis

 

 

2Paris, UPI

Keberadaan UPI dalam urutan perguruan tinggi dunia memang masih terus diupayakan untuk mampu menembus minimal rangking 500 atau menjadi PT 500 besar dunia, dengan demikian salah satu upaya yang harus dilakukan oleh semua civitas akdemika, termasuk oleh para dosen diantaranya melakukan penelitian dan penulisan publikasi ilmiah.

Tentunya baik penelitian maupun publikasi ilmiah tersebut harus memiliki standar internasional. Standar internasional tersebut salah satunya adalah standar dalam melakukan penelitian kerjasama dengan universitas luar negeri. Dengan demikian para dosen yang akan menulis karya tulis ilmiahnya, jika ingin menempatkan dirinya sebagai penulis tingkat dunia dan juga membawa prestasi UPI hingga menembus kelas dunia maka ia harus mampu melakukan “Relationship” dengan sejumlah kolega ataupun mitra risetnya dari sejumlah universitas yang ada di luar negeri, tanpa kecuali.1

Mungkin saja dosen yang bersangkutan bisa menempatkan dirinya sebagai ketua peneliti ataupun anggota peneliti. Setelah mereka mampu melakukan korespondensi dengan mitra risetnya dari universitas dari luar negeri maka tentunya riset yang akan dilakukan minimal akan teruji dalam sebuah konferensi ataupum symposium dan seminar yang banyak sekali diselenggarakan di luar negeri atau universitas-universitas bereputasi dunia, demikian juga dengan konferensi, seminar dan symposium yang diselenggarkaan di dalam negeripun jika memang itu mampu mendatangkan para penulis dari universitas penjuru dunia, maka tidak menutup kemungkinan tetap akan mampu menaikan derajat dan kebanggaan lembaga dimana dosen UPI bertugas.

Dalam rangka mendorong dan memediasi para dosen UPI agar mereka mampu melakukan kerjasama riset, seminar, symposium, dan publikasi bersama baik sebagai penulis maupun sebagai pengelola, maka diantaranya UPI harus mampu membuka peluang, memberikan fasilitasi dan motivasi kepada seluruh dosen yang ada sekarang ini.

Jika penulis amati selama ini, memang sudah banyak program-program yang dibentangkan kepada para dosen peneliti, seperti program insentif, program kemitraan PPL luar negeri, KKN luar negeri, pengelolaan publikasi jurnal luar negeri bahkan terindeks Scopus, serta kegiatan-kegiatan kemitraan lainnya yang bernuansakan kerjasama dengan universitas luar negeri. Namun untuk ke depannya data dan capaian sekarang ini tidak akan terus berkembang dengan sendirinya tanpa adanya kerja keras, semangat dan perjuangan gigih serta tingkat kemandirian dan keberanian dari dosen untuk mampu menembus segala tantangan termasuk prosedur, beban waktu, biaya, keterbatasan kolega, dan tantangan serta resiko lainnya yang harus dipenuhi dan dihadapi. Jika semua itu telah tertanam kepada seluruh dosen UPI atau minimal 60% dosen UPI atau sekitar 800 dosen UPI mampu mengusung 1 judul dalam setahun dan 400 judul adalah riset kerjasama luar negeri  maka UPI akan mampu mengalahkan negara-negara Asean lainnya, mengingat negera-negara tetangga , mereka menambahkan jumlah karya tulis ilmiah tingkat dunianya ini dengan cara mengambil dari karya para mahasiswanya seperti artikel dari skripsi, tesis, dan disertasi.

Fenomena yang mungkin nanti akan dirasakan oleh UPI di masa yang akan datang harus dirancang dimulai dari sekarang, dimulai dari Bapak/Ibu ketika membaca tulisan ini, atau ada banyak para dosen UPI yang sudah memulainya, mereka harus didorong, dimotivasi, dan dinaungi dengan “Legal Standing” yang jelas dan kuat serta didukung oleh semua pihak. Penulis yakin bahwa apa yang sudah dilakukan sekarang baik secara personal dosen yang berprestasi dan mampu mendukung program Kemenristek Dikti melalui PKLN, Riset Kerjama Luar Negeri dan juga program lainnya yang sudah ditembus oleh para dosen akan yakin mampu membawa nama besar UPI dikancah dunia. Namun demikian perlu ditegaskan lagi bahwa payung kebijakan dan upaya menjalin kerjasama antara UPI dengan sejumlah universitas luar negeri harus terus ditambah. Sebagai contoh universitas di Prancis yang memiliki 8 kampus di penjuru kota besarnya mereka mampu menjalin kerjasama baik dengan universitas lain di dunia maupun dengan sejumlah industry yang akan memakai produk hasil riset mereka rata-rata dalam setahun adalah 600 kerjasama yang bisa dilakukan. Bahkan menurut seorang Laboran dari Faculty Science and Engineering Paris University (28 Oktober 2016) ketika penulis kunjungi mengatakan Prodinya biasa melakukan kerjasama dan memperluas program kemitraan baik dengan universitas yang setara, dibawah maupun diatasnya dari aspek reputasi rata-rata 100 kerjasama.  Ini luar biasa dan akan menjadi motivasi khususnya bagi penulis sendiri.

4Dalam konteks upaya kerjasama ini tentunya produk riset yang dihasilkan setiap semesternya harus dipresentasikan pada sejumlah konferensi, seminar, symposium tingkat dunia, sebagaimana yang telah diprogramkan oleh UPI melalui LPPM selama ini. Ada beberapa dosen UPI yang sudah mampu melakukan hal tersebut, semoga dimasa yang akan datang dapat terus bertambah. Pada tulisan ini penulis ingin menyampaikan sedikit pengalaman berkenaan dengan upaya-upaya tersebut baik sebagai pendidik maupun sebagai salah satu peneliti yang mencoba melakukan apa yang wajib dilakukan dalam konteks membangun universitas tingkat dunia. Langkah yang pertama telah kami lakukan baik secara kelompok maupun individu mulai dari pengajuan proposal riset sebagaimana keumuman para dosen lainnya di UPI. Selanjutnya kami melaksanakan riset khususnya dengan skema penelitian kemitraan luar negeri. Walaupun dengan segala keterbatasan yang kami miliki, namun kami mencoba melakukannya. Selanjutnya setelah penelitian selesai maka kami menuliskan artikelnya untuk disubmit ke salah satu symposium internasional yaitu ORBICOMM–Unesco yang kebetulan tahun ini pelaksanaannya di Universitas Paris. Sebelum keberangkatan kami, maka kami pun mencoba membangun suatu subfolder kelompok kepakaran diantara kami yang memiliki ide dan waktu untuk merumuskan program kerjasama dengan mencoba menuliskan draft MoU antara UPI dalam hal ini BPPU yang beranggotakan para doktor berpotensi yang dimiliki UPI selama ini. Alhasil proposal dengan program prosfectus yang bersisi kesiapaan UPI dalam menggalang kerjasama dengan UNESCO berhasil kami susun, khususnya sumbangan pemikiran dari Dr. Hj. Yayah, M.Pd (Mantan Direktur Direktorat SDM UPI), Dr. Enjang Alinurdin, M. Kom (Mantan Kaprodi Pendolkom–MIPA UPI), Dr. Yuyus Suherman, M.Si (Pemikiran dan Laboran berpotensi dari PLB FIP), serta Dr. Dian Rahadian, M.Pd (Pemikiran dan Doktor Muda dari FPOK). Dokumen tersebut penulis coba lengkapi dengan draft naskah MoU antara UPI dengan Unesco.3

Setelah keberangkatan tim kami maka naskah dari kawan kawan BPPU tersebut kami lengkapi dengan draft Naskah MoU dan kami sampaikan kepada salah satu tanggung jawab program kerjasama bidang Science, Communication and Education yaitu Prof. Fackson Band. Demikian juga dengan persiapan kami untuk memaparkan hasil riset kami tentang “Digital communication competence in improving competences in learning Resources of Educational actors in indonesia” telah kami persiapkan dengan baik. Dari hasil penelitian yang telah dipresentasikan pada symposium tersebut, peneliti memperoleh temuan mengenai kompetensi guru di era human digital, yaitu mencakup: (1) kompetensi pengetahuan digital; (2) kompetensi dalam mendesain dna mengembangan kemampuab komunikasi digital; dan (3) kemampuan dalam membangun relationship. Sesuai dengan jadwal presentasi kami maka kami mencoba untuk menyampaikan hasil riset kami. Selama proses presentasi berjalan para audien ORBICOMM Conference cukup memberikan apresiasi atas presentasi makalah hasil riset kami, namun dibalik itu juga masih ada kritik membangun yang kami terima khususnya mengenai produk riset yang harus berkelanjutan dan bernilai jual industri. Ini tantangan untuk tim kami, khususnya para peneliti dalam bidang Sosial Humaniora dan Pendidikan. Mengingat ketiga bidang tersebut tidak terlalu banyak untuk dapat menghasilkan produk riset yang sifatnya hardware atau langsung berhubungan dengan produk industri. Namun kami berikan alasan mengenai hal tersebut bahwa produk riset dalam bidang sosial, pendidikan dan humaniora justru akan menjadi dan harus menjadi dasar sebagai input dalam riset kebijkaan industri, demikian halnya dengan riset pendidikan, maka bidang ini akan mampu memberikan masukan dalam membangun karakter, kompetensi, dan penanaman nilai-nilai kemanusiaan di jaman yang serba digital dan automatisasi ini.  Setelah kami menyampaikan argumentasi tersebut maka audien termasuk presiden Orbicomm memberikan apresiasi dalam hal ini. Sebagai bentuk apresiasi dari hasil paparan kami, maka symposium Orbicomm di tahun 2017 nanti akan bertempat di Jakarta.

Setelah kami memaparkan hasil riset dan cukup memperoleh sambutan yang positif, maka kami mendekati perwakilan presdien Unesco untuk Indonesia yaitu Prof. Fackson Banda, beliau menegaskan siap berjumpa di Jakarta dan segera akan mereview dokumen yang telah kami sampaikan kepadanya di hari pertama acara Symposium Orbicomm yang ke-5 tersebut. Di akhir kegiatan kami pada hari yang ke-3 ada sejumlah evaluasi yang masih harus ditingkatkan, diantranya: (a) mutu dari riset dibidang pendidikan, sosial atau humaniora yang harus lebih kreatif di dalam merumuskan dasar-dasar teori yang mungkin bisa dihasilkan melalui riset jenis tersebut; (b) mitra industri dalam hal ini mitra yang berkaitan dengan relasi kebijakan industri dalam mempersiapkan sumber daya manusia; (c) Multi tahun dalam pembiayaan riset; (d) kemampuan untuk melakukan diseminasi melalui publikasi yang terindeks scopus melalui kemitraan dengan organisasi internasional seperti publisher internasional. Salam satu peluang yang dapat dilakukan diantaranya dengan Orbicomm, Scopus, Reteur, Thomson.

Dengan upaya mempresentasikan hasil riset yang dilakukan oleh tim peneliti sebagai delegasi dari Indonesia dalam hal ini UPI, maka tindak lanjut yang telah dirancang baik dalam konteks kerjasama sejumlah kegiatan yang ditawarkan maupun kegiatan Riset Kolaboratif, diharapkan UPI akan lebih banyak peluang untuk meningkatkan prestasinya. Dengan demikian apa  yang telah mampu dicapai  oleh UPI selama ini dapat dijadikan dasar keberhasilan dalam mendaftarkan sejumlah publikasi jurnalnya dengan parameter yang lebih baik. Semoga ke depan dapat bertambah yang memiliki parameter internasional bereputasi tinggi menuju Research Based University. (Deni Darmawan)