UPI Tambah 3 Guru Besar

“GELAR GURU BESAR SEBAGAI HUMAN JUDGMENT DAN HUMAN RESPONSIBILITY”

Bandung, UPI

Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. H. Furqon, Ph.D., didampingi jajaran pimpinan universitas menyerahkan Surat Keputusan Pengangkatan Jabatan Akademik Profesor atau Guru Besar kepada Dr. Yudha Munajat Saputra, M.Ed., Dr. Suwatno, M.Si., dan Dr. Memen Kustiawan, S.E., Ak., M.Si., CA., di Gedung Partere Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Kamis (12/01/2016).

Rektor menjelaskan,”Pengangkatan jabatan akademik Guru Besar kepada ketiganya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 101233/A2.3/KP/2016, atas nama Dr. Yudha Munajat Saputra, M.Ed., diangkat dalam jabatan akademik/fungsional dosen sebagai Profesor/Guru Besar dalam bidang ilmu Pendidikan Keolahragaan; Dr. Suwatno, M.Si., diangkat dalam jabatan akademik/fungsional dosen sebagai Profesor/Guru Besar dalam bidang ilmu Komunikasi Organisasi dengan SK Nomor 101232/A2.3/KP/2016, serta Dr. Memen Kustiawan, S.E., Ak., M.Si., CA., diangkat dalam jabatan akademik/fungsional dosen sebagai Profesor/Guru Besar dalam bidang ilmu Akuntansi, berdasarkan SK Nomor 101243/A2.3/KP/2016.”

Perlu diketahui, penambahan guru besar ini adalah merupakan tujuan antara, ujarnya. Pencapaian utamanya adalah menjadikan UPI yang a leading and outstanding university, world class university, dan masuk dalam tataran top universities dalam bidang pendidikan, dan hal yang paling utama lainnya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan mutu pendidikan di tanah air.

“Saya ingatkan, sebagai guru besar hendaknya dapat memberikan kontribusi bagi universitas dan negara, jangan sampai menjadi menara gading. Nantinya, kebijakan-kebijakan pemerintah dapat diwarnai oleh pemikiran para akademisi,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa gelar profesor atau guru besar ini tidak akan berarti bila tidak dipergunakan untuk membela kebenaran. Keidealismean seorang guru besar harus mampu mempengaruhi kehidupan masyarakat dengan ilmunya. Gelar guru besar sebagai human judgment dan human responsibility. Ditargetkan, hingga 2020 UPI mempunyai 125 guru besar, dan sepanjang tahun 2017 diharapkan lahir lagi 11 orang guru besar baru. Ini hanya masalah pada prioritas bagi setiap individu, dan guru besar sangat penting bagi profesionalitas.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ketua Senat Akademik UPI Prof. Dr. Didi Suryadi, M.Ed., mengatakan selamat datang di komunitas guru besar, ini sebagai tanda bahwa UPI produktif. “Guru besar adalah Mereka yang memiliki sifat penerobos, seorang filsuf, orang yang berani masuk dan menerobos pakem keilmuan yang sudah ada sebelumnya. Kehadiran guru besar baru akan memberikan kesempatan atau peluang bagi UPI untuk mewujudkan world class university, syaratnya harus memiliki intellectual talent, memiliki kemampuan menerobos keilmuan yang sudah ada, dan mampu menyumbang pemiikiran kepada dunia.”

Guru besar adalah seseorang yang memberikan kontribusi kepada masyarakat, katanya, bukan orang yang hanya sekedar memenuhi syarat administrasi untuk menjadi guru besar. Bagaimana hasil riset yang dilakukannya dapat memberikan perubahan terhadap kehidupan masyarakat. Hasil riset dipergunakan untuk merubah dunia.

“Secara kualitas, sumber daya manusia UPI sangat luar biasa, mampu menggerakan civitas akademika untuk membangun keilmuan yang digelutinya. Guru besar merupakan awal pergerakan untuk membangun dan mewujudkan visi misi UPI, bukan akhir dari pergerakan,” pungkasnya.

Ditemui usai menerima surat keputusan, Prof. Dr. Yudha Munajat Saputra, M.Ed., menjelaskan,”Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh civitas akademika baik di lingkungan fakultas maupun universitas atas kepercayaan yang telah diberikan. Gelar ini merupakan pencapaian tertinggi bagi seorang dosen, dan ini sangat luar biasa, saya sudah mengupayakannya sejak 6 tahun yang lalu. Saya berharap, ilmu yang saya pahami dapat mewarnai ilmu pendidikan keolahragaan.”

Kedua, lanjutnya, saya akan baktikan ilmu saya untuk kemajuan universitas, dan terus melakukan riset untuk melahirkan karya baru sebanyak-banyaknya. Diharapkan, UPI menjadi universitas kelas dunia dalam bidang pendidikan.

“Saat ini di lingkungan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) masih sangat sedikit kuantitas guru besarnya, semoga dengan pencapaian ini bisa menjadikan FPOK lebih maju dan memberikan rasio yang seimbang dengan jumlah mahasiswa, serta diharapkan dapat memotivasi teman-teman yang lain,” ujarnya.

FPOK keilmuannya sangat khas, ujarnya, karena itu untuk mempelajarinya diperlukan sebuah usaha yang fokus. Sejak beberapa tahun yang lalu ketika saya menjadi ketua forum dekan olah raga se-Indonesia, FPOK UPI menjadi kiblat bagi universitas lain karena kita dirasakan lebih unggul. Indikatornya, dalam setiap perhelatan nasional maupun internasional kita selalu mengupayakan kontribusi yang positif dengan menghadirkan atlit, wasit, official, dan perangkat olah raga lainnya dengan kualitas yang dapat diandalkan.

Hal serupa diungkapkan oleh Prof. Dr. Suwatno, M.Si., dikatakannya,”Kepakaran saya dalam bidang Komunikasi organisasi diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di semua tingkatan, baik sarjana, magister, maupun doktoral. Hasil riset yang telah saya lakukan diharapkan bisa diimplementasikan untuk kemaslahatan umat, sehingga guru besar itu bukan hanya sebagai menara gading tetapi jelas kontribusinya pada masyarakat. Kemudian, bagaimana sebuah riset komunikasi organisasi berkontribusi untuk meningkatkan jumlah jurnal internasional terindeks, ini penting untuk meningkatkan peringkat universitas.”

Penyerahan surat keputusan ini merupakan awal dari pemikiran yang strategis untuk kemajuan UPI pada khusunya dan bangsa pada umunya, ujarnya. Diharapkan, semoga dengan diperolehnya jabatan akademik profesor ini akan memotivasi teman-teman yang sedang melakukan proses menuju guru besarnya untuk terus berkarya, terus melakukan riset, dan menulis buku serta artikel populer sehingga pemikirannya dapat tesebar di masyarakat dan bermanfaat.

Sementara itu, Prof. Dr. Memen Kustiawan, S.E., Ak., M.Si., CA., mengungkapkan, melalui kepakarannya di bidang akuntansi, secara bertahap akan mengembangkan dan membangun ilmu akuntansi untuk mendidik sumber daya manusia akuntasi di jenjang magister, dan doktoral, serta melahirkan profesi akuntan, karena saat ini di Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) belum memiliki hal tersebut.

Lebih lanjut dikatakan,”Melalui kepakaran dan pengalaman saya sebagai auditor dan akuntan  diharapkan dapat menunjang untuk mengaktualisasikan diri dalam rangka memajukan ilmu akuntasi, saya harus mampu untuk melakukan transfer knowledge, dan mampu untuk membina junior. Hal tersebut dilakukan demi terwujudnya UPI sebagai universitas yang ilmiah edukatif, dan religius. Komitmen tersebut harus tercatat, karena segala sesuatu yang akan dilakukan harus tercatat dan masuk dalam kategori hutang, itulah dasar sebagai seorang akuntan. Itu pula yang melandasi saya sebagai guru besar dalam mengamalkan ilmu.” (dodiangga/andri)