Jam Matahari, Media untuk Mendidik Anak Andalan Nenek Moyang

Bandung, UPI

Sundial atau jam matahari merupakan sebuah kearifan lokal, lahir sejak zaman nenek moyang. Nenek moyang kita adalah seorang jenius yang bisa mengamati gejala-gejala fenomena alam. Jam matahari bisa memberikan kesadaraan tentang waktu. Orang tua berpatokan pada waktu terkait dengan bagaimana mendidik anak-anaknya, ini saya pernah alami pada masa kecil.

Pernyataan tersebut diungkapkan Kepala Museum Pendidikan Nasional Universitas Pendidikan Indonesia (Museum DIKNAS UPI) Dr. Lely Yulifar, M.Pd., yang diwawancarai usai peresmian Human Sundial Park oleh Rektor UPI Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., didampingi Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Organisasi, dan Sistem Informasi Prof. Dr. Bunyamin Maftuh, M.Pd., M.A., dan Dekan-dekan di UPI. Kegiatan berlangsung di Gedung Museum DIKNAS UPI Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Kamis (04/11/2021).

Sundial dibuat oleh Tim Sundial Museum DIKNAS UPI yang terdiri dari Dr. Lely Yulifar, M.Pd., Astronomy Dr. Judhistira Aria U, M.Si., Science Education Arif Hidayat, M.Si. Ph.D., Ed., dan Architect Agus Susanto, S.Si.

Lebih lanjut dijelaskan,”Contohnya, ketika waktu memasuki maghrib, kemudian orang tua mengingatkan tentang adanya Sandekala yaitu sesuatu yang menakutkan dan berbahaya, dalam mitos masyarakat Sunda itu adalah sejenis bangsa jin, datang ketika pergantian sore dan malam untuk mengganggu anak kecil yang masih bermain di luar rumah. Dengan demikian, orang tua dengan sigap menyuruh anak-anaknya untuk segera masuk ke dalam rumah.”

Namun, ungkapnya lagi, jika dilihat dari kaca mata science atau keilmuan, waktu-waktu di sore hari menjelang maghrib atau pergantian sore dan malam, ada angin yang berhembus kencang yang membawa virus, dan akan menjadi penyakit jika terpapar kepada tubuh kita yang sedang lemah.

“Berdasarkan beberapa sudut pandang, baik itu dari segi kearifan lokal, agama, dan science itu klop. Informasi inilah yang ingin disampaikan kepada generasi muda, dimana mereka bisa berinteraksi dengan matahari menggunakan tubuhnya, dimana bayangan tubuhnya jatuh, sekaligus mereka belajar tentang rasi bintang,” jelasnya.

Keberadaan human sundial park ini, katanya lagi, tujuannya adalah untuk meningkatkan nilai estetik dan integrasi histori dan sains dalam rangka menarik minat masyarakat untuk mengenal Museum Pendidikan Nasional. bisa dimanfaatkan oleh semua golongan umur dan dari berbagai macam kalangan, tapi tentunya sekuelnya berbeda, educator museum nanti yang akan mengarahkannya. Ini juga sangat dekat korelasinya dengan Program Merdeka Belajar – Kampus Merdeka atau MBKM.

Semetara itu dalam yang kesempatan, Rektor UPI Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., menegaskan bahwa UPI sedang melakukan revitalisasi museum dengan berbagai macam upaya. Pembangunan human sundial park atau jam matahari menjadi salah satunya. Revitalisasi sebagai bentuk peningkatan eksistensi Museum Pendidikan Nasional dalam bidang iptek dan tempat rekreasi yang edukatif.

“Diharapkan kehadirannya melengkapi apa yang sudah dikoleksi oleh Museum Pendidikan Nasional. Saya melihat ini sangat penting, bisa menghubungkan kita dengan sejarah masa lalu tentang waktu. Sundial atau jam matahari merupakan alat sederhana penunjuk kiblat, diharapkan masyarakat dapat merasakan sensasi kembali ke zaman Yunani kuno (3500 SM),” harapnya.

Keberadaan sundial park atau jam matahari ini terkait dengan keilmuan, tegasnya. Ini merupakan salah satu pembuktian bahwa orang tua kita ternyata telah melakukan upaya yang luar biasa, yang memiliki kesadaran akan pentingnya waktu. Jam matahari sangat besar artinya dan besar manfaatnya pada masa itu.

Diungkapkannya,”Ini juga menjadi salah satu daya tarik bagi masyarakat untuk mengunjungi museum dan menjadi sumber belajar hands on atau sifatnya langsung, para peserta didik bisa langsung mempelajarinya di lokasi.” (dodiangga)