Balqiest Belma, Relawan Terbaik dalam (VTIC) Cycle 7 di Malaysia
|Bandung, UPI
Balqiest Belma, Mahasiswi Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam, FPIPS UPI menjadi peserta terbaik versi voting relawan dalam kegiatan Volunteerism Teaching Indonesian Children (VTIC) Cycle 7 yang diselenggarakan pada tanggal 5-25 Agustus 2019 di Johor Bahru, Malaysia. Kegiatan tersebut adalah kegiatan mengabdi dan mengajar anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bersekolah di Comunity Learning Center (CLC) Sarawak dan Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB), Malaysia. Tujuan dari program ini adalah mencerdaskan anak bangsa dan pemberantasan buta aksara pada anak-anak PMI yang berada di luar Indonesia, mengenalkan Indonesia, memberikan semangat juang juga motivasi anak-anak PMI yang berada di luar Indonesia untuk tetap optimis meraih cita-cita dimanapun mereka berada.
Berbekal ilmu dan semangat dari kegiatan kevolunteeran yang telah diikuti juga dukungan dari IPAI Inspiring Forum menjadikan Balqiest Belma tergerak untuk memperjuangkan pendidikan anak-anak Indonesia lewat VTIC.
Setelah melewati proses seleksi yang panjang, sebanyak 27 Mahasiswa dari 10 Universitas terbaik di Indonesia diberangkatkan untuk memperjuangkan pendidikan anak-anak Pekerja Migran Indonesia. Dengan mengangkat tema “Satukan Keberagaman, Ciptakan Kebersamaan” menjadi fokus utama para relawan untuk menanamkan nilai-nilai toleransi pada anak-anak. Sebanyak 21 mahasiswa disebar di 9 CLC di Sarawak dan 6 mahasiswa mengabdi di Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB).
Sebelum pemberangkatan, seluruh relawan mengikuti rangkaian pelatihan pre-departure di Pondok Zidane, Depok. Pada pelatihan tersebut peserta mendapat beberapa materi seperti kelas mendongeng, materi modul, sharing sesion bersama Prof.Dr.Ir.H. Ari Purbayanto dan cek kesehatan. Peserta juga melakukan kunjungan ke KBRI Kualalumpur, KJRI Kuching dan KJRI Johor Bahru untuk mendapat pembekalan sekaligus pelepasan oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia sebelum akhirnya mereka dilepas kemasing-masing sekolah yang ada di Sarawak dan Johor Bahru.
Pendidikan adalah hak setiap bangsa yang patut diperjuangkan. Tantangan demi tantangan harus ditaklukan mengingat angin yang cukup kencang akibat institusi pendidikan yang berdiri di negeri orang dengan peraturan yang mengikat. Sekolah menjadi gerbang kemerdekaan anak-anak mengekspresikan mimpi dan harapannya. Keterbatasan yang dialami tidak sedikitpun menyurutkan semangat anak-anak. Peran relawan seolah sebagai fasilitator mimpi anak-anak agar terus bersemangat mengharumkan nama bangsa. Mengembalikan kodrat anak Indonesia sebagai putra putri bangsa.
Mendidik adalah tanggungjawab setiap orang yang terdidik yang merupakan tanggungjawab kolektif, bukan monolog urusan pemerintahan semata. Sebagai mahasiswa bertitle kampus pendidikan sudah sejatinya berada di garda terdepan dalam membantu pendidikan anak-anak Indonesia. Jika ingin menjadi pahlawan tanpa batas waktu, maka jadilah guru. Hidup pendidikan Indonesia!. (DN)