Dilematisnya Gawai

EndriskiOleh MUHAMMAD ENDRISKI AGRAENZOPATI H.

(Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Semester II UPI)

TELEFON genggam cerdas, komputer personal, komputer jinjing, tablet, dan perangkat lainnya kini makin akrab saja dengan kehidupan manusia modern. Gawai di masa ini menjadi suatu perangkat yang dibutuhkan beragam kalangan usia, jenis kelamin, serta ragam profesi. Sudah bukan suatu hal yang mengherankan ketika hari ini di sebuah taman kanak-kanak seorang anak usia balita merengek sejadi-jadinya kepada orang tuanya untuk meminjam gawai yang tengah digunakan orang tuanya.

Mengamati tren yang muncul dalam linimasa mesin pencari dunia maya, ketika kita mengetikkan gawai ada satu cuplikan menarik ketika kita perlu mawas diri dalam menggunakan gawai yang kita miliki. Tentunya, perlu kita pahami kewaspadaan kita terhadap gawai didasarkan atas apa pilihan yang perlu diperhatikan: nilai positif dan negatifnya sesuatu hal.

Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika bahwa sejak tahun 2013 jumlah gawai yang ada saat ini telah melampaui jumlah penduduk Indonesia yang terpaut sekitar 10 juta angka. Perkiraan yang paling mungkin adalah pertumbuhan gawai yang makin meningkat ke depan.

Memandang fenomena gawai di kalangan masyarakat bukanlah suatu hal yang sulit, gawai kini sudah dianggap layaknya kebutuhan primer. Hal ini didukung dari data di atas, bahwa di atas kertas satu orang Indonesia memiliki setidaknya satu unit gawai. Gawai tidak lagi dipandang sebagai alat komunikasi yang memudahkan kita untuk berkomunikasi lewat teks dan suara menggunakan fitur telefon dan layanan pesan, kini gawai sudah menjadi gaya hidup karena gawai yang akhir-akhir ini bermunculan adalah gawai yang semakin mudah terkoneksi dengan internet. Menjangkau koneksi yang luas, gawai kini dimanfaatkan sebagai alat untuk mencapai media sosial yang saat ini tengah menjadi perbincangan publik. Bahkan, fitur gawai teranyar pun dapat membagi koneksi internet menggunakan istilah ‘tethering’. Tampaknya, dengan gawai teranyar anda takkan bisa melepaskan telepon cerdas anda dengan internet.

NET
NET

Fenomena gawai merupakan suatu perkembangan teknologi yang sudah lumrah tetapi menakjubkan. Setiap harinya, ilmuwan di bidang teknologi menemukan aneka fitur teranyar yang makin mempermudah dan menyederhanakan fungsi telefon cerdas itu sendiri. Bermula dari telefon genggam dengan tombol, munculnya trackball, touchpad, hingga yang paling canggih saat ini touch screen semakin meningkatkan konsumsi masyarakat khususnya Indonesia dengan kebutuhan barang teknologi yang dulu tergolong sebagai kebutuhan tersier ini. Jangan heran bila dengan mudah anda dapat menemukan seorang pengemudi becak tengah melakukan panggilan telefon dari gawainya saat menunggu penumpang, kini teknologi ini semakin bersaing dengan harga miring.

Selain sikap konsumtif, sikap penggunaan yang berlebihan ada baiknya diperhatikan bagi pemilik gawai. Sudah menjadi rahasia umum, ketika dilaksanakan berbagai pertemuan ada satu asas yang muncul dari hadirnya gawai: mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Gawai dapat merusak rantai komunikasi langsung yang terjadi interpersonal pada seseorang yang telah terlampau jauh kecanduan perangkat ini. Gawai berperan secara negatif dalam hal-hal yang tak dapat dipahami baik oleh penggunanya.

Tak mungkin segala sesuatu yang ada dihadirkan tanpa memiliki dua sisi kodrati, baik dan buruk. Maka, gawai juga tentunya memiliki beragam sisi positif yang luar biasa membantu mobilisasi informasi yang menjadi komoditas mahal dewasa ini. Gawai berperan besar dalam membantu kita bermedia sosial, menemukan rekan lama yang sudah lama tak saling berhubungan. Media sosial menjadi salah satu fitur yang tak bisa dipungkiri menjadi daya pemikat suatu gawai.

Bagi mereka yang bekerja dalam bidang bisnis, dengan gawai memunculkan efektivitas dan simplisitas yang menarik. Gawai kini dilengkapi dengan beragam aplikasi yang dapat membantu anda yang bergerak dalam bidang bisnis untuk menjalankan bisnis anda secara lebih baik. Aplikasi pengaturan waktu melalui agenda, ataupun penghitungan keuntungan dengan aplikasi pengolah angka merupakan kemajuan yang saat ini cukup diminati para pengguna gawai. Setelah semua ini terjadi, semua gawai telah tersebar dan gawai-gawai pun merakyat. Menjangkau mereka yang sebelumnya tak pernah mengetahui teknologi yang kesannya canggih, istimewa dan eksklusif ini.

Akan tetapi, budaya latah bangsa kita terhadap sesuatu hal yang baru adalah suatu hal yang menakutkan. Seperti yang disinggung di atas, sikap konsumtif berlebihan merupakan hal yang negatif. Perputaran dana yang berasal dari impor gawai mencapai 2,8 miliar dollar AS, angka yang fantastis ini berdasar data Kementerian Keuangan pada tahun 2013. Ketika hal ini terjadi, satu yang perlu diingatkan adalah perlunya kita agar tidak terlena dengan rayuan maut gawai. Gawai yang memudahkan pekerjaan kita bukanlah suatu alat yang bertujuan untuk membuat diri menjadi tak lagi produktif. Akankah penemu perangkat ini bersedih atas penggunaan alatnya yang kini sudah terlampau batas bahkan memutarbalikkan etos kerja manusia yang selama ini ada?