General Lecture bersama Prof. Kodama dari University of Kitakyushu
|“Menjadi guru. Itulah jawaban dari anak-anak di Jepang ketika ditanya perihal cita-citanya. Dedikasi dan totalitas guru-guru di Jepang dalam mempersembahkan pendidikan terbaik untuk siswa-siswanya, menjadi sumber inspirasi dan role model bagi anak-anak di Jepang”. Demikian pengantar dari Prof. Yayoi Kodama, PhD dalam General Lecture yang diselenggarakan oleh Sekolah Pascasarjana (SPs) UPI pada Jumat pagi, 9 Maret 2018 di auditorium SPs UPI.
Prof. Kodama adalah seorang dosen dan peneliti pendidikan dari University of Kitakyushu Jepang dimana salah satu kajian riset yang ditelitinya mengenai “education for sustainable development in Indonesia and Japan”. Hal ini menjadi salah satu alasan SPs UPI melalui ProSPER.Net (Promotion of Sustainability in Postgraduate Education and Research Network) UPI mengundang beliau dalam general lecture yang bertema “The Importance of Critical Thinking in Sustainability Education”.
General lecture yang dibuka oleh Direktur SPs UPI, Prof. Dr. Yaya S. Kusumah, M.Sc., juga dihadiri oleh Wakil Direktru Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si., Ketua ProSPER.Net UPI, Prof. Dr. Mohammad Ali, M.Pd., M.A., guru besar UPI diantaranya Prof. Dr. H. Dinn Wahyudin, MA, Prof. Bachrudin Musthafa, M.A..,Ph.D., Prof. Dr. Nuryani Rustaman, M.Pd. juga Ketua Prodi Pengembangan Kurikulum SPs UPI, Dr. Rusman, M.Pd.
Kegiatan ini mendapat antusiasme dari ratusan peserta yang memadati ruang auditorium lantai 5 dan 6 gedung SPs UPI. Panitia yang merupakan mahasiswa S3 Prodi Pengembangan Kurikulum SPs UPI angkatan 2017, menyatakan bahwa general lecture Jumat kemarin dihadiri tidak kurang dari 215 orang baik yang terdaftar secara online maupun mendaftarkan dirinya langsung ketika acara. Peserta general lecture tersebut terdiri atas dosen, mahasiswa S1, S2, S3 UPI juga mahasiswa dari perguruan tinggi lain seperti UNPAS. Antusiasme peserta tidak hanya tampak dari besar jumlahnya saja, tetapi juga dari banyaknya pertanyaan yang tidak sempat tersampaikan kepada narasumber terkait keterbatasan waktu.
Sustainability Education atau Education for Sustainable Development (ESD) yang menjadi tema besar general lecture kali ini, merupakan salah satu fokus target 4.7 dari SDG 4 selain Global Citizenship Education. SDG 4 adalah salah satu dari 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) yang dicanangkan oleh UNESCO yang menyatakan pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan belajar seumur hidup bagi semua orang. Target 4.7 dari SDG 4 yang digagas UNESCO yaitu pada tahun 2030, memastikan bahwa semua peserta didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengembangkan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) antara lain melalui ESD dan sustainable lifestyles, hak asasi manusia, kesetaraan gender, mendorong budaya damai tanpa kekerasan, global citizenship dan apresiasi keragaman budaya dan kontribusi budaya terhadap pembangunan berkelanjutan. Indikator global yang ditetapkan untuk target 4.7 mengukur sejauh mana ESD diintegrasikan dalam kebijakan pendidikan nasional, kurikulum, pendidikan guru dan penilaian siswa. Berkaitan dengan hal itu, guru dan kurikulum di Jepang menjadi fokus materi yang disajikan oleh Prof. Kodama dalam general lecture yang dimoderatori oleh Indriyani Rachman, PhD, alumni UPI yang juga seorang peneliti pendidikan di Kitakyushu University. Pada kesempatan tersebut, Indriyani yang telah hidup di Jepang selama kurang lebih 20 tahun, berperan juga sebagai translator selama Prof. Kodama memberikan pemaparan dalam bahasa Jepang.
Pada general lecture tersebut, diketahui bahwa kurikulum di Jepang mengalami review dan perubahan secara periodik setiap rentang waktu 10 tahun, dimana untuk kurikulum yang diterapkan untuk pendidikan dasar saat ini adalah kurikulum 2017. Kurikulum tersebut dikembangkan berdasarkan adopsi dari kurikulum Eropa, Amerika dengan menyesuaikan kurikulum Jepang sendiri. Selain itu, kurikulum di Jepang saat ini berbasis lingkungan yang menekankan kerjasama antara sekolah, orang tua dan masyarakat juga mengembangkan pendidikan karakter dan meningkatkan critical thinking pada siswa. Critical thinking adalah proses disiplin intelektual yang secara aktif dan terampil mengkonseptualisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi informasi yang dikumpulkan melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi. Menurut Prof. Kodama, critical thinking dapat diintegrasikan kedalam setiap mata pelajaran. (MNH).