Guru Harus Kreatif Kembangkan Alat Penilaian

1Cibiru, UPI

Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Mahasiswa (BEM Rema) Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru menggelar seminar nasional dan bedah buku bertema “Revitalisasi Penilaian Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan abad 21” Sabtu, (14/5/2016), di Aula Lt. 3 UPI Kampus Cibiru, Bandung.

Acara yang dibuka Direktur UPI Kampus Cibiru Dr. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. dihadiri Ketua Prodi PGPAUD UPI Kampus Cibiru, pembina kemahasiswaan, dosen serta perwakilan UKM Ormawa UPI Kampus Cibiru.

Tri Hastuti, Ketua Pelaksana Seminar Nasional dan Bedah Buku ini mengungkapkan, seminat dihadiri oleh 170 peserta, baik mahasiswa UPI maupun non-UPI, dari mahasiswa non-UPI salah satunya dari BPK Penabur. “Acara ini bertujuan menjadikan wahana informasi untuk mahasiswa dan sekitarnya mengenai pendidikan dan isu pendidikan.”2

Senada dengan yang diungkapkan Tri Hastuti, Direktur UPI Kampus Cibiru Dr. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. menyampaikan “Tujuan seminar nasional dan bedah buku ini untuk menambah wawasan dan memberikan pencerahan untuk meningkatkan pemahaman sesuai temanya “revitalisasi” terutama bagi keluarga besar UPI Kampus Cibiru.”

Adapun pembicara yang hadir adalah  Prof. Dr. Burhan Nurgiyantoro, M.Pd. , yang menyampaikan maeri “Revitalisasi Penilaian Pembelajaran pada abad ke-21”,  Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd. dengan materi, “Pengembangan Pembelajaran Inovatif dan Kreatif di Sekolah pada Abad Ke 21” serta Dr. Yunus Abidin, M.Pd. dengan materi “Penilaian Pembelajaran di Era Multiliterasi.”

Seminar nasional dan bedah buku yang merupakan rangkaian Gebyar Hardiknas di UPI Kampus Cibiru ini mendapatkan respons yang sangat baik dari peserta. Salah satunya oleh Irma Nurhodijah, “Acara seminar ini sangatlah bermanfaat untuk saya sebagai seorang calon guru, dan saya berharap utuk tahun depannya diadakan kembali acra seminar seperti ini.”

Menurut Prof. Dr. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd., penilaian pembelajaran harus direformasi untuk mengetahui apakah kompetensi yang dicanangkan, dirancang, dirumuskan, dikonstruksi itu tercapai atau tidak maka harus ada penilaian yang tepat dan penilaian abad 21 adalah penilaian autentik.

Ia berharap, mahasiswa calon guru dan para guru mulai membuka mata bahwa hasil pendidikan harus terasa dan jelas alat ukur juga kriteria yang diukurnya. Sehingga apa yang diusahakan guru dapat bermakna pada anak didiknya dan bagi kemajuan bangsa.

“Penilaian adalah aspek pokok dalam pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu harus ditemukan cara yang tepat yang dapat menjabarkan capaian kompetensi siswa. Guru harus terprovokasi lagi untuk lebih kreatif dalam mengembangkan alat penilaian. Dengan proses penilaian yang tepat pendidikan kita lebih maju dan berkembang dan dapat bersaing dengan negara-negara lain,” katanya. (Perslima)