Kediaman Prof Yamin di Google Map

oleh :

Nana Supriatna

Sangat filosofis pemikiran Prof. Yamin mengenai pendidikan guru di lembaga yang didirikan dan dikembangkan oleh para murid-muridnya hingga kini (Dinn, 9 July 2021). Pada saat menyampaikan pandangannya mengenai pendidikan guru, beliau masih merasakan sejuknya udara Bandung Utara, semilir angin yang berhembus dari kaki Gunung Tangkubanparahu,  suara burung bersahutan yang menambah keindahan romantisme Bandung Utara. Ini layak dikenang dan diabadikan dalam memori warga Bandung dan civitas akademika warisan PTPG.

Kini, lembaga yang didirikannya dihadapkan pada berbagai masalah khususnya terkait dengan peningkatan kualitas SDM   di satu sisi dengan peningkatan kualitas lingkungan kampus di sisi lain.  Masalah itu juga bisa  muncul dari kebijakan yang tidak dilandasi oleh kecerdasan ekologis yg menunjang sustainability.

Peningkatan kualitas SDM tidak hanya soal materi income generating melainkan juga, aspek spiritual dan fisiologis. Income generating menjadi isu utama dlm peningkatan kualitas SDM, dan tentu hal itu sangat dibutuhkan civitas akademika (CA). Tetapi kemakmuran materi belum tentu bisa mewujudkan SDM yang baik bila aspek kesehatan rohani kesehatan fisik tidak dijaga dengan baik. Didirikannya Masjid Al Furqon yang megah adalah salah satu upaya meningkatkan aspek spiritual warga warisan PTPG ini.

Bagaimana dengan kualitas fisiologis CA terkait dengan terjaganya kualitas udara kampus, suasanya nyaman saat menghirup udara yang bersih, bebas dari polusi udara? Kini kampus warisan PTPG ini diracuni oleh berbagai polusi seperti sulfur monoksida SO2, karbon monoksida CO, nitrogen dioksida NO2,  dan ozon 03 yang dihasilkan dari proses pembakaran BBM berbasis fosil dari kendaraan bermotor. Kampus PTPG ini memberi karpet merah pada setiap warganya menggunakan kendaraan bermotor  membakar energi fosil di dalam kampus, di tempat parkir pinggir jalan, gedung parkir bertingkat hingga parkir bawah tanah yang sedang dibangun dan lapang parkir di dalam kampus. Kualitas SDM dengan berkendaraan bermotor yang nampak kinclong harus dibayar mahal dengan bertambah buruknya kualitas udara dalam kampus.

Kualitas itu bertambah buruk karena kampus PTPG ini bersisian dengan jalan raya yang sangat ramai oleh kendaraan. Emisi gas buang yang dihasilkan berbagai kendaraan tersebut “tidak sebersih” gas buang kendaraan kinclong para CA. Asap bis kota dan angkot, truk yang kerap bebas dari uji emisi menghembuskan polusi udara ke daerah sekitar termasuk ke dalam kawasan kampus. Udara ini pula yang dihirup CA saat beraktivitas meningkatkan kualitas para mahasiswa di dalam kampus. Kondisi ini pasti sudah menambah kadar karbon dioksida dalam darah pada tubuh yang menghirupnya. Mungkin jika Pak Yamin masih hidup, beliau akan bisa membedakan kualitas udara tahun 1950 an dengan kualitas udara tahun 2021 ini. Rutin menghirup udara terpolusi akan bisa menurunkan imunitas para CA termasuk menurunkan produktivitasnya. Bahkan pandemi yang kita alami pun diduga karena menurunnya daya dukung planet bumi ini dari faktor eksploitasi manusia terhadap alam.

Kita sebagai CA bersyukur UPI memiliki kampus yang indah. Bila kita tengok di google map, rumah dinas Pak Yamin tidak nampak karena tertutup oleh pepohonan besar atau hijaunya kawasan Bumi Siliwangi yang membentang dari halaman timur Mupenas, halaman utara dan selatan Partere, termasuk area kecil yang sejak lama (- mungkin sejak didirikannya PTPG, mohon teman-teman Biologi mengecek -) dijadikan Kebon Botani. Kawasan hijau ini bagaikan buffer zone berwarna hijau atau kawasan pemisah antara jalan Setiabudhi yang sarat polusi dan bising serta padat dengan permukiman dengan kawasan kampus yang relatif masih memiliki lahan terbuka. Kawasan ini warisan sejarah milik CA UPI. Kawasan hijau lainnya ada di belakang kampus yang tertulis di google map adalah Curug Sigai, yang ternyata bukan milik kita. Curug ini juga menjadi buffer zone dengan kawasan sebelah baratnya yang sudah dibukbak menjadi permukiman real estate.

Akan sangat bijak bila kawasan Partere dipertahankan, dirawat dan dijaga kelestatiannya.  Pertahankan kawasan ini sebagai kawasan heritage untuk menjaga memori dan imajinasi CA mengenai nilai-nilai sejarah yang terkandung di dalamnya. Bernostalgia dengan pengalaman masa lalu juga bisa meningkatkan kualitas SDM termasuk antiaging. Jadikan juga kawasan ini sebagai kawasan konservasi atau hutan kampus yang memiliki fungsi pendidikan sebagaimana ada pada Kebon Botani. Merevitalisasi Kebon Botani tidak boleh mengurangi lahan resapan air di kawasan ini. Menambah bangunan akan berimplikasi pada kerusakan fungsi ekologis kawasan hijau ini.

Mari kita kenang jasa-jasa Pak Yamin dengan melestarikan nilai-nilai historis, ekologis dan filosofis tentang kualitas SDM CV secara komprehensif. Jangan jadikan Kebon Botani direduksi hanya menjadi tempat sempit pinggir bangunan baru atau hanya sebagai area kecil di sisi bangunan mentereng yang mungkin akan dibangun di sana. Kita perlu mengambil kebijakan yang kreatif imajinatif (Vygotsky, 1956) berdasarkan kecerdasan ekologis (Goleman, 2005) dengan menjadikan kawasan UPI yang masih memiliki ruang-ruang terbuka antargedung sebagai Kebon Botani.

Kebon Botani seluruh kawasan kampus itu bisa ditebar benih kehidupan baru  untuk menunjang kualitas SDM CA sekaligus kualitas lingkungan kampus. Benih itu adalah pepohonan produktif (a.l Pohon Sukun, yg sudah ada) dan pohon yang ditanam di seluruh kawasan kampus antargedung dan pinggir jalan. Pohon tersebut bisa mengundang burung datang dan berkicau atau pohon berdaun yang bisa menjadi sarana bermetamorfosis ulat dan kupu-kupu. Banyaknya burung terbang dan bernyanyi serta kupu-kupu menari di kampus botani pun bisa membuat seluruh CA “bermetamorfosis”. CA bermetamorfosis tiap hari dari susana di jalan  Bandung yang bising dan bikin penat menjadi penikmat suasana kampus yang hijau dan menyejukkan. Akhirnya Kebon Botani tidak hanya milik CA prodi Biologi melainkan milik seluruh CA.  Sepuluh pemikiran Pak Yamin dapat kita wujudkan dalam green campus yang menunjang sustainability seluruh CA-nya. Ke depan, kita berharap, kawasan hijau ini masih akan terekam di google map. Semoga.