Mahasiswa FPIPS UPI Terima Hibah Dana PKM Penelitian Sosial Humaniora

Bandung, UPI

Sebanyak 27 Proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dinyatakan lolos untuk didanai di tahun 2019. Proposal PKM dari Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS) merupakan salah satunya. Tim peneliti yang terdiri dari Ujang Kusnadi Adam, Andreian Yusup, Salma Fauziyyah Fadhlullah yang dibantu oleh Alifiani Nur Hasya sudah memulai aktifitas penelitiannya melalui kegiatan wawancara de lapangan, tepatnya di Kampung Cipicung Girang, RT. 05/RW. 10, Kelurahan Ciumbuleuit Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Kamis (18/4/2019).

Menurut Ujang, kelompoknya mendapatkan hibah dana PKM Penelitian Sosial Humaniora dengan judul Sesajen Sebagai Identitas Budaya, Akulturasi dan Kearifan Lokal Melalui Aplikasi Android SERA (Sociology Education Reset Application). Saat ini, semua tim sudah mulai merancang kegiatannya di lapangan, bahkan ada kelompok yang sudah memulai aktivitas penelitiannya.

“Kami sangat tertarik untuk meneliti aktifitas di dalam sesajen yang ritualnya masih dilakukan hingga kini oleh masyarakat setempat. Ini merupakan sesuatu yang luar biasa dan unik, karena secara geografis wilayah Kampung Cipicung Girang terletak di Kota Bandung yang notabene wilayahnya sudah terpapar modernisasi,” ungkapnya.

Dalam wawancara perdana, lanjutnya, terungkap bahwa budaya ritual sesajen ini masih dipercaya oleh masyarakat sekitar untuk memberikan sesajennya kepada Karuhun yang telah tiada. Dijelaskannya bahwa mereka membuat sesajen bukan untuk menduakan sang pencipta dan penguasa, Allah swt, tetapi sejak dahulu, dari jamanya karuhun sudah ada budaya seperti ini dan jika tidak melakukannya akan terjadi sesuatu atau malapetaka, contohnya kesurupan.

Lebih lanjut dijelaskan,”Tradisi ini dilakukan di malam Selasa dan malam Jumat. Sesajen ini biasanya disimpan dalam sebuah nampan dari kayu rotan tipis (nyiru). Sekarang, baki plastik juga sudah digunakan, diisi dengan suguhan seperti beras, pisang, bakakak ayam, kopi, daun sirih, minyak rambut, rokok, kemenyan, sisir dan lainnya. Isi sesajen disesuaikan dengan kegiatan yang dilaksanakan masyarakat atau pengharapan dari individu yang ingin didoakan oleh tokoh masyarakat yang disebut Abah atau Ibu Nini.”

Sesajen biasanya ditempatkan di sebuah ruangan yang disebut Goah (gudang/kamar kosong) yang memang dibiarkan kosong tidak diisi oleh penghuni rumah, meski sebenarnya penghuni rumah tersebut sebenarnya kekurangan kamar, karena anggotanya keluarganya banyak.

“Tradisi ini memang merupakan kegiatan yang sudah turun temurun, namun bagi sebagian masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan lainnya, sudah tidak melakukannya lagi. Uniknya, bahwa masih ada masyarakat yang masih melakukan ritual ini ternyata sampai sekarang masih dijadikan sebagai tempat pananyaan (tempat bertanya) oleh orang-orang yang percaya, dan setiap harinya selalu ada orang yang datang untuk meminta pendapat, contohnya menanyakan hari apa yang baik untuk pernikahan, menanyakan jodoh dan lain sebagainya,” pungkasnya. (edit/dodiangga)