Mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Musik Pesta Kesenian Masyarakat

Bandung Barat, UPI

Mahasiswa Prodi Pendidikan Seni Musik FPSD UPI melaksanakan Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) di desa Pakuhaji, Kecamatan Ngamprah, Bandung Barat, Senin – Kamis, tanggal 18 s.d 21 November 2019. Pelaksanaan P2M ini, dilaksankan sekaligus dengan kegiatan Pengukuhan Angkatan Baru (PAB), oleh panitia Himamusik 2017 dan 2018, kepada mahasiswa baru Pendidikan Seni Musik 2019.

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, kali ini kegiatan P2M dan PAB dilaksanakan hampir serentak, namun tetap dengan konten acara yang berbeda. Jika P2M lebih kepada interaksi mahasiswa baru dan panitia acara dengan masyarakat sekitar lokasi camping, PAB tetap acara untuk mahasiswa baru, dan evaluasi selama kegiatan kaderisasi berlangsung. Tak hanya itu, jika ditahun-tahun yang telah lalu tidak diadakan pagelaran kesenian, tahun ini digelar kesenian besar yang melibatkan panitia pelaksana dan masyarakat sekitar.

Hari pertama pelantikan mahasiswa baru tiba, panitia dengan suka cita menyambut kedatangan mahasiswa baru. Acara dibuka dengan apel, dan penjelasan kegiatan, serta peraturan yang harus dipatuhi selama kegiatan berlangsung. Setelah diberikan penjelasan, mahasiswa baru diarahkan ditempat peristirahatan yang terpisah antara laki-laki dan perempuan. Dihari pertama pula, mahasiswa baru mencoba berinteraksi dengan masyarakat sekitar saat kegiatan memacul di sawah daerah tersebut, berkebun, dan mengecat mushola di daerah yang tak jauh dari situ. Sementara, mahasiswa baru sibuk mengikuti rangkaian acara demi acara yang sudah diatur sedemikian rupa oleh panitia, beberapa panitia menyibukkan diri dengan tugasnya masing-masing, sesuai divisinya. Kegiatan pelantikan mahasiswa baru berjalan lancar, tibalah hari kedua dengan konten kegiatan yang masih tak jauh berbeda dengan hari pertama. Acara pagelaran kesenian di malam hari, menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh mahasiswa baru dan panitia acara. Banyak masyarakat sekitar yang memenuhi arena bawah panggung dan mulai menduduki bagiannya masing-masing. Turut dipisahkan pula mana tempat duduk bagian mahasiswa baru dan panitia musik UPI serta masyarakat sekitar.

Acara kesenian berjalan dengan sangat meriah, acara yang dimulai saat sore hari diawali oleh lagu yang berjudul ”Kembang Gadung” vokal Arti Intan Agustin mahasiswi musik 2017 menambah kesakralan lagu pembuka, dalam sore hari yang bertabur bintang tersebut. Konon, menurut beberapa artikel yang ada di internet, lagu”Kembang Gadung”memiliki makna sebagai lagu doa pembuka, guna lancarnya sebuah pertunjukkan. Vokal dari Arti, mampu membius puluhan pasang mata yang ada, sehingga tak heran membuat bulu roma seolah naik, karena vokal sindennya yang sudah tak usah diragukan lagi. Diiringi oleh kepolosan, kelucuan, dan keluguan anak-anak SD mengiringinya bernyanyi dengan alat musik gamelan, anak-anak SD tersebut terlihat sudah cukup mampu bermain gamelan sesuai pola tabuhnya. Sepintas, ada beberapa pola tabuh yang sama persis dengan yang dipelajari diperkuliahan. Tidak ketinggalan, Rake Fadhillah mahasiswa musik 2017, turut mengiringi Arti Intan, memainkan alat gesek tradisional.

Lagu kedua yang dibawakan adalah lagu ”Nikmat Duriat”. Masih dengan vokal indah yang semakin menggema oleh Arti Intan Agustin, lagu yang berkisah tentang janji sepasang kekasih namun tak sampai, membuat seluruh penonton, baik itu mahasiswa baru, panitia dan masyarakat secara reflek menggoyangkan tubuhnya saat duduk. Suasana semakin riuh dan bertabur tatkala lagu ”Saha Anjeun” dilantunkan Arti dan dimainkan para pemain musik, langsung merubah atmosfer riuh ramai, menjadi bertambah semarak seolah ribuan bintang jatuh turun dan disaksikan banyak orang. Terlihat beberapa warga berjoget di depan sembari memberi uang tip kepada juru sinden, atau yang dalam Bahasa Sunda dikenal istilah”Nyawer”. Arti Intan sebagai juru sinden, terlihat sama sekali tak keberatan saat dirinya disawer” oleh bapa-bapa dan ibu-ibu masyarakat sekitar. Lagu “Hiji Catetan” menjadi penutup yang ciamik, karena bisa mengundang dan menyedot animo seluruh apresiator untuk turut menari di bawah panggung. Fiqri Apriyadi, selaku ketua HIMAMUSIK angkatan 2017, tak ketinggalan meramaikan acara, dan menari di bawah panggung dilengkapi dengan salam hormat kepada semuanya. Di dalam istilah Bahasa Sunda dikenal ”Mencug”. Mencug adalah, seseorang yang bersedia dan sukarelawan menari di bawah panggung, tanpa batas waktu yang ditentukan, menari diiringi gamelan dan nyanyian juru sinden. Setelah selesai, ia boleh menunjuk orang lain melanjutkan tariannya dengan cara, memberikan selendang kepada orang yang bersangkutan. Hal menghebohkan terjadi disaat Habib Az Zahir mahasiswa musik 2018, yang terkenal lincah dan atraktif saat “bajidoran”, kembali mempertunjukkan lagi kebolehannya dalam melakukan gerakan jungkir balik tubuhnya, yang kita kenal dengan istilah “salto”. Banyak apresiator yang histeris karena takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Namun, Habib mampu membuat seluruh apresiator berdecak kagum berkat atraksinya. Sayangnya waktu menunjukkan tibanya shalat ashar. Kegiatan pun diharuskan untuk break dan dilanjutkan malam hari.

Malam hari tiba, pertunjukkan dibuka oleh beberapa anak kecil laki-laki dan perempuan melakukan berbagai model gerakkan pencak silat diiringi dengan musik. Terlihat dengan wajah polos yang masih mereka miliki, mereka sudah bisa menghibur dan membuat gemas apresiator, terutama mahasiswa baru dan panitia sebagai mahasiswa. Walaupun pertunjukkan pencak silat secara group masih terlihat kurang rapi dan selaras dalam gerakkannya. pertunjukkan solo anak-anak tersebut, bisa dibilang menyita perhatian karena anak seusia itu mampu dengan tangkas mempraktikkan jurus jurus silat dan sesuai dengan iringan musiknya. Ditengah teriakkan yang bergema dari apresiator, terjadi sebuah insiden yang cukup mengagetkan dan mengkhawatirkan. Pasalnya,salah seorang remaja putra yang mempertunjukkan silat duel, tak sengaja terdorong dan terbanting tubuhnya oleh sang lawan duel ketembok panggung dan mengalami luka berdarah di pelipisnya. Tak ayal, divisi medis langsung turun tangan dalam menangani hal tersebut. Meski kepanikan sempat mendera, acara tetap berlanjut dan tak mengurangi antusiasme apresiator. Tengah malam saat acara hendak ditutup, ditampilkan beberapa group calung, yang menjadi pendinginan setelah animo masyarakat panas sebelum-sebelumnya. Beberapa panitia acara seperti Setia Mulyana, Habib Az Zahir, Rafly Sekunderiawan mahasiswa musik 2018. Memberanikan diri menyumbang suaranya dan permainan calungnya yang sederhana namun mengagumkan. Pagelaran kesenian yang berakhir, menandai berakhirnya hari kedua acara pelantikan mahasiswa baru.

Hari ketiga dini hari, diadakan evaluasi akbar mahasiswa baru dan panitia oleh para alumni Pendidikan Seni Musik UPI. Evaluasi ini menyangkut kegiatan kaderisasi, pagelaran mahasiswa baru, serta P2M & PAB. Meski sempat diwarnai tangisan kesedihan, namun dinyanyikannya Hymne UPI menjadi tanda bahwa mahasiswa baru 2019, resmi dinyatakan lulus melewati masa-masa kaderisasi dan diterima di himpunan musik. Tangis kesedihan pun berubah menjadi tangis haru biru. Hari terakhir tiba dan persiapan pemberangkatan untuk pulang, tak tertinggal mahasiswa baru yang sudah resmi menari dan berjoget bersama dengan alunan musik yang diputarkan operator melalu speaker. Harus diakui, musik merupakan hal yang sangat universal, sehingga selalu ada dalam berbagai kesempatan. (Irien Rahmayani-Mahasiswi Pendidikan Seni Musik FPSD UPI 2018)