Membangun Smart Country Melalui Smart Campus

Peru, UPI

UNESCO Chair bidang Kajian Komunikasi Dunia melalui Orbicom telah melakukan pertemuan rutin yang ke-6 melalui kegiatan symposium di negara Amerika Serikat dan Amerika Latin tepatnya pada tanggal 5 – 10 Mei 2018. Dalam pertemuan dan symposium tersebut seorang Dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Deni Darmawan mewakili salah satu dari delegasi Indonesia turut serta memberikan kontribusi pemikirannya.

Dalam acara Unesco Bidang Komunikasi tersebut dihadiri oleh hampir semua benua yang terbagi ke dalam 4 kluster pengkajian tentang riset-riset bidang komunikasi dunia yang dicanangkan, diantraanya delegasi peneliti dari negara Amerika Serikat, Amerika Latin seperti Canada, Florida, Argentina, Colombia, Peru, Brasil, Argentina, dari negara-negara Eropa, diantaranya Francis, Portugis, Spanyol, Italy, Hungaria, Bulgaria, Belanda, German. Negara-negara Afrika diantaranya Republik Congo, Rwanda, Nigeria, dari negara-negara Asia Pasifik dan Asia Tenggara, diantaranya Indonesia, Jepang, Kora, Cina, dan Malaysia, dari Australia dan New Zealand.

Pertemuan yang dipusatkan di Lima University negara Peru, Amerika Latin ini jika dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya memang cukup banyak. Pada pertemuan Unesco ini mengambil tema tentang “Public Space and Smart City” . Tentunya kajian-kajian yang dikritisi dari ilmu komunikasi ini sangat menarik, khususnya kajian public space yang berbasis pada kecerdasan buatan atau “Artificial Intellegence”. Demikian juga dengan kajian Smart City yang semuanya sudah dikembangkan dengan menggunakan pendekatan  “Artificial Intellegence” sebagaimana dengan paparan hasil riset yang dilakukan oleh Delegasi dari UPI yaitu Dr. Edi Suryadi dan Dr. Deni Darmawan, M.Si. Kajian riset Smart City dari Delegasi UPI ini menegaskan tentang Communication Strategic Green Campus dalam mendorong  keberadaan Smart City Kota Bandung agar mampu menjadi Pilot Project bagi Smart Country Indonesia di masa yang akan datang.

Riset yang dilakukan secara berlapis ini mulai dari kajian dokumentasi dan survey secara digital dan diakhiri dengan analisis data untuk merumuskan model paradigma baru dalam mengkaji enam faktor utama dalam smart city yaitu; (1) Smart Living; (2) Smart People; (3) Smart Mobility; (4) Smart Governance; (5) Smart Economy; and (6) Smart Enviroment.  Dari keenam kajian “Smart” tersebut tentunya bagaimana Communication Strategic Green Campus yang dimiliki UPI setidaknya dapat memberikan kontribusi untuk aspek pembangunan 4 kajian “Smart” yang paling mendasar yaitu: Smart Enviroment, Smart Living, Smart People dan Smart Governance. Kenapa tidak, hal ini sangat memungkinkan mengingat UPI sebagai pusat pencetakan para pemimpin (Smart Governance) dengan suasana belajar lingkungan yang hijau (Smart Enviroment), serta mampu membekali IPTEKS bagi manusia-manusia generasi yang akan datang (Smart People); Kehidupan kampus yang santun (Smart People). Sehingga dari keempat produk smart melalui green Campus ini akan mampu meghasilkan lulusan yang mampu bersaing dan berkompetitif dimana-mana (Smart Mobility) dan akhirnya mampu menjadi pelaku dan pengelola kehidupan perekonomian bangsa melalui profesinya dalam bidang Pendidikan dan juga bidang lainnya (Smart Economy).

Paparan yang disampaikan oleh Delegasi UPI ini memperoleh apresiasi dari sejumlah delegasi peneliti dari negara-negara lainnya, terutama dari negara Peru dan Perancis yang ingin berkunjung ke Bandung dan sekaligus datang Ke UPI untuk melakukan MoU. Kontribusi lain dari pemikiran dari hasil riset Deni Darmawan dan Edi Suryadi ini telah mampu memberikan solusi bagi pemanfaatan public space,  yang dimiliki kota Bandung untuk dapat dimanfaatkan lebih baik bagi upaya transformasi budaya dan promosi keberadaan kota Bandung dengan sejumlah fasilitas pendidikan tinggi yang dimilikinya.

Dengan demikian, ketika lahan lebih luas dan jumlah lembaga pendidikan termasuk pendidikan tinggi lebih banyak tidak menutup kemungkinan Bandung akan menjadi satu-satu kota kecil yang mengangkat smart Indonesia pada tingkat dunia. Sebagaimana yang telah dicapai kota Rio d’e Jenairo, Brazil, dimana mereka mampu mewarnai kota yang luas dan akhirnya Smart Negaranya dapat terujud. Tentunya keberhasilan dengan Brasil tersebut tidak terlepas dari peran universitas yang dimilikinya. Temuan Unesco lainnya yang mirip dengan kota bandung adalah Smart city yang dibangun oleh Negara New Zealand dimana wilayah Hamilton City yang menjadi Ibu kotanya, telah mampu menjadi benteng dan etalase utama negaranya dalam membangun Smart Country saat ini, demikian diungapkan oleh Smantha sebagai delegasi dari negara paling selatan di dunia ini.

Jika melihat ketiga temuan tersebut maka keberadaan Bandung dengan UPI-nya dapat dikatakan mampu bersaing di tingkat dunia. Semoga Smart city, Smart Country mampu dibangun melalui kiprahnya dari Smart Campus yang diperankan oleh UPI melalui Communication Strategy berbasis Green Campus yang dimilikinya. (DD/DN)