Menelusuri Dibukanya Pintu Berkah Melalui Keimanan dan Ketakwaan Penduduk Negeri

Bandung,UPI

Minggu (31/10), Allah Swt. mengatakan bahwa seandainya para penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, maka akan Allah limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat itu, maka Allah pun menjatuhkan siksaan yang disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri. Maka dari itu penjelasan Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd. berikut bisa dijadikan bahan rujukan oleh umat Islam dalam Menelusuri Dibukanya Pintu Berkah Melalui Keimanan dan Ketakwaan Penduduk Negeri. Hal ini dijelaskan dalam Surah Al-A’raf ayat 96.

﴿ وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ٩٦ ﴾

Artinya: Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan. (Q.S. Al-A’raf: 96)

Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban seorang hamba untuk tunduk dan merasa takut kepada Allah apabila dia melihat dosa-dosanya dan ancaman serta siksaan Allah yang pedih. Sehingga membuatnya untuk bersegera menuju Allah dengan penuh rasa harap, cemas, dan sungguh berhasrat untuk memohon kepada Allah agar semua sikapnya itu dimaafkan.

Menurut penjelasan al-Baghawi di dalam kitab Anwar al-Tanzil wa Asrar al-Ta’wil, maksud dari keberkahan dalam ayat ini adalah diluaskan dan dimudahkannya berbagai kebaikan di seluruh penjuru negeri. Adapun kandungan dari ayat ini menurut Tafsir Muyassar adalah seandainya para penduduk negeri-negeri mengimani para rasul mereka dan mengikutinya serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah, maka Allah akan membukakan bagi mereka pintu-pintu kebaikan dari setiap arah, akan tetapi mereka malah mendustakannya, maka Allah pun menjatuhkan siksaan yang membinasakan mereka akibat kekafiran dan perbuatan maksiat yang mereka lakukan. Maka nilai pendidikan yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah mendidik diri dan orang-orang di sekitar agar senantiasa beriman dan bertakwa, berbuat kebaikan kepada siapa saja, mengajarkan nilai ketuhanan dan solidaritas yang tinggi, serta senantiasa bersyukur dan tidak mengingkari nikmat yang Allah berikan.

Imam Nawawi menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan berkah adalah tumbuh, berkembang, atau bertambah kebaikan yang berkesinambungan. Adapun makna dari takwa menurut penjelasan Ibnu Mas’ud adalah menaati Allah dan tidak bermaksiat kepada-Nya serta senantiasa mengingat Allah dan bersyukur kepada-Nya tanpa ada pengingkaran (kufr) di dalamnya. Sehingga syarat dan kunci untuk mendapatkan suatu keberkahan seperti yang dimaksud pada ayat ini adalah beriman dan bertakwa kepada Allah. Beriman dengan membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan anggota badan serta bertakwa dengan mengerjakan ketaatan dan perintah-perintah Allah serta meninggalkan kemaksiatan dan segala larangan Allah dengan tujuan mendapatkan rahmat dan keridaan Allah serta terhindar dari siksa-Nya.

Adapun amalan untuk membuka pintu keberkahan diantaranya dengan menanamkan kejujuran khususnya dalam jual beli, bersedekah, dan mengikuti ajaran Al-Qur’an. Sedangkan sebab dari terputusnya keberkahan adalah dosa besar dengan menyekutukan Allah, merasa aman dari makar Allah, putus asa terhadap rahmat Allah, dan putus harapan terhadap kelapangan Allah. Allah memberikan keistimewaan bagi orang yang bertakwa dan beriman dengan memberikan jalan keluar dan rezeki yang tidak terduga, diberikan kekuasaan di dunia dan kemapanan dalam segala bidang, kemuliaan dan kejayaan, serta kehidupan yang baik. Untuk meingkatkan iman dan takwa dapat kita lakukan dengan berdoa, memperbaiki salat, mentadaburi Al-Qur’an, bimbingan dalam keluarga, bimbingan pada masyarakat, bimbingan di sekolah, berkumpul dengan orang saleh, dan mengikuti majelis ilmu. (Cikal Aktar Muttaqin)