Mengglobalkan Angklung

Bandung, UPI

Ada suasana yang berbeda ketika menonton pertunjukkan musik angklung pada malam itu di gedung Teater Tertutup Taman Budaya Dago Bandung. Rabu, (2/8/2017). Yang biasanya musik angklung itu penuh dengan aransemen dari lagu-lagu populer seperti pada festival-festival yang pernah terjadi, kali ini penonton disuguhkan komposisi musik angklung yang baru, tapi masih bisa dinikmati oleh khalayak ramai. Itulah pertunjukkan musik angklung bertajuk “SVARA”, yang diselenggarakan oleh Unit Minat Bakat Bambu Bumi Siliwangi (BBS) Departemen Pendidikan Musik FPSD UPI.

Pertunjukkan musik angklung BBS malam itu, menunjukkan sebuah arena yang berbeda dan diperluas, dimana arena festival-festival angklung yang selama ini terjadi, sudah menjadi mainstream. Tidak hanya pengaruh elemen lingkungan kampus musik FPSD UPI, tetapi kekuatan para komponis muda malam itu seperti, Yadi Mulyadi, Enri Johan, Adam Senja, Aprido Islam Perdana dan Wendi, ikut berpengaruh sangat signifikan dalam menyuguhkan musik angklung. Pengembangan komposisi musik angklung yang mereka lakukan, patut diacungi jempol sebagai langkah awal untuk menunjukkan terjadinya indikasi globalisasi angklung. Memang angklung sudah meng-global apalagi sudah diakui UNESCO. Tetapi jangan hanya sebatas pada memainkan aransemen lagu-lagu populer. Sepatutnya meng-globalkan angklung ke Negara Barat itu dengan suguhan komposisi yang khusus, agar sejajar dengan karya-karya musik simfoni Mozart atau Hyden atau Beethoven, misalnya. Jadi kenapa tidak ke depan ada karya simfoni musik angklung.

Keberadaan musik angklung saat ini, sudah tampak, sudah banyak komunitasnya, sudah banyak festivalnya, sehingga sudah percaya diri. Tetapi umumnya cenderung mainstream. Ya itu tadi, aransemen lagu-lagu populer. Kenapa tidak, ke depan ada festival angklung tapi komposisi baru, tidak apa-apa yang diatonis juga, tidak apa-apa syaratnya harus enak didengar juga, yang penting baru.

Pertumbuhan komunitas musik angklung direspon baik oleh Departemen Pendidikan Musik melalui UMB Bambu Bumi Siliwangi. Ini menunjukkan semakin besarnya keinginan untuk mengembangkan musik angklung dalam kancang pergaulan nasional atau internasional. Pertunjukkan musik angklung “SVARA” merupakan langkah awal untuk menuju hal itu. Ke depan harus dipikirkan permasalahan dalam meramu komposisi musiknya.

Semoga tahun depan ada kolaborasi antara musik tarawangsa dengan angklung, gamelan dengan angklung, misalnya. Atau musik tradisional daerah lainnya, saluang dengan angklung, talempong dengan angklung, kolintang dengan angklung, dan sebagainya. (Sandie Gunara)