Menjaga Warisan Budaya : Mahasiswa UPI Lakukan Digitalisasi Naskah Kuno Nabi Paras

Indramayu, UPI

Naskah kuno sebagai warisan budaya jarang sekali diminati. Terutama bagi generasi milenial, naskah kuno ini mungkin tidak semenarik media sosial. Namun, berbeda dengan Riyana Yona, seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia 2015, naskah kuno ini menjadi hal yang menarik baginya. Ia membuka peluang agar naskah kuno dapat dibaca tidak hanya dengan cara melihat naskahnya secara langsung, tetapi juga melalui media-media digital seperti gawai dan laptop. Proses pemindahan media ini kerap disebut digitalisasi naskah. Proses ini ia tempuh selain untuk memenuhi kebutuhan penelitiannya, ia juga berharap agar naskah dapat dikonsumsi lebih luas.

Riyana Yona bersama Ki Tarka Sutaharja
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Salah satu objek yang dikaji pada penelitiannya adalah naskah kuno yang berjudul Nabi Paras. Penelitian ini dilakukan di bawah bimbingan dosennya, yakni Dra. Novi Resmini, M.Pd. dan Yostiani Noor Asmi Harini, S.S., M.Hum. Pengambilan data dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat penyimpanan pribadi yang berada di Sanggar Aksara Jawa, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang dikelola oleh Ki Tarka Sutaharja  pada Kamis (26/12/2019) yang lalu. Naskah Nabi Paras ini memiliki 157 halaman yang ditulis dengan aksara Arab berbahasa Indramayu, yang merupakan perpaduan bahasa Jawa halus (krama) dan bahasa Sunda.

Proses Pengambilan Gambar Naskah Kuno Nabi Paras
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Bukan perkara mudah untuk melakukan proses digitalisasi naskah ini, keterbatasan peralatan dan dana menjadi tantangan untuk melakukan proses ini. Namun, Yona tetap berusaha untuk melakukan digitalisasi naskah secara optimal dengan mempergunakan kreativitas dan peralatan yang terbatas. Peralatan pengambilan naskah pun dirancang secara pribadi untuk dapat mengambil foto naskah secara jelas, menghasilkan gambar yang jernih dan terbaca jelas. Untungnya, kondisi naskah Nabi Paras terbilang cukup baik untuk dibaca. Meskipun demikian, naskah Nabi Paras belum mendapat nomor penaskahan dan digitalisasi naskah sehingga ia mencoba melakukan digitalisasi naskah dengan tujuan supaya Naskah Nabi Paras lebih terstruktur dan tetap terjaga identitasnya sehingga senantiasa dapat digunakan keperluan praktis serta media pembelajaran berikutnya.

Proses Penyesuaian Kamera dan Tata Lampu
Sumber: Dokumentasi Pribadi

Tantangan lain yang ia temukan adalah proses penerjemahan keseluruhan isi naskah Nabi Paras yang terdapat bahasa Jawa halus (krama) dengan aksara Arab yang bukan merupakan bahasa sehari-harinya. Proses pemahaman pun membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Menurutnya “Untuk ukuran mahasiswa ini memang berat, butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit, apalagi saya melakukan secara mandiri”. Harapannya, semoga ke depan proses digitalisasi naskah ini mendapat perhatian dari berbagai pihak sehingga upaya untuk melestarikan warisan budaya bangsa dapat dilakukan dengan lebih mudah dan cepat. (JN)