Peran Ayah dan Ibu Haruslah Berimbang

Bandung, UPI

Sebanyak 35 apresiator film yang terdiri dari mahasiswa S1, mahasiswa pascasarjana dan alumni dari beragam departemen di Kampus Universitas Pendidikan Indoneisa (UPI), serta penikmat film dari Komunitas Herritage Lovers, mengikuti kegiatan KALeM atau kajian filem yang diselenggarakan oleh Ruang Sumber Psikologi yang digagas oleh Dosen Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UPI Drs. MIF. Baihaqi, M.Si.

Dalam kajian tersebut terungkap bahwa fungsi keluarga sebagai satu unit kecil organisasi harus berproses secara proposional. Peran ayah tidak boleh dominan, begitupun dengan peran ibu, juga harus seimbang. Pernyatan tersebut ditegaskan oleh Ketua Prodi Psikologi Pendidikan Sekolah Pascasarjana (SPs) UPI Dr. Tina Hayati Dahlan, M.Pd., seusai mengapresiasi film Raksasa dari Jogja, di Auditorium Museum Pendidikan Nasional (Mupenas) UPI Kampus UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Jumat (14/9/2018).

Lebih lanjut dijelaskan,”Seorang remaja meski dari luar nampaknya ok-ok saja (biasa-biasa), namun di dalamnya sangat bergejolak. Remaja seperti Bian, tokoh dalam film, tampak caranya mengatasi masalah dengan escape (lari dari masalah). Namun, jika perasaan ok seperti itu ditekan dan ditahan terus, maka bisa keluar seperti gunung merapi. Oleh karena itu, dalam film tadi tampak teman dekatnya (Gabriel) bisa menjadi pelampiasan.”

Apa yang dilakukan oleh Gabriel, justru bagus, ujarnya, yaitu pada saat ia memberikan mesin ketik kepada Bian, karena melalui mesin ketik itu, Bian bisa mengeluarkan dan mengekspresikan kegelisahannya dalam bentuk tulisan.

“Dalam film tersebut tergambar dua keluarga yang bisa diperbandingkan. Keluarga satu, sebagian scene film menggambarkan adanya anak yang sejak kecil pernah melihat kekerasan. Ternyata setelah besar, dia membuat benteng untuk melindungi dirinya, padahal anak dengan pribadi seperti itu, kalau ‘ditoel’ sedikit saja, dia akan rapuh. Anak atau remaja yang demikian sangat butuh pelukan,” ungkapnya.

Sedangkan keluarga yang lain, lanjutnya, ayahnya berjualan beras dan berperilaku hangat, ibunya seorang pengacara yang amat melindungi, anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang riang, bahkan anak yang satu kampus dengan Bian seusai lulus kuliah menjadi duta wisata. (dodiangga)