Prof. Dr. Yulianeta Mengenalkan Sastra Anak Indonesia ke Panggung Dunia: Inspirasi dalam The World Bang Jung Hwan Conference

Seoul, Korea – Dalam merayakan 100 tahun Deklarasi Pembebasan Anak-anak, Prof. Dr. Yulianeta dari Universitas Pendidikan Indonesia menandai kehadiran Indonesia sebagai salah satu narasumber  dalam The World Bang Jung Hwan Conference (WBJHC). Acara ini memperingati warisan Bang Jung-hwan, pionir gerakan hak anak-anak di Korea, yang memperjuangkan kebahagiaan dan kesehatan anak-anak sebagai elemen tak terpisahkan dari identitas nasional.

Deklarasi Pembebasan Anak-anak pada 1923 menjadi tonggak penting, mengubah paradigma bahwa anak-anak bukanlah milik, tetapi individu yang utuh yang wajib dihormati dan dilindungi dari segala bentuk pemaksaan atau eksploitasi. WBJHC, dihadiri oleh perwakilan dari  berbagai negara, menjadi panggung berharga bagi penulis sastra anak, storyteller, dan peneliti untuk berbagi pandangan, bukan hanya dari Asia, tetapi juga Eropa dan Timur Tengah.

Prof. Dr. Yulianeta, sebagai narasumber undangan, menghadirkan wawasan berharga tentang sastra anak di Indonesia sebagai kontribusi tak terpisahkan dari sastra dunia. Dalam berbagai diskusi mengenai masa depan anak-anak, Prof. Yulianeta dengan semangatnya menyoroti pentingnya menjaga kearifan lokal sebagai bagian integral dari pendidikan anak-anak. “Sastra anak bukan hanya sekadar cerita; itu juga cermin identitas dan pandangan hidup,” ungkap Prof. Yulianeta.

Keberagaman pandangan semakin diperkaya oleh kehadiran tokoh internasional, seperti Christian Raabe dari Munich International Library for Children and Youth, Prof. Martha Mary Sherwood dari Reading University UK, dan Hans Laurens, Presiden International Storyteller and Association dari Denmark. Diskusi ini memberikan pemahaman mendalam tentang sastra anak dan kompleksitas perlindungan anak-anak di era globalisasi.

Bang Eun Soo dari Seoul National University, Carlo Venson B. Pena dari Filipina, Dr. Yousif ash Nasaba, International Storyteller dari Bahrain, Prof. Nguyen Ngoc Tuyen dari Da Nang University of Foreign Studies, Prof. Battsetseg P. dari Ulaanbaatar Hure University, Mongolia, dan Jun So Young dari Korean Association of Children Literature turut memberikan warna dalam konferensi ini.

WBJHC juga melibatkan pemakalah pendamping dari berbagai universitas dan komunitas sastra anak di seluruh dunia, terutama Korea. Konferensi ini tidak hanya menjadi wadah pembelajaran, melainkan juga sarana inspiratif untuk berbagi. Keberagaman pemikiran dan pandangan di WBJHC menjadi bukti sukses dalam merayakan nama besar Bang Jung Hwan di Korea, menghormati pionir sastra anak dan hak anak, serta merayakan semangat bersama menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi penerus.

Prof. Dr. Yulianeta membuktikan bahwa kehadiran Indonesia dalam arena internasional tidak hanya sebagai penonton tetapi turut bergerak dalam pengembangan sastra anak global. Sastra anak menjadi alat integral dalam memahami identitas anak-anak di seluruh dunia, mempersatukan keberagaman budaya untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah.