Rani dalam PKM RSH: Pencak Silat Membuat Preman Taubat

Sukabumi, UPI

“Di masa muda dulu itu ngga kepikiran ya untuk ada tobat, jauh sekali. Karena kita kan seringnya hidup di jalan, paling mencarinya untuk kekebalan tubuh untuk tidak dibacok.”

Pernyataan tersebut disampaikan Dendi salah satu mantan preman di Padepokan Sapu Jagat di Kampung Cisero, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, saat menjelaskan pengalamannya kepada Rani Trianti mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang tengah melakukan penelitian. Rani termasuk dalam Tim Penelitian PKM-RSH (Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Sosial Humaniora) UPI. Timterdiri dari Annisa Fadillah, Rani Trianti, Widia Lestari, Dendi Septiawiguna, dan di bimbing oleh Asep Dahliyana, S.Pd., M.Pd.

Sementara itu, Dadang menjelaskan bahwa niat awalnya dulu hanya ingin memperluas lahan kekuasaan di pasar dan kenal dengan preman-preman yang lain seperguruan. Namun, kini mereka sama-sama memperdalam ilmu agama di Sapu Jagat.

Dijelaskan Rani,”Padepokan Sapu Jagat merupakan salah satu tempat yang mengajarkan Pencak Silat di daerah Sukabumi, akan tetapi bukan hanya belajar tentang gerakan-gerakan silat saja, di tempat tersebut para anggotanya dididik dan diajarkan nilai-nilai agama sehingga mereka akan menjadi insan-insan yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memiliki budi pekerti yang luhur, mampu bertanggung jawab atas dirinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.”

Pencak Silat, ungkapnya lagi, pada umumnya dikenal oleh masyarakat sebagai olah raga yang merupakan warisan nenek moyang yang bertujuan untuk meningkatkan stamina, fisik, atau kekuatan seseorang. Tak jarang, embel-embel “menjadi kuat dan kebal” setelah mengikuti kegiatan Pencak Silat dimanfaatkan oleh para oknum pelaku kejahatan untuk membuat mereka “jauh lebih kebal”, agar ketika melakukan aksi kriminalitasnya mereka punya “kekuatan” tertentu dan menjadi tahan “bacok”. Namun, siapa sangka, masuknya para pelaku aksi premanisme ke Padepokan Pencak Silat yang ada di Sukabumi ini bisa membuat mereka taubat dan tak melakukan kejahatannya lagi.

Sementara itu, Humas Padepokan Sapu Jagat Iden Doni Purnamawan mengatakan,“Tauhid yang diajarkan di kita itu sampai manusia yang benar bisa melihat Allah. Kita yang hidup di dunia, kadang melupakan 3 waktu: waktu yang udah lewat, kita bisa bercermin, introspeksi. Waktu yang saat ini, dan waktu ke depannya, resolusi ke depan. Dan di Sapu Jagat ini semuanya diajarkan bagaimana kita harus introspeksi diri, bagaimana supaya waktu ini tuh tidak terbuang percuma. Dan ke depannya kita bisa punya resolusi mau memperbaiki diri seperti apa.”

Selain itu, katanya lagi, Padepokan Sapu Jagat juga mengajarkan tentang bagaimana para anggotanya bisa yakin dengan sepenuh hati atas kehadirat Allah, karena kunci dari segala macam perilaku yang paling utama adalah yakin terhadap Allah, dimana orientasi segala perilaku harus senantiasa diniatkan karena Allah. Pengajaran yang dilakukan oleh Padepokan Sapu Jagat ini memadukan antara lahir dan batin.

Lebih lanjut diungkapkan,“Kayak waktu kita melakukan silat itu ada yang diucapkan kayak subhanallah, alhamdulillah, Muhammad, Allahu akbar, itutuh supaya meresap ke dalam tubuh kita. Agar nafas kita … jadi di Sapu Jagat itu setiap nafasnya itu ngga berhenti menyebut asma Allah. Itu tujuannya, kalau ada sakaratul maut kalau dari ulama terdahulu kita nggak punya tenaga, tapi kalau kita dilatih lidahnya untuk mengucapkan asma Allah, insyaAllah, minimal kita tidak akan lepas dari asma Allah. Jadi memadukan antara silat batin dan dhahir.”

Nilai-nilai spiritual yang banyak diajarkan oleh Padepokan Sapu Jagat ini memberikan dampak yang cukup signifikan bagi cara berpikir para pelaku aksi premanisme. Seperti yang dirasakan oleh Dendi, Dadang, dan Rizki. Setelah bergabung dengan Padepokan Sapu Jagat banyak perubahan perilaku yang mengarah kepada sisi spiritual dan emosional, seperti halnya mereka menjadi lebih rajin dalam menjalankan perintah agama, terdapat keinginan yang kuat untuk meninggalkan kebiasaan buruk lamanya (seperti mabuk-mabukan), serta bisa berpikir lebih visioner.

Disampaikannya bahwa banyak para preman yang setelah masuk Sapu Jagat mengalami perubahan perilaku. Bahkan yang awalnya beragama non-muslim pun bisa berubah menjadi seorang muslim.

Melihat bagaimana banyaknya perubahan perilaku ke arah yang lebih positif ini membuktikan bahwa nilai-nilai spiritual yang diajarkan oleh Pencak Silat Kebatinan Padepokan Sapu Jagat, mampu mengubah cara berpikir, bersikap, dan berprilaku bahkan jika seseorang itu memiliki latar belakang kehidupan yang ‘buruk’ (re: pelaku aksi kriminalitas).

Penelitian ini merupakan Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Sosial Humaniora tentang Nilai-Nilai Spiritual Pencak Silat Kebatinan Berbasis Kearifan Lokal Dalam Mengubah Sifat Premanisme (Studi Kasus di Padepokan Sapu Jagat Kota Sukabumi) (ranitrianti/dodiangga)