Satu Layar UPI Bekerjasama dengan Mulih Films Produksi Film Dokumenter

Bandung, UPI

Unit Kegiatan Mahasiswa Film (UKMF) Satu Layar UPI, bekerjasama dengan production house Mulih Films belum lama ini baru saja memproduksi sebuah film dokumenter. Film tersebut mengisahkan seorang seniman wanita yang baru berhasil “mewujudkan” jatidirinya sebagai seniman pada usia 46 tahun. Di usianya yang tidak muda lagi, ia mampu melahirkan ratusan karya, dalam 10 bentuk media.

Ia memiliki semboyan mirip dengan filsuf asal Prancis yang dijuluki “bapak filsafat modern”, Rene Descartes. Gaungan Rene Descartes Cartes yang paling nyaring ialah “Cogito Ergo Sum”. Aku berpikir maka aku ada. Seseorang dianggap ada ketika ia sedang memikirkan sesuatu, sedangkan ketika seseorang tidak berpikir tentang apapun seseorang tersebut menurut Des Cartes dianggap tak ada.

Misalnya, ketika seorang siswa sedang menyantap pelajaran matematika di kelas, namun ia tidak berpikir tentang pelajaran tersebut, maka ia sebenarnya tidak ada, hanya raga saja yang hadir di dalam kelas tersebut, sedangkan ruh dalam dunia idenya entah sedang bergentayangan kemana.

Perumpamaan lain tentang gagasan Rene “Aku berpikir maka aku ada” yakni ketika seseorang sedang berada di pelataran rumah, kemudian ia tengadah ke arah langit yang luas, ia memikirkan segala sesuatu yang ada di alam semesta dan segala isinya. Berbeda dengan seseorang yang tidak memikirkan apapun atau yang sering kita cap melamun dengan tatapan kosong, ia sebenarnya tidak sedang ada di tempat itu, pikirannya tidak sedang bertamasya untuk berangkat mencari tahu.

Mirip dengan gagasan Rene yang menganggap sesuatu atau seseorang ada ketika berpikir. Seorang seniman wanita bernama Moel Soenarko, yang sudah sepuh, berumur 76 tahun, ia memiliki gagasan bahwa “seseorang ada ketika ia berkarya” tuturnya.

Memang benar, ketika hidup, kemudian ia tidak menelurkan karya, maka ketika ia sudah lenyap dilahap tanah kuburan, secara substansial pikiran dan pemikirannya semasa hidup juga ikut terkubur bersama raganya yang telah mati.

Maka benar, jika kita ingin abadi, dan akan terus ada, maka jangan pernah berhenti untuk Berkarya. (Afif Anwar Rasyid)