Surat dari Yangon

Kota Yangon menjadi lautan api malam ini. Banyak pabrik, pusat perniagaan dan pemukiman penduduk dibakar. Bentrokan antara tentara junta militer dengan para demonstran tak terelakan. Tembakan tentara dibalas dengan senjata alakadarnya. Saat ini lebih dari 140 orang tewas dalam tragedi pasca kudeta di Myanmar.

Demikian tulisan singkat WhatApp  yang dikirim seorang  sahabat Dr. Cucu Junaedi, M.Pd – Kepala Sekolah Indonesian International School Yangon (IIYS) langsung dari Yangon,  Myanmar.

“Saat ini ruangan sekolah Indonesia di Yangon menjadi penampungan sementara WNI dan warga setempat yang membutuhkan. Dalam sebulan terakhir ini, kota Yangon dan beberapa kota lainnya di Myanmar sangat mencekam. Bentrokan junta militer dan para demontran terjadi di berbagai kota di Myanmar. Pemerintah junta militer terus menekan para demonstra n secara membabi buta. Korban berjatuhan tak  terhindarkan. Mereka menembakan senjata secara membabi buta. Mohon do’a. Demikian pungkas Dr.Cucu Junaedi, M.Pd. dalam WatchApp yang dikirim.

Saya biasa memanggilnya kang Cucu. Beliau satu dari puluhan ribu lulusan IKIP Bandung atau kini UPI. Kang Cucu pernah berdinas sebagai guru di Kabupaten Bandung telah mewakaqkan lebih dari setengah usianya untuk kemajuan pendidikan. Ia pendidik sejati.  Jebolan D2 dan S1 Prodi pendidikan bahasa Inggris UPI. Kemudian ia meneruskan  studi magister dan program doktor di SPs UPI. Dan semenjak empat tahun lalu, kang Cucu dipercaya sebagai Kepala  Sekolah Indonesia Yangon (SIY) dan merangkap sebagai Kepala Sekolah Indonesian International School Yangon (IISY) Myanmar.

Saat ini sekolah tersebut memiliki  432 siswa WNI/WNA. Ada 40 orang guru WNI/WNA. Mereka bertugas menjadi guru  kelas dan guru mata pelajaran di SD, SMP dan SMA.  Sekolah melaksanakan Kurikulum 2013    sesuai dengan standar nasional pendidikan. Kalender akademik sekolah merujuk kepada panduan Kemdikbud. Kecuali Hari libur sekolah disesuaikan dengan kebijakan setempat. Sebagai sekolah internasional, IISY  melaksanakan tambahan pembelajaran dengan merujuk pada Cambridge School. Salah satu sistem pendidikan internasional yang dianut saat ini.

Sekolah Indonesia Yangon merupakan salah satu dari 15 sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) yang di 11 negara sahabat. Beberapa sekolah Indonesia di LN tersebut antara lain berlokasi di Bangkok (Thailand), Den Haag (Belanda),  Jeddah, Makkah, Riyadh (Arab Saudi), Kualalumpur, Kinabalu (Malaysia), Tokyo (Jepang),  Moscow (Rusia) dan Yangon (Myamar). Sekolah Indonesia di LN ini merekrut guru  WNI. Mereka diseleksi dan  ditugaskannlanlangsung oleh Kemdikbud bekerjasama dengan Kemenlu. Beberapa guru lokal  juga direkrut yang berasal dari negara setempat.

Kehadiran sekolah Indonesia di LN sangat penting keberadaannya.  Sekolah ini selain memberi kesempatan pada generasi muda Indonesia yang bermukim di LN untuk mengikuti pendidikan formal. Juga memiliki fungsi strategis. Yaitu melaksanakan misi soft power diplomacy melalui pendidikan dan kebudayaan. Yaitu mempromosikan Indonesia dalam menguatkan diplomasi melalui layanan bidang pendidikan, budaya, kedamaian, dan nilai nilai persahabatan. Yaitu Friendship citizenship antar bangsa. Seperti pernah ditulis Peterson (2014) bahwa soft power diplomacy is dependent of the strength  of ideas and culture to influence friendship. Education is an ideal vehicle for soft power. Diplomasi soft power sangat  bergantung pada kekuatan ide dan budaya bisa menguatkan ruang persahabatan. Dan pendidikan merupakan wahana penting untuk meraih semua itu.

Selamat bertugas Kang Cucu. Selamat berkarya para guru. UPI- almamater mu  bangga. Kau adalah pahlawan pendidikan. Kau duta bangsa yang berkiprah di negeri orang (Dinn Wahyudin)