Tafsir Tarbawy (Wasathiyatul Islam)

Kajian subuh bersama Dr. KH. Aam Abdussalam, M.Pd. kali ini membahas tentang Wasathiyatul Islam (Moderasi Islam) sebagai upaya untuk mengarahkan umat agar adil, seimbang, bermaslahat dan proporsional dalam semua dimensi kehidupan. Maka dari itu, penjelasan beliau berikut ini bisa dijadikan bahan rujukan oleh umat Islam untuk mewujudkan harmoni dalam keberagaman.

Dilansir dari unggahan di kanal YouTube TVUPI Digital pada Rabu, 29 September 2021/22 Safar 1443 H menjelaskan tentang hal tersebut.

Konsep ini merujuk pada surah Al-Baqarah ayat 143 yang menyebut kita sebagai Ummatan Wasatha yang berarti umat pertengahan, umat yang adil, atau umat terbaik menurut beberapa tafsir. Ummat pertengahan merupakan arti asli dari Ummatan Wasatha, sedangkan ummat yang adil adalah substansi yang terdapat didalamnya, dan ummat terbaik merupakan konsekuensi dari kehadiran kita sebagai ummat pertengahan yang kemudian tampil ditengah umat di dunia karena keadilan. Umat Islam dalam setiap kegiatan dan perilakunya akan menjadi bukti dari kebenaran Islam itu sendiri, karena Ummatan Wasatha merupakan konsep sosiologis-interaktif terbaik yang berperan sebagai konsekuensi dari ayat-ayat di dalam Al-Qur’an yang menjamin tentang ummat terbaik sehingga menjadi moderasi atau rujukan bagi orang lain.

Pada hakikatnya jika Ummatan Wasatha dianalogikan dalam suatu neraca, maka seluruh ajaran Islam akan berada pada posisi tengah yang berarti benar dan adil. Sehingga kemudian mereka yang menempati posisi neraca di kanan dan di kiri akan menjadikan posisi tengah (umat Islam) sebagai sebuah rujukan, baik dari segi akidah, syariah, dan akhlak. Wasathyah merupakan prinsip besar sekaligus jati diri Islam yang menjamin umatnya untuk menjadi umat terbaik yang apabila umat Islam mampu menerapkannya maka mereka akan menjadi rujukan bagi umat yang lain. Sebagai konsep sosiologis-interaktif, Ummatan Wasatha kemudian menurunkan konsep-konsep aktual yaitu: Ta’aruf, Ta’awun, Tawashi, Tasyawur, Tasyamul, Takamul, Tasamuh, Tarahum, dan Tahabub. (Cikal Aktar Muttaqin)