Tantangan UPI dalam Mencetak Guru Vokasi

Kudus, UPI

Keluhan kami, para pengelola Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) hanya satu, yaitu kurangnya guru produktif yang paham dunia industri, kalau persoalan pedagogik itu sudah cukup, hanya saja diperlukan guru yang benar-benar paham budaya di dunia industri. Diharapkan, UPI dapat melahirkan guru-guru yang benar-benar kompeten, punya pedagogik yang tinggi, terutama mempunyai pengalaman dan mindset industri.

Demikian ungkap Kepala Sekolah SMK Raden Umar Said, Fariddudin, S.Sn., saat ditemui usai menerima kunjungan pimpinan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di Auditorium Studio Animasi SMK RUS Jalan Sukun Raya No.09, Besito Kulon, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Kamis (24/1/2019).

Kami sangat mengapresiasi positif atas upaya UPI yang benar-benar berupaya merubah mindset atau paradigma, ujarnya, yang semula hanya sekedar meluluskan calon guru biasa, kini berupaya merangkul para user guru seperti SMK dan insdustri untuk meningkatkan kompetensinya, karena banyak perguruan tinggi yang hanya mementingkan kelulusan mahasiswanya.

“Kami sering melakukan rekrutmen dan menemukan calon guru dengan nilai yang bagus bahkan lulusan dengan cum laude, namun ketika diobservasi lebih lanjut, kompetensi dan pengalamannya tidak sesuai yang kami butuhkan, sehingga kami belum bisa memanfaatkan tenaganya. Jika memungkinkan, para calon guru tersebut, utamanya calon guru SMK, tidak langsung mengajar ketika lulus, paling tidak memiliki pengalam kerja di industri terlebih dahulu. Target SMK dikatakan berhasil ketika mayoritas lulusannya langsung diserap dunia industri untuk bekerja atau wiraswasta bukan kuliah,” harapnya

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Pengawas Sekolah Kabupaten Kudus Dr. Yuli Rifani, M.Pd., mengatakan bahwa pembelajaran siswa di sekolah hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan industri, kesulitannya adalah mendapatkan guru yang memiliki mindset industri, sehingga saat ini kami belum menemukan guru yang sesuai dengan kebutuhan SMK.

Lebih lanjut dijelaskan,”Contohnya dalam mata pelajaran matematika di jurusan otomotif, matematika apa yang dibutuhkan oleh jurusan otomotif. Kemudian dalam mata pelajaran olah raga, olah raga apa yang sesuai dengan jurusannya, apakah olahraga bagi jurusan animasi sama dengan olah raga di jurusan teknik mesin. Nyatanya masih harus mengikuti kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga ending-nya terjadi ketidaksinkronan.”

Diharapkan, lanjutnya, kami mendapatkan guru yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga ketika kita berbicara kurikulum, sentralnya di produktifnya, sesuai dengan jurusannya. UPI diharapkan menjadi universitas yang mempelopori mecetak calon guru yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Sejalan dengan harapan sekolah, Program Director Djarum Foundation Primadi H. Serad mengatakan,”Kegiatan kami fokus untuk meningkatkan kualitas sekolah kejuruan karena Bangsa Indonesia akan menghadapi Revolusi Industri 4.0, menghadapi bonus demografi tahun 2030, oleh karena itu kami membutuhkan banyak sekali tenaga terampil. Tenaga terampil tidak hanya dari Politeknik tetapi juga dari SMK.”

Indonesia mempunyai 14.700 SMK, ungkapnya, saat ini sedang masuk dalam proyek revitalisasi pemerintah. Sementara itu di Kudus kami membina 16 SMK, dan kami mulai dengan pembenahan kurikulum, penyiapan infrastruktur, tetapi tantangan terberat adalah menyiapkan guru.

“Guru-gurunya ini yang harus dipersiapkan oleh perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi eks IKIP. Ada 2 jalur dalam upaya mencetak guru, ada dari Politeknik dan juga dari perguruan tinggi eks IKIP. Tetapi Djarum Foundation sendiri percaya bahwa yang dihadapi itu adalah anak-anak di usia 16 tahun, selain technical skills, diperlukan juga pedagogic skills. Pedagogik itu menguatkan soft skills-nya, lebih penting dari tekniknya. Oleh karena itu, peran perguruan tinggi seperti UPI, UNJ, UNY, dan UNNES, sangat diperlukan sekali, makanya kami berharap guru-guru lulusan dari UPI itu bisa siap mengajar di SMK dengan spesifikasi yang sudah sesuai dengan industri,” tegasnya.

Guru-guru lulusan UPI, lanjutnya, diharapkan sudah memahami apa-apa yang diinginkan oleh SMK, makanya perlu banyak melakukan kerja sama dengan industri agar guru mendapatkan pelatihan skills-nya. Dan jangan lupa juga dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, soft skills tidak kalah pentingnya, pedagogik tidak kalah pentingnya, termasuk cara berkomunikasi, berkolaborasi, adaptability, creativity, persistent, menumbuhkan motivasi siswa, itulah kekuatan perguruan tinggi seperti yang dimiliki UPI, bisa menciptakan guru motivator dan inspirator selain sisi kemampuan tekniknya.

Lebih lanjut dijelaskannya,”Sekolah kejuruan itu tidak murah, butuh biaya, butuh kolaborasi dengan industri, kolaborasi dengan KADIN, atau asosiasi pengusaha seperti APINDO, serta Bappenas untuk duduk bersama supaya ada dana swasta yang dialirkan ke sekolah. Diperlukan insentif dari pemerintah dalam hal perpajakan, saat ini dengan aturan yang baru perpajakan itu hanya berlaku untuk SMK, Politeknik dan BLK, tidak termasuk perguruan tinggi pencetak calon gurunya.

Djarum Foundation memiliki kepentingan dengan perguruan tinggi termasuk UPI, ujarnya, kami membutuhkan guru, kami sangat mengharapkan undangan dari UPI untuk berkolaborasi, namun kami juga belum bisa menjanjikan banyak, akan menjajaki terlebih dulu segala kemungkinan, setidaknya para calon guru bisa magang di tempat kami, mereka harus tahu kondisi dunia industri yang sesungguhnya, sehingga mereka lebih siap.

Dalam kesempatan tersebut, Rektor UPI Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., menjelaskan bahwa kehadiran rombongan UPI di Kudus adalah dalam rangka kunjungan kerja yang terkait dengan rencana UPI mengembangkan Center of Excellence (COE) Pendidikan Vokasi dalam kontek penyiapan guru-guru SMK yang akan mendapat dukungan dari ADB.

Lebih lanjut dijelaskan,”Kunjungan kerja ini bertujuan untuk mempelajari pola pengelolaan SMK binaan Djarum Foundation. Kedua, mendapatkan informasi tentang peluang dan tantangan dalam pengembangan SMK, ketiga, membangun kerjasama, dan mendapatkan informasi kebutuhan mendesak dalam pengembangn SMK, serta memberi masukan dalam mengembangkan COE dalam pendidikan vokasi.” (dodiangga)