Tiga Mahasiswa FPBS Sampaikan Kepeduliannya Terhadap Bahasa Ibu

Bandung, UPI

“…Bahasa ibu. Jangan biarkan ia mati, musnah, dan binasa! Jaga dan rawatlah warisan nenek moyang kita, agar anak cucu tak lupa pada identitasnya, dan selalu bangga setia pada warisan bangsanya.” Cuplikan puisi tersebut disampaikan oleh tiga mahasiswa UPI sambil menembangkan Pupuh Jurudemung saat membuka presentasi dalam pelaksanaan kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang Tahun 2019. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Museum Pendidikan Nasional UPI Bandung, selama tiga hari, dimulai pada hari Kamis (27/06/2019) sampai dengan hari Sabtu (29/06/2019).

Tiga mahasiswa tersebut ialah Hana Mumtazia Nurhaq, Alya Nur Isna Hendayana, dan Debby Fajarahmi. Ketiganya berasal dari Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI. Mereka menyampaikan hasil dan temuan penelitiannya yang berjudul “Gejala Kepunahan Bahasa Sunda sebagai Bahasa Minoritas di Daerah Perbatasan”. Penelitian tersebut berlokasi di Kecamatan Wanareja, Kabupaten Cilacap. Hasil penelitian tersebut didapatkan setelah melakukan serangkaian alur dan metode penelitian serta analisis data dengan memperhatikan penggunaan bahasa melalui pola dengan, di, dan untuk serta mendapatkan gambaran pewarisan bahasa antargenerasi masyarakat Kecamatan Wanareja.  

Dalam presentasi tersebut, mereka menyampaikan bahwa secara administratif, Kecamatan Wanareja termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Namun, letak daerahnya yang berbatasan dengan Jawa Barat membuat masyarakat yang tinggal di daerah ini termasuk ke dalam masyarakat multiligual atau yang menguasai lebih dari satu bahasa. Di kecamatan ini pula, hidup penutur asli bahasa Sunda. Status administratif tersebut menjadikan bahasa Jawa digunakan sebagai bahasa mayoritas di Kecamatan Wanareja dan bahasa Sunda sebagai bahasa minoritas. Dominasi tersebut membuat masyarakat penutur bahasa Sunda kurang mendapat ruang untuk mempelajari bahasa ibunya, baik secara formal maupun nonformal, karena bahasa Sunda tidak masuk ke dalam muatan lokal di sekolah.

Selain itu, terlihat pula dari grafik pewarisan bahasa Sunda dari generasi ke generasi masyarakat Wanareja, tampak bahwa pewarisan bahasa ibu, khususnya bahasa Sunda mengalami penurunan yang cukup tajam. Hal inilah yang menjadi keresahan bagi tim kelompok akan adanya gejala kepunahan bahasa Sunda di daerah perbatasan. Ini sejalan dengan hasil penelitian Tondo (2009) tentang sepuluh faktor penyebab kepunahan suatu bahasa. Beberapa faktor tersebut di antaranya ialah bahasa tersebut sudah tidak digunakan lagi oleh penuturnya, adanya pernikahan antaretnis, serta faktor dominasi bahasa mayoritas tempat bahasa tersebut dituturkan.

Presentasi tersebut ditutup dengan pelafalan serentak dari ketua dan anggota kelompok mengenai sebuah kutipan dari The Girona Manifesto on Linguistics Rights yang dirilis oleh PEN International (2011), yang berbunyi, “Keragaman linguistik merupakan warisan dunia yang harus dihargai dan dilindungi. Menghormati semua bahasa dan budaya adalah  hal mendasar untuk menjaga perdamaian dunia.”

Ketika ditanya mengenai kesannya dalam mengikuti Monev ini, Debby, salah satu anggota kelompok mengatakan bahwa ia sangat antusias dan bersemangat. Alya, yang juga merupakan anggota kelompok menambahkan bahwa kegiatan seperti ini dapat menumbuhkan semangat untuk berkarya. Ia mengatakan, melalui PKM, ia dapat menuangkan kepeduliannya terhadap bahasa daerah, terutama bahasa Sunda.

“Kami tidak pernah menyangka ada di titik ini. Kami berterima kasih kepada Bapak Mahmud Fasya selaku dosen pendamping kami yang telah mendampingi sejak awal pengusulan proposal. Selama persiapan monev, kami juga diberi pengarahan dan dilatih oleh Ibu Tri Indri Hardini selaku reviewer nasional PKM dan Bapak Pupung Purnawarman selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FPBS. Pengarahan tersebut sangat kami rasakan manfaatnya sehingga ketika presentasi, kami dapat berusaha menampilkan yang terbaik,” pungkas Hana, selaku ketua kelompok. (DN)