Tim PKM UPI Presentasikan Pola Pertanian Organik Ala Baduy

Bandung, UPI

Dari total 27 tim, sepuluh tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari UPI yang lolos pendanaan Kemenristekdikti tampil pada hari terakhir Sabtu, (29/06/2019) monitoring dan evaluasi (monev) eksternal yang diadakan di Museum Pendidikan Nasional, UPI, Bandung. Dari kesepuluh tim yang tampil terdapat tujuh tim PKM Penelitian Sosial Humaniora. Salah satunya ialah tim yang beranggotakan Gista Septriantri Putri, Meiliyana, dan Rifal Nur Goib Oktapiandi yang merupakan  mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI dengan dosen pembimbing Mahmud Fasya, S.Pd., M.A.

Tim yang diketuai oleh Gista ini membahas konservasi pola pertanian organik dalam leksikon atau kosakata etnoagrikultur yang digunakan oleh masyarakat Baduy dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Ulayat Baduy yang terletak di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Lokasi penelitian ini meliputi dua kawasan yang berbeda, yaitu Baduy Luar (Kampung Kadugede dan Kampung Cicakal) serta Baduy Dalam (Kampung Cibeo).

Melalui penelitian ini mereka mencoba menelaah bagaimana hubungan leksikon-leksikon etnoagrikultur yang digunakan oleh masyarakat Baduy dengan proses pertanian yang telah menjadi tradisi masyarakat. Leksikon yang sarat akan nilai adat ini pada dasarnya adalah representasi tradisi leluhur masyarakat Baduy. Dengan demikian, jika masyarakat Baduy tidak menggunakan leksikon-leksikon tersebut di dalam kegiatan pertaniannya, mereka dipastikan akan mulai meninggalkan tradisi adat yang sudah ada.

Selain itu, sejatinya nilai-nilai kultural yang terkandung dalam setiap leksikon etnoagrikultur masyarakat Baduy juga secara filosofis memiliki kaitan dengan masalah ekologis. Pola pertanian organik yang diterapkan oleh masyarakat Baduy sangat bersinambung dengan alam karena segala perkakas dan material yang digunakan masyarakat Baduy masih bersifat tradisional sehingga menciptakan pola pertanian yang ramah lingkungan.

Konservasi pola pertanian organik masyarakat Baduy sudah lama dijalani oleh masyarakat Baduy karena mereka masih menjunjung tinggi aturan-aturan adat. Salah satunya ialah masyarakat Baduy dilarang keras menggunakan alat-alat modern seperti traktor, pupuk kimia, dan pestisida dengan alasan aturan leluhur. Sejatinya, sudah cukup jelas alasan yang mendasari pelarangan alat-alat modern tersebut. Semua itu dilarang bukan untuk mengisolasi masyarakat Baduy dari kehidupan yang modern, melainkan untuk kelestarian alam yang notabene merupakan sumber penghidupan utama mereka.

Lebih lanjut, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pencerahan kepada semua pihak mengenai pola pertanian organik. Secara khusus, pemerintah dituntut untuk dapat memodifikasi dan mengimplementasikannya ke lahan-lahan pertanian lainnya yang ada Indonesia demi mewujudkan swasembada pangan yang otonom, berkualitas tinggi, dan juga ramah lingkungan. (DN)