Tim PKM FPBS Lolos Seleksi Calon Peserta PIMNAS ke-32 Tahun 2019

Bandung, UPI

Setelah cukup lama dinanti, pada Selasa (30/07/2019) Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menetapkan calon peserta Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 Tahun 2019. Dalam surat yang bernomor B/2341/B3.1/KM.02.13/2019, Direktur Kemahasiswaan, Dr. Didin Wahidin, menetapkan 460 tim PKM dari 126 perguruan tinggi se-Indonesia yang akan berlaga dalam ajang PIMNAS ke-32 di Bali. Di antara 460 tim PKM tersebut, FPBS berhasil menempatkan satu wakilnya.

Tim ini akan berlaga di PIMNAS ke-32 dalam skema PKM Penelitian Sosial Humaniora (PKMPSH) yang berjudul “Konservasi Pola Pertanian Organik dalam Leksikon Etnoagrikultur (Studi Etnolinguistik di Kampung Adat Baduy)”. Tim ini melibatkan Gista Septriantri Putri sebagai ketua serta Meiliyana dan Rifal Nur Goib Oktapiandi sebagai anggota. Ketiganya merupakan mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI yang dibimbing langsung oleh Mahmud Fasya, S.Pd., M.A.

Tim PKM FPBS ini melaksanakan penelitian di Kampung Ulayat Baduy yang terletak di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten. Lokasi penelitian ini meliputi dua kawasan yang berbeda, yaitu Baduy Luar (Kampung Kadugede dan Kampung Cicakal) serta Baduy Dalam (Kampung Cibeo).

Dalam penelitian ini mereka menelaah bagaimana hubungan leksikon-leksikon etnoagrikultur yang digunakan oleh masyarakat Baduy dengan proses pertanian yang telah menjadi tradisi masyarakat. Leksikon yang sarat akan nilai adat ini pada dasarnya adalah representasi tradisi leluhur masyarakat Baduy. Dengan demikian, jika masyarakat Baduy tidak menggunakan leksikon-leksikon tersebut di dalam kegiatan pertaniannya, mereka dipastikan akan mulai meninggalkan tradisi adat yang sudah ada.

Selain itu, sejatinya nilai-nilai kultural yang terkandung dalam setiap leksikon etnoagrikultur masyarakat Baduy juga secara filosofis memiliki kaitan dengan masalah ekologis. Pola pertanian organik yang diterapkan oleh masyarakat Baduy sangat bersinambung dengan alam karena segala perkakas dan material yang digunakan masyarakat Baduy masih bersifat tradisional sehingga menciptakan pola pertanian yang ramah lingkungan.

Konservasi pola pertanian organik masyarakat Baduy sudah lama dijalani oleh masyarakat Baduy karena mereka masih menjunjung tinggi aturan-aturan adat. Salah satunya ialah masyarakat Baduy dilarang keras menggunakan alat-alat modern seperti traktor, pupuk kimia, dan pestisida dengan alasan aturan leluhur. Sejatinya, sudah cukup jelas alasan yang mendasari pelarangan alat-alat modern tersebut. Semua itu dilarang bukan untuk mengisolasi masyarakat Baduy dari kehidupan yang modern, melainkan untuk kelestarian alam yang notabene merupakan sumber penghidupan utama mereka.

Lebih lanjut, penelitian ini bertujuan untuk memberikan pencerahan kepada semua pihak mengenai pola pertanian organik. Secara khusus, pemerintah dituntut untuk dapat memodifikasi dan mengimplementasikannya ke lahan-lahan pertanian lainnya yang ada Indonesia demi mewujudkan swasembada pangan yang otonom, berkualitas tinggi, dan juga ramah lingkungan.

Selain tim dari FPBS, UPI menempatkan lima tim PKM lagi yang akan berlaga di PIMNAS ke-32 sehingga secara total ada enam tim PKM dari UPI yang dinyatakan lolos seleksi. Keenam tim tersebut terdistribusi pada beberapa skema, yaitu tiga skema PKMKC dan masing-masing satu skema untuk PKMGT, PKMPSH, dan PKMT. Semoga semua tim tersebut dapat melakukan yang terbaik dalam ajang yang bergengsi ini. Amin!. (DN)