900 Liter Ekoenzym Dituangkan ke Aliran Sungai Cikapundung

Bandung, UPI

Sebanyak 400 liter ekoenzym dari Kebun Botani FPMIPA UPI dan sebanyak 500 liter sumbangan ekoenzim dari para relawan komunitas ecoenzym Bandung dituangkan ke aliran Sungai Cikapundung, Jalan Asia Afrika Bandung, Rabu (26/7/2023). Kegiatan ini dipimpin oleh Ketua Pelaksana Prof. Hertien Koosbandiah Surtikanti, MSc.ES., PhD.

Penuangan Ekoenzim ini merupakan bagian dari Gerakan Penuangan Ekoenzim untuk Menyelamatkan Lingkungan Perairan  Sungai Cikapundung Kota Bandung.

Kegiatan ini merupakan kerjasama antara Program Studi Biologi FPMIPA UPI dengan Pusat Kajian Dikhumsaintek LPPM UPI yang diwakili Prof. Dr. Topik Hidayat, Dinas Lingkungan dan Kebersihan kota Bandung yang diwakili Dudy Prayudi, ST., MT., Biocita UPI dan Komunitas Ecoenzym Bandung dengan ketuanya Dody.

Ekoenzim adalah hasil dari proses fermentasi bahan limbah organik dari sisa sayuran dan kulit buah. Ini adalah satu produk Green Campus UPI.

Hingga saat ini sudah banyak para relawan, aktifis lingkungan dan dosen perguruan tinggi membuat ecoenzym dan sudah berkontribusi untuk di tuangkan ke dalam sungai maupun danau yang sudah mengalami kerusakan kualitas air.

Menurut Guru Besar bidang Biologi Lingkungan Program Strudi Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) Universitas Pendidikan Indondonesia (UPI) Prof. Hertien Koosbandiah Surtikanti, M.Sc. ES. Ph.D., Eco Enzyme ini pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong yang merupakan pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand, dan sudah  melakukan penelitian sejak tahun 1980-an.  Kemudian ecoenzym ini diperkenalkan secara lebih luas oleh Dr. Joean Oon, seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia.

Hadir pada kesempatan tersebut sebanyak 60 orang partisipan termasuk diantaranya Sekretaris Dinas Lingkungan dan Kebersihan Kota Bandung Sopyan Hernadi, perwakilan Dosen Biologi  FPMIPA UPI dan staf, Dosen Matematika FPMIPA UPI, mahasiswa serta Biocita UPI, Fakultas Pertanian Universitas Ma’soem, Prodi Kesehatan Masyarakat STIKes DHB, Prodi Biologi Unesa, para Aktifis Lingkungan, Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Martinus, Penggiat ecoenzym Bandung, dan relawan komunitas ekoenzim.

Ini merupakan wujud kepedulian kita terhadap lingkungan. Ada 3 tahapan terkait dengan kegiatan lingkungan ini. Pertama, pemanfaatan dan daur ulang limbah organik menjadi ekoenzim. Kedua, penuangan ekoenzim untuk membantu proses pemulihan sungai Cikapundung secara biologi. Ketiga, menunjukkan kepedulian kita, untuk dijadikan contoh bagi masyarakat agar ikut menjaga dan memperbaiki lingkungan yang kita cintai,” tegas Prof. Hertien.

Melalui kegiatan ini, lanjut Prof. Hertien, diharapkan makin banyak masyarakat dari seluruh lapisan, tergerak untuk ikut bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan.

“Saya yakin, semua masyarakat sudah faham mengapa sungai tidak jernih. Berbagai jenis sampah menumpuk dimana-mana dan muncul fenomena pemanasan global, dan lain-lain. Kita tidak cukup hanya tahu saja tentang masalah lingkungan, tetapi kita juga harus bergerak melakukan berbagai usaha dalam memperbaiki kualitas lingkungan. Kita hidup tergantung kepada lingkungan dan harus benar-benar dijaga,” tegas Prof. Hertien.

Diharapkan, lanjutnya, semoga aliran ekoenzim yang mengandung ion negatif membawa muatan energi positif hingga ke hilir sungai Cikapundung.

Kegiatan ini merupakan rangkaian dan kelanjutan dari kegiatan Prodi Biologi FPMIPA UPI dan tim sebelumnya di Universitas Pendidikan Indonesia yaitu Green Campus UPI.

Eko Enzim Dari Lingkungan Untuk Lingkungan Agar Hidup Lebih Asri”. (dodiangga)