FPSD UPI Selenggarakan International Conference on Art and Design Education

Bandung, UPI

Pada era revolusi industri 4.0, dibutuhkan perguruan tinggi yang mampu menyiapkan seorang pembelajar hingga akhir hayat dan saat ini seni memainkan peran penting. Proses pendidikan di era revolusi industri 4.0 perlu menggabungkan pendidikan dan keterampilan seni liberal. Pendekatan belajar model Science, Technology, Engineering and Mathematics (STEM) telah berubah menjadi pendekatan belajar Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics (STEAM).

Demikian ungkap Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., saat memberikan sambutannya dalam acara International Conference on Art and Design Education (ICADE) yang diselenggarakan oleh Fakultas Pendidikan Seni dan Desain di Ballroom Grand Tjokro Bandung Jalan Cihampelas No. 211-217 Bandung, Rabu (19/9/2018).

Hadir dalam kesempatan tersebut Prof. dr. Georg Maas dari Martin-Luther-University of Halle-Wittenberg, Jerman, Prof. Marno Schulze dari University of Music Lubeck, Jerman, Prof. dr. Md Nasir Ibrahim ASWARA dari Universiti Pendidikan Sultan Idris, Malaysia, Prof. Sofyan Salam, M.., Ph. D., dari Universitas Negeri Makasar, dan Prof. Dr. Hj. Tati Narawati, M. Hum., dari Universitas Pendidikan Indonesia, serta Assoc Prof. Dr. Melaney White Dixon dari The Ohio State University, Amerika Serikat, sebagai pembicara utama.

Lebih lanjut ditegaskan,”UPI yang memiliki visi untuk menjadi universitas terkemuka di bidang pendidikan selalu berkomitmen untuk mendorong semua sivitas akademikanya untuk menciptakan dan mengembangkan kegiatan akademiknya, baik secara individu maupun secara kolaboratif, sebagai salah satu strategi untuk merealisasikan visi serta misi UPI melalui mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan di berbagai bidang dan kegiatan.”

Saya sangat berharap, ujarnya, konferensi ini memberikan manfaat dan bermakna untuk mengembangkan pendidikan seni dan desain. Terima kasih saya ucapkan kepada pembicara utama dan presenter untuk kontribusi ide-ide hebatnya, kepada para peserta yang menghadiri konferensi dan program studi pendidikan seni Sekolah Pascasarjana UPI, atas komitmen dan upayanya untuk melaksanakan konferensi ini dengan sukses.

“Diharapkan, konferensi ini dapat memfasilitasi anda semua untuk membangun ide-ide yang berkualitas dan bekerja secara kolaboratif untuk saat ini dan masa depan,” harapnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Dekan FPSD UPI Dr. Zakarias S Soetedja, M.Sn., mengatakan bahwa penylenggaraan seminar internasional Pendidikan Seni dan Desain yang pertama (International Conference on Art and Design Education (ICADE)) ini diselenggarakan dengan banyak output, tujuannya tidak hanya untuk memenuhi tuntutan akademik saja sebagai institusi penyelenggaran pendidikan seni dan desain di UPI, tetapi lebih dari itu.

“Perlu diketahui bahwa Fakultas Pendidikan Seni dan Desain UPI merupakan satu-satunya Fakultas Pendidikan Seni dan Desain yang di dirikan di eks LPTK Negeri di Indonesia. Universitas Negeri Makasar yang telah terlebih dahulu memiliki Fakultas Sen, tidak lagi menggunakan  kata “Pendidikan” untuk menamai Fakultasnya,” ungkapnya.

Dalam penyelenggaraan konfrensi internasional ini, tegasnya, bagi kami selaku pimpinan fakultas, diharapkan dapat lebih mendorong perkembangan pendidikan seni dan desain di Indonesia sekaligus memberi warna pada perkembangan pendidikan seni dan desain secara global dengan karakteristik dan ciri yang khas pendidikan seni di negara-negara asia. Pendidikan seni yang memiliki kekuatan latar belakang budayanya, pendidikan seni yang ditumbuhkembangkan dari keragaman budayanya.

Dijelaskannya,”Di sisi lain, penyelenggaraan seminar yang intens seperti ini diharapkan dapat mendorong informasi kepada masyarakat luas secara kontinyu tentang pentingnya penyelenggaran pendidikan seni dan desain bukan hanya untuk menghasilkan karya-karya seni yang berkualitas, tetapi lebih jauh dari itu. Pendidikan seni dapat menjadi jalan untuk mendidik anak menjadi pribadi yang utuh, menciptakan keharmonisan, saling pengertian diantara sesama warga masyarakat lokal maupun global. Mengajarkan kita untuk menghargai warisan budaya sebagai bukti pencapaian pengetahuan.”

Singkatnya, ujarnya, pendidikan seni menjadi jalan untuk mewujudkan mimpi dan harapan terciptanya masyarakat madani yang kreatif dalam menghadapi berbagai persoalan yang dihadapinya, terciptanya masyarakat yang toleran dan saling menghargai tanpa memandang perbedaan kelas, suku, etnik, ras, dan agama. (dodiangga)