Ketua DGB UPI: JASBELUDRU, Optimalisasi Potensi Kepakaran Guru Besar

Bandung, UPI

Ketua Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M. Ed., menjelaskan bahwa JASBELUDRU ini diawali dengan kegiatan yang bersifat fisik, mencoba memaknai sehat fisik untuk menuju sehat fikiran, sehingga dengan sehat fisik kita memiliki kesempatan untuk mengoptimalisasikan apa yang dimiliki. Diungkapkan Ketua DGB,”Potensi yang dimiliki para guru besar ini diperlukan untuk menyambut proses-proses akademik, seperti perkuliahan, pembimbingan dan seterusnya dalam keadaan sehat, sehingga bisa mengoptimalkan apapun yang dilakukan dari sisi akademik.”

Pernyataan tersebut disampaikannya Prof. Didi Suryadi pada kegiatan “JAS BELUDRU” di Driving Range UPI Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Rabu (2/8/2023).

Kemudian lebih dari itu, lanjut Ketua DGB, dari sisi silaturahim, bahwa silaturahim itu tentu harus diawali dari silaturahim yang bersifat fisik seperti ini. Tadi Pak Rektor mengatakan bahwa silaturahim ini akan menyehatkan sisi psikologis.

“Tapi setelah itu, sebenarnya dari silaturahim secara fisik ini akan menuju kepada silaturahim pemikiran-pemikiran terbaik yang dimiliki para Guru Besar ke depan, sehingga para guru besar bisa memberikan kontribusi terbaik dalam banyak hal untuk mengatasi persoalan yang dihadapi bangsa ini. Para Guru Besar itu adalah orang-orang yang sudah paripurna di dalam keilmuannya, mereka punya identitas yang luar biasa dalam keilmuannya,” ujar Ketua DGB.

Diungkapkan Prof. Didi Suryadi,”Hari ini sebenarnya kita bersilaturahim secara fisik, tapi para guru besar itu sebenarnya idealnya bersilaturahmi dari sisi pemikiran karena banyak permasalahan yang kita hadapi di masyarakat yang tidak bisa diselesaikan oleh orang-orang dan sebenarnya pemikiran-pemikiran yang dimiliki para guru besar ini potensial untuk bisa mengatasi permasalahan yang ada di masa lalu.”

UPI memiliki kompetensi, ujarnya, sesuai dengan pandangan Pak Rektor bahwa yang namanya pengabdian, keilmuan terhadap masyarakat, sebetulnya tidak boleh dilakukan secara insidental, tetapi harus kontinyu, sehingga berdampak nyata dan berdampak luas terhadap perbaikan di masyarakat.

Ada tantangan besar yang dihadapi oleh para akademisi, ungkapnya. Sebagai contoh, mahasiswa UPI sedang melakukan pengabdian di Malaysia, para dosennya pun melakukan pengabdiannya di salah satu universitas di Malaysia. Hasilnya, ditemukan satu persoalan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang tidak mudah diselesaikan, yaitu menyangkut anak-anak yang dilahirkan oleh para pendatang haram di Malaysia. Informasi sementara itu jumlahnya yang usia 15 tahun ke bawah itu sudah mencapai 18.000 orang saat ini dan mereka itu tidak memiliki identitas. Jadi mereka penduduk mana? Di Malaysia tidak diakui, di Indonesia pun demikian, sehingga mereka tidak bisa mengikuti pendidikan, disinilah permasalahannya.

Dikatakan Prof. Didi Suryadi,”Alhamdulillah Rektor UPI mempunyai gagasan yang sangat bagus untuk melakukan satu pendidikan yang integratif. Jadi kita melakukan satu proses yang integrasi, melibatkan banyak orang dengan berbagai keahlian, namun ini perlu pemikiran lebih lanjut untuk implementasinya. Jadi, diharapkan para Guru Besar bisa melakukan silaturahim pemikiran untuk mengatasi itu.”  (dodiangga/foto:jatmika)