Prof. Syihabuddin Bagikan 4 Tips Pelajari Bahasa Korea

Bandung, UPI

Tentu saja saya sangat senang dan menyambut baik atas diselenggarakannya kegiatan The 4th KF-AJARI Seminar 2023 dengan judul Towards a New Leap in Korean Language Education in Indonesia di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra (FPBS) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Jika melihat topik yang dibicarakannya, ini sangat menarik yaitu menuju masa depan dalam pendidikan Bahasa Korea di Indonesia dengan strategi atau metode baru, dimana pendidikan bahasa Korea dijalankan.

Pernyataan tersebut disampaikan Anggota Penasehat AJARI Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd., dalam sebuah wawancara di sela-sela kegiatan The 4th KF-AJARI Seminar 2023 dengan judul Towards a New Leap in Korean Language Education in Indonesia. Seminar berlangsung di Auditorium FPBS lantai 4 Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Kota Bandung, Senin, (18/12/2023).

Sekaitan dengan hal tersebut, ada beberapa catatan yang menjadi perhatian bagi mahasiswa. Dijelaskannya,”Pertama, ke depan, pendidikan bahasa Korea harus lebih mengutamakan spirit atau vitamin yang ada pada bahasa Korea itu, yaitu budayanya. Jadi bukan hanya belajar bahasanya semata, tetapi mempelajari budaya-budayanya juga. Budaya dibalik bahasa, itulah yang disebut vitamin. Saya memperoleh impresi yang sangat baik dari bahasa Korea, terutama karena Korea mengalami kemajuan yang luar biasa pesat karena mereka memiliki spirit yang sangat hebat dalam membangun, bahkan dengan spirit tersebut mereka bisa menyamai kemajuan pembangunan di negara-negara barat.”

Negara barat maju di sekitar abad ke-17, ungkap Prof. Syihabuddin, sementara itu Korea maju hanya dalam kurun waktu beberapa tahun saja bisa menyamai kemajuan barat, lantas apa saja rahasianya. Saya mencermati dan mempelajarinya, ternyata mereka memiliki spirit yang luar biasa. Spirit itu muncul dari nilai-nilai konfusianianisme dalam masyarakat Korea. Mereka pada umumnya tidak teridentifikasi sebagai pemeluk agama konfusius atau agama budha atau agama kristen, katolik, tetapi mereka sebagai pengamal nilai-nilai konfusianianisme itu. Jadi, di dalam mempelajari bahasa Korea tersebut, kita mengambil vitamin, mengambil budaya, terutama sipritualisme yang ada pada bahasa Korea.

Kedua, lanjutnya, dalam pengajaran bahasa, ada yang disebut dengan teori komodifikasi. Artinya bahwa bahasa juga harus dipandang sebagai sesuatu yang bisa memberikan profit. Artinya bagaimana bahasa Korea hadir di dalam perdagangan antara Korea dengan Indonesia, juga hadir di dalam pekerjaan bagi para pekerja migran. Bahasa Korea harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para mahasiswa, sehingga bisa memperoleh manfaat dari bahasa tersebut.

Berikutnya, saat ini bahasa Indonesia sudah menjadi bahasa resmi yang digunakan di forum UNESCO. Artinya, hal ini sangat memungkinkan apabila para mahasiswa mengajarkan bahasa Indonesia untuk diajarkan kepada orang Korea.

“Kemudian catatan terakhir adalah tentang Heteroglossia. Yaitu mengajarkan satu topik dengan berbagai bahasa. Topiknya bisa beragam dengan menggunakan bisa bahasa Indonesia, bahasa Inggris atau bahasa Korea, dan bahasa lainnya. Ini bisa menjadi interdisipliner. Diharapkan, di dalam pengajaran bahasa Korea bisa difokuskan ke dalam hal-hal tersebut di atas,” punkag Prof. Syihabuddin.   (dodiangga)