Prof. Syihabuddin Tegaskan Jika Mahasiswa PPG Harus Bisa Berpikir Interdisiplin dan Komprehensif
Bandung, UPI
Sebagaimana telah disampaikan oleh Ketua Prodi Pendidikan Profesi Guru (PPG) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., bahwa hari ini merupakan kegiatan Orientasi Akademik PPG Dalam Jabatan Angkatan 2 Tahun 2023.
Oleh karena itu, saya hanya ingin menegaskan beberapa hal. Pertama, para mahasiswa PPG yang ada di UPI, diterima di Sekolah Pascasarjana. Jadi Bapak Ibu merupakan bagian dari mahasiswa pascasarjana UPI. Kedua, pada kegiatan orientasi ini, kita perlu meluruskan niat karena kita akan melakukan transformasi untuk melakukan perubahan menjadi guru yang profesional yang memiliki minimal 5 karakter dan 5 profil.
Adapun hal-hal yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa pasca adalah bahwa mahasiswa pascasarjana adalah individu yang memiliki mindset interdisiplin, memiliki kemampuan berpikir antar bidang studi, dan antar kepentingan. Ada ungkapan yang mengatakan bahwa we are not students of some subject matter, but students of problems, and problems may cut right across the borders of any subject matter or discipline. Artinya anda itu bukanlah mahasiswa untuk mata kuliah mata kuliah tertentu, misalnya filsafat atau manajemen, bukan, tetapi mahasiswa untuk masalah, masalah yang dapat melintasi batas-batas materi pelajaran atau disiplin ilmu apa pun, masalah itu bisa saja hal-hal lainnya.
Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs) UPI Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd., dalam sambutannya pada kegiatan Orientasi Akademik PPG Dalam Jabatan Angkatan 2 Tahun 2023 di Hall of Light Ballroom GH Universal Hotel Jl. Dr. Setiabudi No.376, Kota Bandung, Senin (18/9/2023).
Lebih lanjut diungkapkan,”Contohnya tempo hari ada masalah covid-19, ini beririsan dengan masalah kesehatan, dengan agama, dengan epidemiologi, ataupun dengan budaya. Melihat permasalahan tersebut, mahasiswa pascasarjana dituntut harus bisa berpikir interdisiplin dan komprehensif.”
Contoh berikutnya, ujarnya lagi, adalah ketika kita melihat pohon, yang dilihat bukan sekedar ada daun dan ranting, tapi kita harus melihatnya sampai ke akar, beyond, ada sesuatu yang dibalik itu, melihat kepada value. Demikian pula ketika kita melihat siswa, siswa bukan anak yang seperti pada umumnya, bukan, tapi kita melihat tembus sebaliknya, itulah mengapa PPG ada di sekolah pascasarjana.
Adapun hal-hal yang terkait dengan karakter dan profil guru yang profesional, yang pertama secara formal bahwa guru profesional yang memiliki jiwa Pancasilais. Yang disebut jiwa Pancasilais tentu saja dia memahami nilai-nilai Pancasila dan filosofi Pancasila. Kemudian lebih dari itu, bukan hanya memahaminya saja, namun ia wajib mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, serta mendiseminasikannya, menginternalisasikannya, juga membinakannya kepada para siswanya, sehingga harapan profil pelajar pancasila bisa diraih melalui guru yang pancasilais, itu yang nomor satu,” ujar Prof. Syihabuddin.
Berikutnya yang kedua, guru profesional itu secara formal harus memiliki keteladanan. Guru menjadi teladan bagi rekan sejawatnya, bagi lingkungan sekolahnya, bagi lingkungan masyarakatnya, dan bagi keluarganya. Tentu saja menjadi teladan harus memperbaiki diri sendiri lebih dahulu.
Prof. Syihabuddin mensyaratkan bahwa guru yang profesional itu harus kompeten dan berkarakter. Dikatakannya,”Kompeten itu terdiri atas tiga unsur, yang pertama knowledge, yang kedua skill, dan yang ketiga attitude. Hanya saja kalau sudah menjadi kompeten, ketiganya harus menyatu dan bersinergi dalam menjalankan tugas.
Guru profesional adalah pembelajar sepanjang hayat, ungkapnya lagi. Guru belajar dari siswanya, dari rekannya, dari lingkungannya, dan belajar dari realita, ini jauh lebih penting daripada belajar dari buku. Dikatakannya,”Kalau belajar dari buku itu seringkali di pengantar tertulis bahwa buku ini mengandung kelemahan, oleh karena itu mohon kritik dan saran, meskipun sudah dikatakan memiliki kekurangan dan kelemahannya, kita tetap saja baca.”
Profil terakhir yang diharapkan adalah bahwa guru itu memiliki jiwa kepemimpinan. Inilah guru penggerak, guru penggerak itu sangat dominan kepemimpinannya.
Mengapa pemerintah me-launching atau memperkenalkan gagasan guru sebagai pemimpin, tanya Prof. Syihabuddin. Tentu saja kita tidak bisa hidup enak sendiri, maju sendiri, tapi harus mengajak yang lain. Untuk bisa mengajak yang lain, maka jiwa kepemimpinan sangat sangat penting.
“Pemimpin adalah orang yang mengetahui jalan dan mengajak orang lain mengikuti jalan tersebut. Pemimpin kadang-kadang tidak terlampau pintar, tapi kehebatannya itu adalah mengetahui orang lain, mengetahui isi hati orang lain, ini maunya kemana,” ujarnya.
Sementara itu Prof. Syihabuddin menegaskan bahwa PPG ini melibatkan banyak pihak, yaitu manajemen, sarana prasarana, para instruktur dan para siswa itu sendiri. ke-4 komponen ini harus bersinergi dan bekerja sama, tentu saja semua ini dikoordinasikan oleh kebijakan dari Direktorat PPG Direktorat Jenderal GTK Kemendikbudristek.
“Saya sangat mengharapkan ada satu sesi yang spesifik yang khusus difokuskan pada bagaimana para instruktur ini membekali para mahasiswa menghadapi tes. Tes itu ada aspek psikologisnya. Contoh kasus, ada mahasiswa yang mungkin terkendala soal jaringan atau bermasalah pada pirantinya (laptop). Kemudian masalah manajemen waktu, sebelum ujian mereka harus sudah stand by di tempat, alatnya harus sudah dikenal, kenal juga dengan lingkungan di mana dia akan menyelenggarakan tes. Semua-semua permasalahan tersebut harus diperkenalkan kepada para mahasiswa,” harapnya.
Jadi, lanjutnya, istilahnya ikhtiarnya, ikhtiar psikologis, ikhtiar keilmuan, dan ikhtiar fasilitas, ketiga hal tadi harus sinergi, Insyaallah bisa lulus. Utamanya, apapun itu yang disediakan oleh sistem, tapi kalau mahasiswanya yang bersangkutan tidak memiliki kemauan kuat, semuanya menjadi kurang berguna, jadi semuanya harus harus sinergi.
“Yang paling penting anda semua harus berusaha untuk lulus, wajib lulus, nanti Prodi PPG akan merancang satu materi tentang bagaimana bapak ibu bisa menyelesakan pertanyaan-pertanyaan yang ada di ujian,” pintanya. (dodiangga)
Related Posts
-
Tim Mahasiswa UPI Kaji Dampak Negatif Helicopter Parenting dalam Pengasuhan Anak
No Comments | Oct 4, 2023
-
Putuskan Mata Rantai Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak mulai dari Rumah, Sekolah, dan Kampus
No Comments | Sep 5, 2017
-
ISOT dan IHTC Platform Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan
No Comments | Oct 20, 2016
-
FIP Selenggarakan Pisah Sambut Dekan
No Comments | Jan 21, 2021