Siaran TV Digital: Dorong Kemajuan Bangsa

Oleh: Prof. Dr. H. Suwatno, M.Si.
Guru Besar Komunikasi Organisasi pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (FPEB) UPI
Direktur Direktorat Kemahasiswaan UPI

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai perkembangan TV digital, saya ingin mengajak anda untuk napak tilas sejarah industri penyiaran televisi di dunia sebagai refleksi yang memberikan pesan kepada kita semua bahwa “berbagai hal di dunia ini selalu berubah, kecuali perubahan itu sendiri”, termasuk dalam industri penyiaran televisi (Budiarto dkk, 2007):

1873: Penemuan prinsip dasar industri penyiaran TV dimulai sejak penemuan efek foto listrik (photoelectric effect) oleh Joseph May di Irlandia, berupa selenium bars yang disoroti sinar matahari yang dapat menunjukkan variasi perubahan tahanan listrik (electric resistance) akibat perubahan intensitas cahaya (light intensity). Penemuan tersebut telah memberikan inspirasi bahwa variasi perubahan intensitas cahaya dapat ditransformasikan menjadi sinyal listrik dan memberi keyakinan bahwa suatu obyek berupa gambar dapat ditransmisikan dari satu tempat ke tempat lain.

Penemuan tersebut dilanjutkan para peneliti lain dengan fokus penelitian efek photoelectric. Para peneliti itu antara lain George Carey dari Boston, Amerika Serikat (1875), dan Constantin Senlecq dari Perancis (1881). Mereka menemukan sistem yang menggabungkan sejumlah sel photoelectric ke dalam satu atau beberapa panel yang dilengkapi lampu-lampu cahaya sedemikian rupa sehingga menghasilkan rangkaian elemen gambar (picture elements) yang diyakini menjadi dasar bagi perkembangan teknologi penyiaran TV modern saat ini.

1936: Industri penyiaran TV untuk kali pertama diperkenalkan, saat pelaksanaan Olimpiade Berlin, kemudian diikuti Perancis. Di tahun ini pula perusahaan dari Inggris, EMI Company, untuk kali pertama memproduksi sistem televisi elektronik penuh dengan resolusi 405-line definition, 25 frames/second dan dilengkapi dengan interlace, yang didukung oleh Marcony Company untuk pengembangan perangkat transmitter, serta didukung oleh pemerintah Inggris dengan mengesahkan standar scanning bagi sistem penyiaran TV.

1939: Sistem penyiaran TV publik untuk kali pertama dikenalkan di Amerika Serikat (AS) dengan sistem operasi 340- line pada 30 frames/second. Dua tahun kemudian diadopsi standar 525-line 60 frames/second dan sejak itulah mulai dibangun pemancar stasiun TV di kota-kota besar dunia seperti London, Paris, Berlin, Roma dan New York. Perkembangan teknologi penyiaran memang sempat terhambat akibat Perang Dunia II, namun pada tahun 1952 dilanjutkan kembali dengan penggunaan standar 625 lines, 50 frames/second khususnya untuk kawasan Eropa. Sejak saat itulah paling tidak ada tiga standar scanning TV yang digunakan di dunia, yaitu 819 lines yang digunakan di Perancis, standar 625 lines yang digunakan secara luas di Eropa dan 525 lines digunakan di AS.

1953: Pelaksanaan sistem penyiaran TV berwarna dimulai. Kemudian pada tahun 1960 Jepang melanjutkan dengan menggunakan standar NTSC (National Television Systems Committee). Sedangkan sebagian besar negara Eropa baru mulai menggunakan sistem penyiaran TV warna secara reguler pada tahun 1970. Standar penyiaran TV warna, SECAM (SEQuentiel A Memoire — memory sequential) kemudian diadopsi di Perancis dan sebagian Eropa Timur. Sementara itu, sebagian besar negara di Eropa, Asia dan Australia menggunakan standar PAL (Phase Alternation Line).

Jelang tahun 2000: Teknologi penyiaran TV digital telah diujicobakan di berbagai negara dengan media penyiaran yang semakin beragam, antara lain sistem penyiaran TV digital terrestrial, TV digital kabel dan TV digital satelit.

Adapun sejarah penyiaran TV di Indonesia sebagai berikut:

1961: Presiden Soekarno memerintahkan Menteri Penerangan RI, Maladi, untuk mempersiapkan proyek penyiaran TV nasional. Perintah tersebut segera dilanjutkan dengan kerja persiapan siaran percobaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) yang dilakukan pada 17 Agustus 1962, dalam acara HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia XVII dari halaman Istana Merdeka Jakarta, dengan pemancar cadangan berkekuatan 100 watt.

1962: TVRI mengudara untuk kali pertama dengan acara siaran langsung upacara pembukaan Asian Games IV dari Stadion Utama Gelora Bung Karno.

1990-an: Mulai dibangun beberapa stasiun TV swasta berjaringan (TV Swasta Nasional) antara lain, RCTI, SCTV, Indosiar, Antv dan TPI yang dalam perkembangannya diikuti oleh Trans TV, Metro TV, Global TV, La-TiVi dan Trans7. Dengan semakin banyaknya jumlah stasiun TV di berbagai daerah, alokasi frekuensi untuk penyiaran TV analog menjadi semakin padat.

1988: PT MNC Skyvision yang dikenal dengan nama Indovision mulai memberikan layanan TV satelit C-band DBS (Direct Broadcast Satellite) langsung kepada pelanggannya menggunakan jasa satelit Palapa C-2. Namun sejak 1997 layanan kepada pelanggan dialihkan melalui satelit Cakrawarta-1. Satelit yang menggunakan frekuensi S-band dan sinyalnya dapat diterima langsung di rumah pelanggan menggunakan antena parabola berdiameter 80cm ini di-manage dan dioperasikan oleh PT Media Citra Indostar (MCI). Akhir 1997 semua siaran TV yang disalurkan melalui Indovision ini telah dialihkan menjadi layanan digital DBS yang memungkinkan diperolehnya sinyal audio dan video dengan kualitas sangat prima.

1994: Kabelvision memelopori pelayanan komunikasi broadband di Indonesia, menggunakan kabel coaxial berkapasitas tinggi dan dukungan jaringan kabel serat optik sebagai tulang punggung (backbone) untuk menyatukan sistem jaringan coaxial yang ada. Kabelvision mampu menyediakan 88 saluran analog program televisi, dan dengan teknologi digital kapasitasnya mampu dikembangkan menjadi 100 gelombang digital. Sejak September 1999 perusahaan ini mulai menggunakan jaringan kecepatan tinggi dan memberikan layanan transmisi internet dengan nama Kabelnet. Layanan ini tersedia melalui PT Linknet yang merupakan penyedia jasa internet, seperti Indosat, CBN, Uninet, Indonet, dan Centrin.

2001: Telkomvision sebagai salah satu perusahaan jasa multimedia interaktif melalui TV kabel, TV satelit dan internet yang dikelola oleh PT Indonusa Telemedia, sudah melayani pelanggan di Jakarta, Surabaya, Bandung dan Denpasar. Jasa multimedia tersebut disalurkan melalui transmisi HFC (Hybrid Fiber Optic Coaxial) untuk TV kabel, serta dukungan Satelit Telkom-1 untuk layanan DTH (Direct to Home) langsung ke TV dan atau komputer pelanggan. Saat ini Telkomvision mampu menyediakan layanan TV dengan total sekitar 40 kanal.

2006: Televisi berlangganan Astro mulai beroperasi di Indonesia dengan menyediakan 48 saluran yang disiarkan ke pelanggan melalui teknologi satelit digital pada frekuensi Kuband. PT Direct Vision sebagai operator televisi ini terus meningkatkan layanan kepada pelanggannya dengan menyediakan sinyal berkualitas tinggi menggunakan teknologi DVB-S.

Message: industri penyiaran TV sudah banyak mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi. Hal ini merupakan sebuah keniscayaan, karena perubahan tersebut tidak hanya terjadi pada industri penyiaran TV, melainkan juga pada berbagai aspek kehidupan. “Stagnasi berarti mati”.

TRANSFORMASI MENUJU TV DIGITAL

Televisi digital terestrial di Indonesia sejatinya sudah dimulai sejak tahun 2009, dimana sebagian besar wilayah beroperasi bersamaan dengan sistem TV analog. Pada awalnya, televisi terestrial digital di Indonesia menggunakan sistem DVB-T, namun kemudian berganti ke DVB-T2 dengan terbitnya Permenkominfo No. 5 pada tahun 2012.

Setelah mendapatkan amanat dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pasal 60A, pemerintah harus mengakhiri siaran TV Analog dan digantikan oleh siaran TV Digital atau lebih dikenal dengan istilah Analog Switch Off (ASO) selambat-lambatnya pada tanggal 2 November 2022.

Apakah pemerintah dan masyarakat sudah siap bertransformasi sepenuhnya menuju TV digital? Jawabannya “harus siap”, karena jika terus-menerus tertunda Indonesia akan semakin tertinggal dari negara-negara lain. Di tingkat ASEAN saja, negara-negara ASEAN sejatinya telah sepakat untuk menyelesaikan ASO di tahun 2020. Brunei Darussalam sudah menerapkan ASO di 2017 untuk wilayah perbatasannya demi menghindarkan interferensi. Disusul Singapura dan Malaysia 2019, di 2020 Vietnam, Thailand dan Myanmar telah menyelesaikan ASO.

Sementara di negara-negara yang jauh lebih maju seperti di Eropa, digitalisasi televisi sudah lebih dulu dimulai. Belajar dari best practice di negara-negara Eropa, televisi terestrial digital (DTT/DVB-T), kabel digital (DVB-C) dan satelit digital (DVB-T), S) diterima sebagai standar Eropa. Selain itu, televisi digital juga ditawarkan melalui jalur broadband Digital Subscriber Line (xDSL). Belakangan, uji coba telah dilakukan dengan siaran video digital ke perangkat genggam menggunakan DVB-H dan T-DMB, dimana keduanya standar untuk penyiaran seluler (Verdegem et al, 2010).

Peralihan digital dilihat sebagai hasil alami dari evolusi teknologi dalam lanskap televisi dan seharusnya menghasilkan keuntungan baik bagi masyarakat maupun perusahaan penyiaran dalam hal sebagai berikut (Verdegem et al, 2010):

  1. Masyarakat menjadi lebih banyak pilihan, stabilitas sinyal yang lebih baik, dan kualitas gambar dan suara yang lebih tinggi bagi pemirsa.
  2. Biaya distribusi yang lebih rendah dan kemungkinan mentransmisikan lebih banyak saluran dan layanan dengan biaya yang sama
  3. Efisiensi yang lebih besar dalam penggunaan spectrum
  4. Kemampuan untuk mengirim data yang memungkinkan interaktivitas dan layanan yang lebih disesuaikan.

Di Eropa, realisasi kebijakan Analog Switch-off berbeda-beda. Secara umum ada tiga kategori negara Eropa dalam menjalankan digitalisasi televisi (Verdegem et al, 2010):

  1. “Negara kabel” (cable countries): lebih dari 90% rumah tangga menonton televisi melalui kabel (seperti Belgia, Belanda, Luksemburg)
  2. “Negara terrestrial” (terrestrial countries): transmisi terestrial menjadi platform pengiriman yang dominan (seperti Inggris Raya, Prancis, Italia, Spanyol, Portugal)
  3. “Negara hibrida” (hybrid countries): kabel dan satelit bersama-sama melayani lebih dari setengah rumah tangga (seperti Jerman, Irlandia, Swedia, Finlandia, Denmark).

TV ANALOG vs TV DIGITAL

Menurut Nugroho & Krisnadi (2017), pada era penyiaran digital, penonton TV tidak hanya menonton program siaran tetapi juga bisa mendapat fasilitas tambahan seperti EPG (Electronic Program Guide) untuk mengetahui acara-acara yang telah dan akan ditayangkan kemudian. Dengan siaran digital, terdapat kemampuan penyediaan layanan interaktif dimana pemirsa dapat secara langsungmemberikan rating terhadap program siaran.

Faktor yang menjadi penggerak utama terjadinya revolusi ini adalah ditemukan dan dikembangkannya teknologi digital. Inti dari teknologi digital adalah proses encode semua bentuk informasi (teks, suara, dan gambar) ke dalam kode digital terima (1) atau tidak (0). Artinya, apabila perangkat penerima siaran digital dapat menangkap sinyal, maka program siaran akan diterima. Sebaliknya, jika sinyal tidak diterima makagambar atau suara tidak muncul.

Dibandingkan dengan analog, sinyal digital lebih mudah untuk diperbaiki (recovery) pada bagian penerimanya dengan suatu kode koreksi kesalahan (error correction code). Penyiaran TV digital bisa dioperasikan dengan daya rendah namun tetap menghasilkan kualitas yang bagus.

Saat ini berbagai negara telah memutuskan untuk migrasi dari teknologi penyiaran TV analog ke teknologi penyiaran TV digital. Terdapat beberapa standard teknologi penyiaran TV digital yang telah digunakan antara lain Digital Video Broadcasting Terrestial (DVB-T) dari Eropa, Integrated Service Digital Broadcasting Terrestial (ISDB-T) dari Jepang, Advanced Television Systems Committee (ATSC) dari Amerika Serikat, Terrestrial-Digital Multimedia Broadcasting (T-DMB) dari Korea Selatan, dan Digital Multimedia Broadcasting Terrestrial (DMB-T) dari China.

Sumber gambar: https://www.pinterest.com/pin/477100154251222176/

Perbedaan antara TV Analog dan TV Digital:

VariabelTV AnalogTV Digital
FrekuensiVHF/UHFVHF/UHF yang sinyalnya adalah konversi data digital MPEG-2
BiayaGratisGratis
Cara Menangkap SinyalAntena AnalogAntena Analog
Tipe TVSmart TVs, Analog TVSmart TV dengan siaran video digital – generasi kedua terestrial (DVB-T2)
Kualitas gambar dan suaraSemakin jauh dari stasiun penyiaran televisi, semakin lemah sinyalnya, semakin buruk gambarnya, dan bayangannyaTidak ada gambar dengan bintik semut, meskipun tidak ada sinyal
Kemampuan MultimediaTidak adaAda layanan interaktif, dapat memberikan peringkat; adanya jadwal acara yang telah dan akan ditayangkan; informasi peringatan dini bencana
Sistim transmisiMenggunakan sinyal analog sehingga membutuhkan satu pemancar untuk setiap saluran transmisiMenggunakan sinyal digital dan teknologi multiplexing (mux) yang lebih canggih sehingga dapat mengirimkan 6-8 saluran sekaligus.

Sumber: Dewanti (2021)

MENGAPA HARUS “DIGITAL TRANSFORMATION”?

Orlu-Orlu (2017) menjelaskan bahwa siaran digital membawa banyak manfaat dibandingkan sistem analog. Revolusi digital memberikan peluang besar kepada para penyiar dan penyiaran untuk melakukan begitu banyak hal menarik dan berharga yang selalu ingin mereka lakukan tetapi terkendala oleh teknologi, keuangan, dan sumber daya lainnya.

Di antara keuntungan digitalisasi penyiaran adalah penggunaan spektrum yang tersedia secara efisien yang akan memungkinkan lebih banyak saluran untuk dibawa melintasi gelombang udara yang lebih sedikit, sehingga memberikan lebih banyak pilihan kepada pemirsa.

TV digital juga menyediakan kualitas audio (suara) dan video (gambar) yang lebih tinggi, termasuk kemungkinan penggunaan High Definition Television (HDTV). Sinyal televisi digital dapat membawa informasi tambahan seperti panduan program elektronik yang dapat memberikan informasi program dan jadwal tambahan, pemrograman interaktif (pertukaran data dua arah), penerimaan mobile data video, internet dan multimedia.

Bahkan sinyal televisi digital lebih jelas dan kuat dalam output audio dan video mereka. Yang lebih menarik lagi, pesawat televisi akan melakukan tugas-tugas komputer dan handset telepon, di bawah teknologi digital. Hal ini menyiratkan bahwa perangkat TV akan dapat menyediakan akses ke internet. Ia juga akan dapat menyimpan data dari sinyal audio dan visual yang diterima.

Sementara itu dari sisi lembaga penyiaran, perangkat penyiaran digital memungkinkan transmisi simultan minimal empat program dan empat saluran dari stasiun yang sama yang digunakan untuk mengirimkan satu program atau saluran dalam transmisi analog. Selain itu, televisi digital menawarkan berbagai layanan tambahan seperti multimedia, perbankan, belanja rumah dan kecepatan transmisi data (casting) yang lebih cepat.

Siaran digital memberikan penawaran layanan multi-saluran yang menarik dan berbiaya rendah kepada khalayak luas. Di banyak negara, ini menjadi sarana utama untuk mendistribusikan konten video siaran dan dapat dikembangkan sebagai bagian dari strategi penyiaran digital multi-platform. Melalui penggunaan standar interaktif, penyiaran digital meningkatkan fungsionalitas penyiaran dan memungkinkan fitur interaktif untuk pemirsa.

Interaktivitas menyediakan akses ke data dan layanan lain yang memanfaatkan kemampuan transmisi digital multipleks DTT. Dalam mode satu arah ini dapat digunakan untuk berbagai layanan distribusi data. Jika jalur kembali tersedia melalui koneksi broadband tetap atau seluler, serangkaian layanan interaktif yang lebih kaya berpotensi dapat disediakan. DTT memungkinkan pengenalan layanan High Definition. Di masa depan, jika tersedia bandwidth yang memadai, hal itu juga dapat mendukung pengenalan layanan Ultra-High Definition.

BENEFIT TV DIGITAL

Secara umum benefit dari penyiaran digital antara lain (Orlu-Orlu, 2017):

  1. Penggunaan spektrum frekuensi secara efisien.
  2. Lebih banyak saluran yang itu berarti lebih beragam konten yang dapat disampaikan kepada publik.
  3. Kualitas gambar yang lebih baik.
  4. Potensi layanan interaktif khusus untuk melayani orang-orang dengan gangguan penglihatan dan pendengaran seperti deskripsi dan subtitle audio, dan pengiriman e-government.

Sementara itu menurut Weber & Tom (dalam Rianto, 2012), keuntungan TV digital bagi konsumen adalah:

  1. Peningkatan kualitas video (termasuk reproduksi warna yang lebih baik, resolusi pixel yang lebih tinggi, frame gambar yang progresif—High Definition Television (HDTV) menawarkan lebih dari 6x resolusi gambar TV analog
  2. Pilihan audio yang banyak
  3. Dapat dikoneksikan dengan personal computer
  4. Tersedianya Random Acces Storage yang memungkinkan akses lebih cepat
  5. Time Shifting (pelanggan dapat mengintervensi siaran, misalnya dengan memberikan respon secara langsung).

Adapun keuntungan bagi operator/distributor antara lain:

  1. Bandwidth yang lebih efisien
  2. Storage yang berkurang
  3. Lebih mudah, termasuk bagi pengiklan untuk mengkreasikan iklannya
  4. Manajemen arsip akan lebih tertata
  5. Tersedianya multi use hard disk.

Manfaat Migrasi Siaran TV Digital dalam konteks aksesibilitas informasi (Budiarto dkk (2007):

  1. Keberadaan sistem TV digital memberikan banyak keuntungan dari segi kinerja dan kualitas penyiaran dibandingkan dengan sistem TV analog. Digitalisasi sinyal Awalnya media penyiaran hanya ditujukan untuk penyiaran gambar (video) dan suara (audio), namun digitalisasi memungkinkan berbagai layanan interaktif sebagaimana yang tersedia pada media teknologi informasi dan komunikasi. Penyertaan berbagai data digital pada media penyiaran biasa disebut dengan data casting. Kondisi itu mendorong arah perkembangan berbagai layanan memungkinkan kompresi data dan transmisi yang jauh lebih efisien, sehingga lebih banyak kanal frekuensi yang tersedia dibandingkan dengan kondisi pada sistem analog.
  2. Sistem TV digital juga lebih tahan terhadap pengaruh interferensi yang memungkinkan pemanfaatan pita frekuensi menjadi lebih optimal. Sistem TV digital juga memungkinkan sinyal TV diterima dengan baik pada penerima yang bergerak. Konsekuensinya, pada sistem TV digital dapat dilakukan pengiriman informasi yang jauh lebih besar sehingga memungkinkan terwujudnya berbagai layanan inovatif yang sebelumnya hanya tersedia pada media layanan lainnya.
  3. Digitalisasi memungkinkan berbagai layanan interaktif sebagaimana yang tersedia pada media teknologi informasi dan komunikasi. Penyertaan berbagai data digital pada media penyiaran biasa disebut dengan data casting. Kondisi itu mendorong arah perkembangan berbagai layanan menuju layanan multimedia atau konverjensi (convergence) layanan.
  4. Keberadaan TV digital dapat mendukung berbagai aktivitas yang sifatnya lebih spesifik. Beberapa proyek TV digital yang berguna untuk kepentingan umum di Indonesia misalnya adalah e-Gov, manajemen bencana, pendidikan jarak jauh, penyediaan informasi kesehatan jarak jauh, dan sebagainya.
Gambar: Digitalisasi mendorong konverjensi layanan multimedia / Sumber: Budiarto dkk (2007)

Menurut Boston Consulting Group (2017, dalam Kominfo, 2020), teknologi digital pada penyiaran akan menghadirkan siaran berkualitas sampai dengan high definition, efisiensi kebutuhan infrastruktur pemancar dan digital dividend. Jika hasil digital dividend dialokasikan untuk internet pita lebar, maka akan mendatangkan berbagai efek berganda dalam lima tahun ke depan terhadap perekonomian digital yaitu 181 ribu penambahan kegiatan usaha baru, 232 ribu penambahan lapangan pekerjaan baru, Rp 77 T (tujuh puluh tujuh triliun rupiah) peningkatan pendapatan negara dalam bentuk pajak dan PNBP serta Rp 443,8 T (empat ratus empat puluh tiga koma delapan triliun rupiah) peningkatan kontribusi pada PDB nasional.

Sumber: Kominfo (2020)

Meskipun beberapa kali mengalami hambatan dalam implementasi program Analog Switch Off (ASO) seperti kesiapan industri, keterbatasan spektrum frekuensi radio, hingga masukan dari Lembaga Penyiaran, namun kita tahu bahwa pemerintah Indonesia sudah berupaya membuat rencana (planning) yang jelas. Sesuai rencana, migrasi TV analog ke TV digital dilakukan dalam 3 tahap. Yang terbaru, tahapan tersebut adalah:

Tahap 1: Dimulai akhi April 2022

Tahap 2: Dimulai akhir Agustus 2022

Tahap 3: Dimulai awal November 2022

Kita harus ingat bahwa variabel utama yang sangat menentukan berhasil tidaknya digitalisasi penyiaran adalah kesuksesan dalam setiap proses migrasi dari analog menuju digital tersebut. Dalam hal ini migrasi dalam proses digitalisasi penyiaran meliputi beberapa aspek, antara lain (Rianto dkk, 2012):

  1. Kebijakan Simulcast dan Switch off
  2. Mekanisme sosialisasi
  3. Pengadaan set-top-box
  4. Ketersediaan pusat layanan informasi
  5. Kejelasan regulasi sebagai aturan main bila terjadi pelanggaran selama proses migrasi.

REFERENSI:

Dewanti, S. C. (2021). THE URGENCE OF DIGITALIZATION POLICY BROADCASTING IN INDONESIA. Info Singkat, Vol. XIII, No. 9/I/Puslit/May

Kominfo. (2020). Rencana Strategis 2020-2024 Kementerian Komunikasi dan Informatika.

Nugroho, R. R. & Krisnadi, I. (2017) Analog Switch Off (ASO) di Indonesia. Diambil dari https://www.academia.edu/37968316/Analog_Switch_Off_ASO_di_Indonesia

Orlu-Orlu, R. F. H. C. (2017). AN EXPLORATION OF THE BENEFITS OF MIGRATION TO DIGITAL BROADCASTING. Global Journal of Arts, Humanities and Social Sciences Vol. 5, No. 6, pp. 1-5, July.

Rianto dkk. (2012). DIGITALISASI TELEVISI DI INDONESIA; Ekonomi Politik, Peta Persoalan, dan Rekomendasi Kebijakan. Yogyakarta: PR2Media

Verdegem, P. & Hauttekeete, L. & Marez, L. & Evens, T. (2010). Analogue switch-off vs digital switch-on: rethinking policy strategies in the digital television era. Diambil dari https://core.ac.uk/download/pdf/55842447.pdf

https://tekno.kompas.com/read/2021/08/13/18050087/jadwal-baru-migrasi-tv-analog-ke-digital-di-indonesia-dimulai-2022