61 Proposal PKM Berebut Tiket PIMNAS

Bandung, UPI

Sebanyak 61 proposal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 bidang yaitu PKM-Penelitian, PKM-Kewirausahaan, PKM-Pengabdian kepada Masyarakat, PKM-Teknologi dan PKM-Karya Cipta, dari 6 perguruan tinggi, diseleksi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), melalui kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang Tahun 2019. UPI menjadi tuan dalam kegiatan ini, sementara itu 5 perguruan tinggi lainnya di Jawa Barat yaitu Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI), Politeknik Negeri Bandung (POLBAN), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani (STIKES A. Yani), Universitas Kristen Maranatha (UKM) dan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Siliwangi hadir menjadi peserta. Kegiatan berlangsung di Museum Pendidikan Nasional (Mupenas) UPI Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, berlangsung mulai Kamis hingga Sabtu (27-29/6/2019).

Menurut Ketua Pelaksana Dr. Hj. Tri Indri Hardini, M. Pd.,”Ini adalah program Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Intinya adalah kita menyeleksi proposal yang lolos, yang sudah didanai Kemenristekdikti. Kegiatan ini merupakan tahapan selanjutnya yaitu seleksi untuk mendapatkan tiket ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS), diselenggarakan selama 3 hari ke depan. Hasil monev ini dijadikan acuan untuk menentukan keikutsertaan mahasiswa dalam PIMNAS Tahun 2019 di Universitas Udayana, Denpasar, Bali, Agustus nanti.”

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., menegaskan,”Dari 700 proposal yang diusulkan mahasiswa UPI, yang lolos hanya 27 proposal. Ini mengindikasikan bahwa sangat ketatnya persaingan di PKM. Seleksi dimulai dari administrasi, apakah proposal yang diajukan sudah memenuhi standar yang diminta. Kemudian dilihat sisi inovasinya, sejauhmana proposal yang diajukan ini memiliki inovasi atau kebaruan dan sesuai dengan kemampuan untuk menyelesaikan atau berkontribusi dalam menyelesaikan masalah di masyarakat. Pendanaan proposalnya bervariasi mulai 5 juta rupiah sampai 12,5 juta rupiah.”

Kegiatan ini berkembang dengan baik karena semua mahasiswa UPI harus membuat skripsi, ungkapnya, dan skripsi dasarnya adalah riset, mau tidak mau mereka didorong untuk melakukan hal tersebut dan secara bertahap riset itu menjadi suatu kebutuhan.

“Riset yang dilakukan mahasiswa UPI sudah mulai aplikatif, contohnya gelas ngomong dan dispenser bicara. Produk tersebut diperuntukan bagi penyandang tuna netra, dan alatnya sudah mulai diproduksi. Ini merupakan sebuah riset yang membantu menyelesaikan permasalahan di masyarakat. Poin utamanya adalah bagaimana meningkatkan kemampuan mahasiswa melalui inovasi-inovasi baru dalam upaya menyelesaikan masalah di masyarakat,” jelasnya. (dodiangga)