Goeroe Banten dan UPI Bahari (Menyambut Hardiknas 2021)

Waktu menunjukkan pukul 09.30. Titimangsa 13 November 1910.  Sirine di Stasiun Kereta Api Serang berbunyi nyaring. Itu tanda kereta api dari Batavia akan segera tiba di stasiun kereta api Serang. Para penjemput menepi. Di antara kerumunan penumpang, turun seorang pria berpostur tinggi seperti lazimnya keturunan Eropa. Pakaiannya necis perlente. Jas hitam, kemeja putih dan berdasi. Begitu kontras dengan penumpang lain. Mereka umumnya warga pribumi dengan pakaian yang basanjan- seadanya.

Itulah dia, seorang leraar guru  keturunan Belanda yang akan mengajar.  Orang itulah goeroe istimewa yang biasa diundang pemerintahan Banten untuk membantu me ngajar di Opleiding School voor Inlandsche Abtenaren (OSVIA). Sekolah pendidikan bagi calon pegawai Boemi putra pada zaman Hindia Belanda di Banten. Meneer Goeroe ini pula  yang sering diminta mengajar calon guru sekolah desa yaitu Normaal  School voor Hulp Onder wizer. Sekolah pendidikan calon guru yang secara resmi dibuka di Banten pada tahun 1910 (Arbi, 2019).

Itulah cikal bakal perjalanan panjang pendidikan guru di Tatar Banten. Normaal School voor Hulp Onderwizer Banten menjadi saksi sejarah awal dari sekolah pendidikan formal calon guru di Banten. Menurut sejarawan Banten Mufti Ali (2019) pada sekolah guru Normaal school, ada sebelas pelajaran yang harus diikuti para calon  guru. Kesebelas mata pelajaran tersebut adalah  bahasa Melayu, bahasa Sunda/Jawa, menulis, berhitung, ilmu ukur, ilmu bumi, ilmu sejarah, ilmu alam, menggambar, ilmu mendidik, dan bernyanyi. 

Sampai tahun 1862, jumlah sekolah pendidikan guru di wilayah Boemi putra hanya ada di tiga tempat. Namun sejalan dengan kebijakan pemerintah kolonial Belanda untuk menerapkan kebijakan politik etis, jumlah sekolah desa terus bertambah. Hingga tahun 1913, tercatat  136 sekolah desa di Banten. Oleh karena jumlah sekolah desa yang semakin banyak, diperlukan para guru baru untuk  mengajar. Seiring dengan perkembangan tersebut, normaal school  Serang sebagai pencetak calon guru di Banten terus dikembangkan.

Mendidik guru     

Kehadiran UPI kampus Serang, karena adanya Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Sesuai dengan SK Mebdikbud  no 0854/O/1989, SPG,SGO, dan SGPLB ditingkatkan kualifikasinya menjadi program Diploma 2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Sebagai Unit Pelaksana Pendidikan (UPP) PGSD Serang, secara struktur organisasi diatur oleh Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Bandung.

Pada awal perkembangannya UPP PGSD Serang (1999)  menerima 80 orang mahasiswa calon guru SD. Sejalan dengan perjalanan sejarah, pada tahun 2000 IKIP Bandung berubah status menjadi Universitas. Hal ini dilandasi oleh  Keputusan Presiden RI No 124/199 tentang perubahan status IKIP Bandung menjadi UPI. Hal ini membawa perubahan pada UPI kampus Serang dengan membuka layanan akademik D2 dan S1 PGSD.    

Seiring dengan perkembangan zaman, UPI berubah status menjadi  PTNBH. Menurut Direktur UPI Kampus Serang, Dr.Herli Salim,M.Ed., UPI kampus Serang semakin responsif dengan membuka prodi baru. Ada lima program studi yang dibuka saat ini. Yaitu : prodi Pendidikan Anak Usia Dini  (PAUD), Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Pendidikan Kelautan dan Perikanan (PKP), Sistem Informasi Kelautan (SIK), dan Logistik Kelautan (LK).

Ocean Literacy

Indonesia sebagai sebuah negara kepulauan perlu membangun dan mensejahterakan masyarakatnya melalui sumberdaya laut yang dimilikinya. Pembangunan bahari atau kelautan merupakan program holistik pembangunan fisik dan  non fisik termasuk perlindungan konservasi biodiversitas laut. Oleh sebab itu Literasi bahari juga perlu ditingkatkan. NMEA (2020) menegaskan bahwa ocean literacy is understanding of the ocean’s influence on you- and your influence on the ocean. Literasi bahari adalah pemahaman tentang pengaruh bahari terhadap manusia dan pengaruh manusia terhadap bahari.

Ada dua catatan penting, mengapa UPI Kampus Serang  membuka tiga program studi kelautan.  Pertama, saat ini pendidikan vokasi kelautan  menjadi salah satu bidang prioritas. UPI dengan membuka program pendidikan kelautan, menunjukkan komitmen tinggi untuk mencetak guru profesional termasuk guru vokasi bidang bahari. Kedua, UPI berkomitmen bahwa SDM yang berkualitas sangat ditentukan oleh sistem pendidikan yang dilaluinya. Pendidikan yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh kompetensi  gurunya. UPI Kampus Serang  berkeyakinan melalui penyiapan guru profesional bidang vokasi bahari, SDM bahari nasional akan lebih digjaya.

Ketiga, dalam dimensi sejarah, masyarakat  Banten adalah masyarakat pelaut. Mereka adalah komunitas bahari. Tetapi oleh kaum penjajah, kemunitas bahari ini  didaratkan. Ikhwal masyarakat Banten berjiwa pelaut dan telah membina hubungan bilateral, direpresentasikan dengan kunjungan duta besar Kesultanan Banten ke Inggris. Pada tahun 1682, Banten telah mengutus dua orang dutanya yaitu Kyai Ngabehi Naya Wipraya dan Kyai Ngabehi  Jaya Sedana untuk menjadi tamu Raja Inggris Charles II. Mereka tinggal selama tiga setengah bulan di  Windsor Palace, menjadi tamu istimewa  Kerajaan Inggris. Foto kedua tamu istimewa dari Banten ini, sampai sekarang terpampang rapih di Mankind Museum London. (Dir.Perlindungan Kebudayaan, 2015).

Itulah sepenggal perjalanan sejarah pendidikan guru di Tatar Banten.  UPI Kampus Serang siap untuk menggalang kembali semangat bahari melalui program pendidikan kebaharian yang dibuka. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang ditegaskan Sang Proklamator, Ir.Soekarno (1963), barang siapa ingin mutiara, harus berani terjun di lautan dalam. Oleh sebab itu, masyarakat Banten harus siap untuk berpartisipasi dalam pembangunan bahari dan kesejahteraan bangsa. Ocean for prosperity. Itulah perjalanan panjang pendidikan guru di Banten. Guru dan  UPI Bahari !! (Dinn Wahyudin)