Kabar dari Perancis (6) Perlindungan Sosial di Perancis

Oleh : Nenden Nurhayati Issartel (Koresponden, Perancis), Tri Indri Hardini (Dosen, Universitas Pendidikan Indonesia)

Jika dibandingkan dengan negara-negara di dunia, Perancis adalah negara  yang paling banyak membelanjakan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk Perlindungan Sosial yaitu sebanyak 33,3%, yaitu kira-kira 834 miliar Euro per tahun, mengungguli Austria (31,8%), Italia (31,5%), dan Jerman (31,0%). Di saat krisis Covid tahun 2021, pengeluaran perlindungan sosial terus meningkat di semua negara Eropa (kenaikan +2,4% di Perancis dibandingkan dengan tahun 2020 yang sebesar 6,9%)  dan rata-rata kenaikan sebesar +3,1% dibandingkan dengan tahun 2020 yang rata-rata 8,3% di Uni Eropa (UE-27).

Implikasi dari hal tersebut, negara-negara Eropa Utara terus memonopoli untuk menduduki tempat pertama dalam peringkat negara paling bahagia di dunia, dan pada tahun 2023 Perancis berada pada peringkat ke 21 menurut hasil  penelitian “World Happiness Report” (https://worldhappiness.report/ed/2023/). Sementara itu Finlandia tetap memegang medali emas pada tahun 2023 dengan gelar sebagai negara terbahagia selama lima tahun berturut-turut. Negara Nordik berpenduduk 5,5 juta orang ini mengungguli Denmark, Islandia, Swiss, dan Belanda. Sementara itu, negara yang ada di urutan terakhir adalah Lebanon yang berada di urutan 136 dan Afghanistan yang berada di urutan 137. Indonesia sendiri menempati  urutan nomor 84 sebagai negara bahagia.

Di Perancis, Jaminan Sosial (Fr: Sécurité sociale atau Sécu), berkaitan erat dengan  Carte Vitale  (Kartu Vitale), sebuah kartu yang dimiliki oleh baik warga negara Perancis ataupun pendatang legal yang memiliki nomor jaminan sosial dan dipakai untuk proses pembayaran biaya perawatan kesehatan dan atau pengembalian uang (untuk proses remburs).  Selain itu, jaminan sosial juga mengelola tunjangan keluarga, tunjangan pensiun dan kecelakaan kerja. Jaminan sosial ini juga termasuk bagian dari asuransi pengangguran. Pada tahun 1958, di samping jaminan sosial, muncul juga asuransi pengangguran, yang membantu pengembangan pusat-pusat pelatihan kejuruan dalam berbagai profesi pekerjaan sejak pertengahan 1960-an.

Sistem Perlindungan sosial di Perancis ini merupakan sistem solidaritas kolektif yang sangat besar yang secara resmi didirikan pada 78 tahun yang lalu, pada tahun 1945 setelah Perang Dunia Kedua. Pada saat itu negara Perancis perlu dibangun kembali. Situasi kesehatan dan demografis saat itu dalam keadaan yang mengkhawatirkan. Banyak tempat tinggal dalam keadaan hancur. Sebagian besar orang tua (lansia) tidak memiliki pensiun dan tingkat kematian bayi sangat tinggi, dan dalam konteks ini akhirnya dikeluarkan Surat Keputusan tanggal 4 dan 19 Oktober 1945 untuk mewujudkan proyek jaminan sosial yang bertujuan untuk membebaskan warga dari ketidakpastian hari esok. Selain itu, saat sebuah keluarga dihadapkan pada situasi tertentu seperti kondisi anak yang yatim piatu, adanya orang tua jompo, atau orang sakit, dll, “perlindungan” ini paling sering didasarkan atas dasar prinsip-prinsip amal atau solidaritas antar- generasi. Pada tahun 1983, hampir 40 tahun setelah pembentukan Jaminan Sosial, Pierre Laroque, tokoh yang mendirikan jaminan sosial diangkat sebagai Bapak Jaminan Sosial.

Transformasi masyarakat yang besar terjadi pada abad ke-19 dengan industrialisasi dan perpindahan masal orang-orang pedesaan (exode) membuat jenis bantuan ini semakin tidak mencukupi dan tidak cocok lagi dalam perkembangan sosial dan demografis yang sedang berlangsung bagi kehidupan seseorang secara individualis maupun bagi kehidupan kekeluargaan. Misalnya, seorang pemuda yang mendapatkan pekerjaan di kota lain tidak bisa meninggalkan keluarganya karena harus mengurusi orang tuanya atau anggota keluarganya yang lain yang lemah dan perlu pertolongan. 

Namun demikian, orang kaya tidak mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan karena mereka mampu membayarnya, tetapi tidak dengan orang miskin yang tidak memiliki cukup uang untuk mengurus dirinya sendiri. Jadi dengan kondisi ini, diperlukan sistem gotong royong nasional yang merupakan kewajiban bagi semua penduduknya  dengan membuka kemungkinan untuk memperkukuh solidaritas antara yang aktif (usia aktif, orang yang bisa berkarya) dengan orang yang tidak aktif,  orang yang sehat dengan orang yang sakit, dan orang yang kaya dengan  yang tidak kaya. 

Dana jaminan sosial dan tunjangan keluarga diciptakan agar setiap orang dapat melindungi diri dari risiko yang dihadapi kehidupan, dalam periode yang sulit dihadapi. Jadi dengan institusi perlindungan sosial ini, semua orang dilindungi negara secara keuangan. Dengan demikian, setiap orang bisa bebas berkarya tanpa memikirkan keluarga karena ada negara yang mengurusi mereka. Misalnya, Si A yang bekerja harus membayar pada negara dalam bentuk iuaran sosial (cotisation sociale), dan jika salah satu anggota keluarganya sakit dan perlu dirawat, dia tidak perlu mengeluarkan uang dari sakunya karena negara yang membayar. Si A pun membayar uang iuran (persentase dari gajinya)  untuk masa tua yang sebenarnya digalang oleh negara untuk membayar pensiun yang bersangkutan.

Semua pekerja yang bergaji besar atau kecil  tanpa terkecuali mendapatkan layanan untuk  pembayaran biaya ke dokter atau ke rumah sakit, untuk biaya bersalin, atau cacat atau biaya sehari-hari di hari tua. Sistem distribusi ini disempurnakan dan diperlebar ke banyak jenis perlindungan sosial yang lain selama ”Masa 30 yang Gemilang”. (Les Trente Glorieuses merupakan periode pertumbuhan ekonomi yang kuat dan peningkatan taraf hidup yang dialami oleh sebagian besar negara maju antara tahun 1945 dan 1975). Selama ”Les Trente Glorieuses” ini, negara Perancis mengalami perkembangan demografi  yang pesat : tenaga kerja berkembang dan kelas menengah semakin bertambah. Pertumbuhan ini terjadi juga atas dukungan Perlindungan sosial, khususnya di bidang perumahan yang kebutuhannya mendesak.

Perlu diketahui bahwa di Perancis, banyak orang yang tinggal di perumahan sosial  (HLM –Habitation à Loyer Modéré) yang harga sewanya sangat rendah. Orang-orang yang tinggal di HLM ini harus membuktikan bahwa peminta tempat tinggal sosial ini benar-benar tidak memiliki pendapatan yang mencukupi untuk membayar uang sewa. Namun, dalam kasus perlindungan di bidang perumahan ini terdapat banyak fraud. Orang-orang dapat dengan mudah menipu pemerintah dengan menunjukkan surat gaji/pendapatannya yang tak benar, dan menyembunyikan pendapatan yang sebenarnya. Misalnya, seorang yang memiliki sebuah restoran mendapatkan uang dari pembayaran pelanggannya melalui pembayaran tunai, kartu kredit atau kupon restoran (le titre restaurant : tiket restoran atau voucher makan siang dimiliki para pekerja/karyawan jika perusahaannya tidak memiliki kantin/restoran dan dipakai sebagai alat pembayaran). Saat dikonfirmasi untuk pendapatannya, pemilik restoran ini hanya menunjukkan pendapatan yang bisa dilacak yaitu pembayaran dengan melalui kartu kredit, sedangkan pendapatan dari pembayaran tunai atau kupon restoran tidak dilaporkan.  Dengan demikian, ia bisa  memanfaatkan perumahan sosial dengan harga sewa yang rendah, padahal mungkin dia memiliki aset di negara lain. 

Jaminan sosial telah menyatu dengan kehidupan warga negara Perancis dan keberadaannya menjadi sangat dibutuhkan oleh penduduk. Selama tahun 1970-an, jaminan sosial mempercepat penyebarannya ke seluruh penduduk dan secara khusus menyertai mereka dalam setiap  langkah perubahan sosial, juga termasuk transformasi keluarga dan emansipasi kaum wanita dalam masyarakat, misalnya hak untuk hamil, atau aborsi, hak mendapatkan upah yang sama dengan lelaki  dalam perusahaan, hukum perceraian, dll.

Mengikuti evolusi masyarakat Perancis, strategi lainnya juga dikeluarkan pemerintah Perancis untuk meringankan beban masyarakat dalam menghadapi krisis ekonomi dan  menghadapi guncangan harga  minyak. Pemerintah menetapkan Pendapatan Integrasi Minimum (RMI : Le Revenu minimum d’insertion : tunjangan tunai yang diperuntukkan bagi orang-orang yang berusia minimal 25 tahun atau yang bertanggung jawab atas satu anak atau lebih dan yang pendapatannya di bawah plafon tertentu yang ditentukan oleh peraturan)yang diciptakan pada tahun 1988 dan bertujuan untuk menjamin gaji minimum dan membantu orang yang berpendapatan rendah untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.  RMI dibayarkan kepada siapa pun yang memenuhi persyaratan berikut: tinggal di Perancis, berusia minimal 25 tahun (kecuali dalam kasus khusus: wanita hamil, dll.), memiliki sumber daya lebih rendah dari jumlah RMI dan  berpendapatan lebih rendah dari pendapatan minimal di Perancis. Sejak tanggal 1 Juni 2009, RMI ini berubah menjadi Revenu de solidarité active (RSA) (Pendapatan solidaritas aktif).

Sejak tahun 1950 manfaat program perlindungan sosial ini membuahkan hasil. Harapan hidup meningkat 15 tahun dan kematian bayi berkurang tajam. Pengembangan metode pengasuhan anak telah memungkinkan orang tua untuk melakukan kegiatan profesional dan melaksanakan proyek keluarga dan akses ke obat-obatan berkualitas sangat tinggi juga meluas. Selain itu, 90% dari pensiunan telah keluar dari kemiskinan selama 78 tahun ini. Jaminan sosial yang berlaku di Perancis ini melambangkan solidaritas yang tinggi dan telah meningkatkan  kualitas hidup warganya.

Selain sistem yang dikelola oleh negara yaitu La Securité Sociale yang secara resmi dan langsung memotong  gaji pekerja di Perancis, terdapat asosiasi-asosiasi amal lain yang didirikan   untuk menolong siapa saja di negara ini dalam memenuhi kehidupan sehari-hari untuk memberi hak pada seluruh penduduk Perancis mendapatkan hak proteksi sosial selama mereka hidup, misalnya sebagai berikut.

  • Secours populaire français (SPF), sebuah asosiasi solidaritas sukarela Perancis yang memberikan pertolongan  dengan memberikan bantuan material, medis, moral dan hukum, pada orang-orang yang menjadi korban ketidakadilan sosial, bencana alam, kesengsaraan, kelaparan, keterbelakangan,  dan menghadapi konflik bersenjata . Pada tahun 2018, SPF membantu 3.265.030 orang berkat 80.000 sukarelawan dan 29,6 juta euro dalam bentuk sumbangan sukarela perorangan yang dikumpulkan oleh sukarelawan. Dengan anggaran tahunan sebesar 314 juta Euro, pada tahun 2013 SPF menjadi asosiasi bantuan sosial Perancis ketiga dalam hal anggaran setelah Palang Merah Perancis (anggaran tahunan sebesar 1.470 juta Euro) dan Secours Catholique (anggaran tahunan sebesar 338 juta euro) dan hal ini berkat bantuan para pekerja sukarelawan.
  • Les Restaurants du Cœur (Restoran Hati) – Les Relais du Cœur, dikenal sebagai Les Restos du Cœur,adalah asosiasi nirlaba di bawah hukum tahun 1901 yang didirikan di Perancis oleh komedian yang sekaligus aktor Michel Colucci (dikenal sebagai Coluche ) pada tahun 1985. Restos du Cœur terdiri dari 11 delegasi regional, 117 asosiasi departemen dan hampir 2.000 pusat kegiatan di seluruh daratan Perancis. Asosiasi ini banyak didukung oleh orang-orang terkemuka di Perancis. Tujuan Coluche mendirikan Restos du cœur ini adalah untuk membantu dan memberikan bantuan suka rela kepada orang miskin, khususnya di bidang pangan melalui akses ke makanan gratis, dan dengan berpartisipasi dalam integrasi sosial dan ekonomi mereka, serta membantu masyarakat miskin untuk melawan kemiskinan dalam segala bentuknya. Banyak sekali pemuda Perancis yang dimobilisasi dalam kegiatan suka rela ini. Misalnya pemuda-pemuda ini mengunjungi beberapa supermarket untuk mendapatkan sumbangan makanan kering dari pembeli supermarket tersebut lalu makanan dan minuman ini didistribusikan secara gratis kepada gelandangan atau fakir miskin yang tidak mampu.  

Pembentukan asosiasi untuk memperbaiki kualitas hidup warga Perancis ini tidak berhenti di sini. Saat ini banyak sekali asosiasi yang juga melindungi binatang, bahkan banyak pemilik binatang peliharaan yang membayar asuransi agar binatang peliharaannya mendapatkan fasilitas kesehatan ketika binatang peliharaan mereka sakit. Selain itu, terdapat pula asosiasi perlindungan binatang yang radikal, misalnya : asosiasi yang melarang memperkerjakan kuda untuk dimanfaatkan oleh manusia, atau bahkan asosiasi yang melarang membunuh nyamuk karena ada kemungkinan seekor nyamuk itu sedang memberi makan anaknya. Dengan demikian, walaupun negara Perancis dikenal sebagai negara bebas karena penerapan sistem sosialis  yang tinggi dan tanpa mengetahui dengan benar keadaan di dalam negeri ini, juga ada pula yang menganggap bahwa negara Perancis adalah negara rasis, namun kenyataannya banyak pendatang yang datang ke Perancis untuk memanfaatkan kemurahan hati negara ini, bahkan ada juga pendatang yang memiliki niat jahat  yang dapat menghancurkan struktur negara ini, misalnya untuk kasus pencurian, dll.

Artikel lain yang berkaitan dengan berita ini akan ditayangkan minggu depan, yaitu tentang sejarah kronologis sistem perlindungan sosial di Perancis dan setelah itu tentang bagaimana sistem perlindungan sosial ini menemani seseorang dalam setiap tahap kehidupannya.