Kegiatan Tawasul sebagai Upaya Alternatif dalam Membina Pelaku Sosiopatik

Sumber: Tim research Sociopathic mengunjungi Padepokan Sapu Jagat Sukabumi

Pada dasarnya manusia senantiasa menginginkan kondisi masyarakat yang harmonis dan damai dalam menjalankan kehidupan sosial. Tentu saja hal tersebut bukanlah suatu hal yang mudah untuk dicapai. Langkah yang paling pertama dan utama bagi seseorang individu untuk mencapai tujuan tersebut ialah menegakkan dan melaksanakan nilai dan norma masyarakat. Namun, pada kenyataan nilai dan norma yang berlaku masih saja tidak dijalankan oleh anggota masyarakat sehingga memberikan dampak terhadap kestabila sosial bahkan hingga mengancam keselamatan hidupnya. Dalam konteks ini, terdapat suatu istilah yang menggambarkan fenomena tersebut yaitu perilaku sosiopatik. Perilaku sosiopatik dapat dipahami dengan suatu perilaku anggota masyarakat yang melanggar ketentuan nilai dan norma masyarakat.

Perilaku sosiopatik yang terjadi di masyarakat dapat berupa aksi kejahatan baik itu secara fisik, kesusilaan, hak miliki, pelanggaran ketertiban umum, kejahatan ataupun kriminalitas. Mengenai hal tersebut, data statistik kriminal menunjukkan bahwa pada tahun 2022 kasus kejahatan nasional mencapai angka 239.481 kasus. Aksi kejahatan tersebut diperparah dengan perilaku sosiopatik yang melakukan tindakan kekerasan, pemalakan bahkan terlibat perkelahian hingga mengakibatkan korban jiwa. Tentu saja hal tersebut membuat masyarakat merasa tidak aman dan terancam dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, diperlukan suatu upaya preventif dan pembinaan bagi para perilaku sosiopatik dengan tujuan agar dapat diterima kembali oleh masyarakat setempat.

Di Indonesia sendiri, upaya dalam mengatasi permasalahan tersebut melalui peran pemerintah yaitu kelembagaan kepolisian. Meskipun demikian, proses pembinaan juga sangat perlu dilakukan agar para pelaku sosiopatik dapat diterima kembali di kehidupan masyarakat. Adanya stigma buruk yang diperoleh perilaku sosiopatik membuat rintangan tersendiri baginya sebab, masyarakat sulit untuk mempercayai dan menerimanya kembali meskipun sudah berubah. Maka dari itu, dibutuhkan suatu upaya yang dapat menjadikan perilaku sosiopatik lebih dekat dengan tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat diterima dan dipercayai kembali oleh masyarakat.

Berkenaan dengan hal di atas, Tim PKM-RSH dari Program Studi Pendidikan Sosiologi yang dibimbing oleh Abdul Azis, S.Pd., M.Pd., dengan ketua Tim Annisa Fadillah, Dwi Arief, Dhiyaa Rifqi Pradana dan satu anggota lainnya dari Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Bernama Rani Trianti, meneliti tentang upaya menangkal perilaku sosiopatik melalui seni bela diri Pencak Silat kebatinan. Lembaga sosial Padepokan Sapu Jagat Sukabumi hadir sebagai upaya alternatif untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya melalui kegiatan tawasul. Kegiatan tawasul sendiri merupakan kegiatan dzikir berjamaah untuk memohon pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan dan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT. Kegiatan tawasul dapat dikatakan sebagai kegiatan terpenting yang ada di Padepokan Sapu Jagat Sukabumi dalam membina para pelaku sosiopatik. Hal ini dibuktikan dengan adanya pernyataan dari salah satu pengurus bahwa “Tawasul menjadi poros utama dalam membina para pelaku sosiopatik yang terdapat di Padepokan Sapu Jagat sebab, bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Nabi Muhammad SAW dan Allah SWT serta mengingatkan diri terhadap dosa-dosanya”. Hingga akhirnya, tidak jarang para pelaku sosiopatik mengalami perubahan yang jauh lebih baik setelah mengikuti kegiatan tawasul.

Tentu saja, kegiatan tawasul ini dilakukan dengan menggunakan ajaran-ajaran agama Islam seperti membaca kalimat tasbih, takbir, tahlil, istirja, basmalah, syahadat, sholawat dan membaca surat-surat pendek. Bukan hanya itu, padepokan Sapu Jagat juga memiliki kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mengubah pelaku sosiopatik yaitu sholat, dzikir, puasa, tilawah dan proses penerapan nilai-nilai spiritual melalui pencak silat kebatinan. Setelah seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan secara terus-menerus, para pengurus padepokan Sapu Jagat melakukan monitoring dan pengawasan melalui nasihat dan bimbingan terhadap pelaku sosiopatik agar selalu mengingat kepada Allah SWT dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama Islam.

Dengan demikian, kehadiran kegiatan tawasul dan berbagai kegiatan yang terdapat di kelembagaan sosial padepokan Sapu Jagat Sukabumi dapat dijadikan sebagai upaya alternatif bagi para pelaku sosiopatik untuk mengubah kepribadiannya menjadi lebih baik sehingga dapat diterima kembali di kehidupan masyarakat.

Oleh: Tim Research Sosiopathic