Ketua Senat Akademik UPI Harapkan Guru Besar Harus Jujur dan Terbuka

Bandung, UPI

Ketua Senat Akademik Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. Sumarto, M. SIE., dalam sambutannya pada acara penyerahan Surat Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia dalam Jabatan Fungsional Profesor/Guru Besar kepada Dr. Surdiniaty Ugelta, M.Kes., dan Dr. Endang Supardi, S.E., M.Si., di Ruang Rapat Gedung Partere Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Rabu (7/6/2023), dengan tegas mengatakan,”Kejujuran dan keterbukaan adalah sesuatu yang amat penting untuk dipegang erat-erat sebagai seorang guru besar, terutama dalam bidang keilmuannya.”

Ya ini kalau kita enggak jaga tentang bidang keilmuannya, ujarnya lagi, yang katakanlah keilmuan itu nanti dengan aturan baru itu nanti tidak boleh lebih dari satu bidang keilmuan, dari milik kompetensinya itulah yang harus ditanamkan betul yang melalui risetnya itu.

Ditegaskan Prof. Sumarto, bahwa ini nampaknya kalau kita melihat dari posisi Universitas Pendidikan Indonesia, makin lama makin meningkat guru besarnya dan ini perlu ada satu pemahaman secara komprehensif berkaitan dengan bidang keilmuannya di beberapa fakultas yang ada di universitas pendidikan Indonesia.

Menurut Prof. Sumarto,”Bagaimanapun juga, Jabatan Fungsional Profesor/Guru Besar ini satu bagian yang tak terpisahkan dari apa yang sudah dijalani oleh para dosen sebagai bagian dari proses karir yang tertinggi, yaitu mendapatkan anugerah jabatan fungsional guru besar. Ini perlu dituntut, juga perlu dipahami betul. Jadi, menjadi seorang guru besar itu seperti yang dikatakan Ketua Dewan Guru Besar (DGB) UPI Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si., dalam sambutan pengukuhan guru besar, memang agak berat sebenarnya kalau menyandang status sebagai guru besar.”

Jadi jangan lupa, selalu saya ingatkan bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi itu adalah satu bagian dari tolak ukur yang perlu kita camkan di sanubari masing-masing di sini. Kita hilangkan istilah menara gading.

“Kalau dulu perguruan tinggi itu seolah-olah adalah menara gading yang enggak bisa ditembus, di situ lah kita sekarang. Konsep awal paradigma baru memang perlu kita tanamkan di masing-masing, baik di guru besar maupun di sivitas akademika. Kita harus bisa mengeliminir masalah menara gading yang ada di program kita. Hilangkan karakter yang menyangkut masalah menara gading,” harap Prof. Sumarto.

Jadi ini yang kita harus betul-betul camkan di masing-masing pihak, baik di tataran publisher maupun sivitas akademika. (dodiangga/photo:riza,arum)