Mahasiswa FTV UPI Raih Penghargaan Film Dokumenter Pendek Piala Maya ke-11

Kabar kemenangan datang kembali dari program studi Film dan Televisi Universitas Pendidikan Indonesia. Kali ini, film dokumenter pendek garapan 8 mahasiswa FTV UPI berhasil terpilih menjadi film dokumenter pendek terbaik sepanjang tahun 2022 dalam Piala Maya 11 (2/5/2023). Film berjudul Romansa di Balik Pagar Akal  mengangkat tentang isu-isu yang jarang sekali diangkat—yaitu Orang Dengan Gangguan Jiwa atau ODGJ.  Film dokumenter ini dalam proses kurasinya melalui tahapan yang cukup panjang,  sampai ke tahap 5 besar, dan pada akhirnya  menjadi film dokumenter pendek yang terpilih. 

Film berdurasi 30 menit ini kritis membawa isu utama tentang kehidupan ODGJ yang luput dari perhatian masyarakat. Seperti salah satunya, banyak stereotip ODGJ sebagai “orang gila” memiliki jarak yang sangat jauh dari kehidupan sosial masyarakat pada umumnya. Terdapat dinding besar sebagai penghalang akibat stigma negative,  sehingga mantan ODGJ tidak dapat hidup layak dan nyaman. Film dokumenter ini cukup cermat mematahkan pandangan-pandangan yang serupa, dan berhasil memberikan edukasi bagi masyarakat tentang sisi lain dari kehidupan ODGJ yang selama ini tidak diketahui .

Rifqi Asha sutradara dari film Romansa di Balik Pagar Akal mengatakan (2/5/2023) , “Pada hakikatnya, kita yang dikatakan sebagai manuasi normal pada umumnya, sama dengan mereka. Yang membedakan hanyalah mereka ditakdirkan untuk kehilangan sebagian fungsi akalnya.” 

Sutradara pun menambahkan keterangan bahwa ia telah menaruh perhatiannya pada isu ODGJ ini bahkan sebelum ia berkuliah di prodi FTV UPI tepatnya sejak Rifqi Asha masih bersekolah di SMA. Yang selanjutnya dikembangkan bersama dengan mahasiswa FTV UPI lain yang bergabung menjadi satu kelompok dan membangun PH secara mandiri bernama “Hura Haru Film”. Dimatangkan juga dengan sering berdiskusi di kelas besar bersama teman seangkatan dan dosen-dosen mata kuliah film dokumenter sampai kaprodi. Demikian, film ini berhasil diciptakan.

Piala Maya tentunya menjadi torehan yang besar bagi film ini, ajang penghargaan bergengsi yang telah diselenggarakan sejak 2012 dan melalui proses seleksi profesional ini menjadi momen baik serta membanggakan untuk para sineas di balik film ini. Selama beberapa tahun ke depan, Rifqi Asha sutradara dari film dokumenter ini juga menyatakan akan konsisten membawa film ke acara-acara penghargaan atau festival-festival film baik medium kecil hingga yang besar dari dalam bahkan luar negeri sekalipun. Sekaligus terus mengadakan screening bersama untuk meningkatkan kesadaran dan memberikan perubahan masif tentang permasalahan yang hadir di kehidupan para ODGJ. 

Kemudian semenjak artikel ini ditulis, Romansa di Balik Pagar Akal telah memperoleh sejumlah kemenangan lain seperti memenangkan penghargaan Film Terbaik kategori Film Pendek Dokumenter di Festival Ajisaka UGM 2023 dan juga menjadi film terpilih Lokus 2 di Festival Film Bulanan 2023. 

Sementara di waktu yang sama, satu film dokumenter buatan mahasiswa FTV juga berhasil masuk ke dalam 5 besar nominasi kategori Film Dokumenter Pendek di Piala Maya 11 bersanding dengan film Romansa di Balik Pagar Akal. Film dokumenter itu berjudul Bebenjangan yang disutradarai oleh Belva Atsil Rismayandi, mengangkat tentang isu perempuan yang timbul di antara tarian daerah yang berasal dari Bandung—sesuai dengan judul filmnya, yaitu tari Benjang. 

Gambar: Unggahan dari instagram @pialamaya

Sudah barang tentu, kabar-kabar baik ini diharapkan akan terus ada dan memotivasi mahasiswa Film dan Televisi UPI juga mahasiswa film atau sineas lain di masa depan, seperti prestasi yang telah dicapai oleh mahasiswa FTV UPI di tahun 2022 bisa menduduki nominasi film dokumenter pendek di Festival Film Indonesia (FFI) dengan film yang berjudul Sintas Berlayar. Awal tahun 2023 telah banyak sekali film keluaran mahasiswa FTV UPI yang mewarnai beragam festival film dan pastinya akan terus memberikan gebrakan-gebrakan baru di masa yang akan datang (Contributor Humas UPI/Muhammad Aizhar Jamil)