Mahasiswa KKN UPI Hadirkan Solusi Inovatif Pengelolaan Sampah di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang

Bandung, Indonesia – Di tengah tantangan pengangkutan sampah sehari-hari akibat TPA Sarimukti yang sudah penuh, tim mahasiswa Program KKN dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) telah mengambil langkah proaktif untuk menangani masalah pengelolaan sampah di Desa Jayagiri, Kecamatan Lembang.

Per tanggal 8 Februari 2023, Sahria, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Kebersihan Kabupaten Bandung Barat, mengungkapkan bahwa sekitar 26 ton sampah per hari di Kabupaten Bandung Barat tidak dapat diangkut untuk dibuang. Desa Jayagiri turut merasakan dampak dari permasalahan ini, yang berkontribusi pada berbagai risiko kesehatan dan ketidaknyamanan, termasuk bau busuk dari sampah organik dan banyaknya sampah anorganik yang tidak terkumpulkan.

Mengenali seriusnya masalah ini, tim mahasiswa UPI mengajukan proposal untuk infrastruktur pembuangan sampah ke SESPIM LEMDIKLAT POLRI, yang kemudian disetujui dan dibiayai. Dipimpin oleh Janten Hidayat Setiawan, tim ini dengan cepat membeli tong sampah berkualitas tinggi dan mendistribusikannya di dua unit komunitas (RW 04 dan RW 08) di Desa Jayagiri pada tanggal 25 Agustus 2023.

Dalam upaya sejalan untuk mengelola sampah organik, para mahasiswa juga meluncurkan program yang fokus pada “Pemanfaatan Maggot untuk Pengelolaan Sampah Berkelanjutan.” Muhammad Rifqi dan timnya mengundang peternak maggot dan peneliti untuk mendidik para tokoh masyarakat tentang beternak maggot, potensinya dalam mengurangi sampah organik, dan prospek pasarnya.

Asep, seorang peternak maggot, menjelaskan proses perkembangbiakan dan siklus hidup maggot. Peneliti Dadang Machmudin memberikan wawasan tentang metode fermentasi yang lebih efektif untuk sampah organik sebagai pakan maggot. Selly Feranie, seorang ahli yang sebelumnya telah mengembangkan biopori untuk memperbaiki kondisi tanah, menyebutkan bahwa sampah organik juga bisa dikumpulkan melalui biopori. Mahasiswa menyerahkan empat set maggot siap ternak beserta tempat perkembangbiakannya kepada para ketua RW 04 dan RW 08 di Desa Jayagiri.

Pak Koko, ketua RW 04 Desa Jayagiri, menyampaikan apresiasinya yang dalam untuk inisiatif ini. “Ini bisa menjadi model untuk pengelolaan sampah di daerah,” kata Koko, dengan harapan bahwa proyek ini akan mendorong kesadaran dan partisipasi yang lebih besar dari masyarakat luas.

Setelah sesi penyuluhan tentang beternak maggot, serah terima empat set maggot dan sarana pengembangbiakannya dilakukan secara simbolis. Ini kemudian diatur di lokasi beternak maggot yang telah ditentukan tidak jauh dari pemukiman warga, menandai langkah proaktif menuju penyelesaian masalah pengelolaan sampah di daerah ini.

Dengan inisiatif kolaboratif seperti ini, mahasiswa UPI dan komunitas Desa Jayagiri mendorong pendekatan berkelanjutan terhadap pengelolaan sampah, membuktikan bahwa ketika dunia akademis dan komunitas bergabung, solusi tidak hanya mungkin—tetapi juga berkelanjutan. (JN)