Mengubah Negeri Sesuai Medan Perjuangan Masing-masing

Abhelia

Oleh ABHELIA PERMATA SARI

(Peserta Gemmar BEM Rema Universitas Pendidikan Indonesia)

SEORANG dosen pada suatu perkuliahan bertanya kepada mahasiswanya “Apakah ‘belalang’ merupakan sebuah fakta atau teori?” Beberapa mahasiswa memiliki pandangan bahwa tentu saja belalang merupakan fakta karena mereka sering menjumpainya di kehidupan nyata. Tetapi dosen tersebut menjelaskan bahwa ‘belalang’ merupakan teori. Fakta yang kita lihat pada kehidupan nyata adalah seekor makhluk hidup yang memiliki tiga pasang kaki, berukuran kecil/tidak terlalu besar, memiliki antena, dan tubuhnya terbagi ke dalam tiga ruas, sedangkan ‘serangga’ merupakan sebuah kata yang tercipta untuk menggambarkan makhluk hidup tersebut.

Jelas tersirat bahwa fakta digambarkan oleh suatu teori, dan teori menjelaskan suatu fakta. Lalu, apa bedanya dengan kata ‘merdeka’? Merdeka adalah suatu teori yang seharusnnya menjelaskan keadaan yang sesuai dengan arti kata harfiahnya. Sayangnya, negeri ini memiliki teori ‘merdeka’ tetapi dalam kenyataannya bangsa kita belum bebas, dan tidak dapat menunjukkan fakta kemerdekaan. Ingatlah bahwa merdeka bukan hanya berbicara tentang membangun pemerintahan sendiri. Lebih dari itu, merdeka menyangkut kesejahteraan bangsa dan kecintaan rakyat Indonesia terhadap negaranya.

Berbicara tentang kesejahteraan bangsa, mari kita lihat dari salah satu aspek yaitu pendidikan. Tidak diragukan lagi bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni. Banyak ahli dari Indonesia yang jasanya dimanfaatkan dunia. Banyak pula rakyat Indonesia yang mampu dan berkesempatan mengenyam pendidikan di luar negeri, dan banyak pula sekolah yang kini sudah berdiri di Indonesia baik formal, nonformal maupun informal dengan segala tingkatannya.

Seorang dosen FPMIPA UPI pernah berkata “Pendidikan hanya ada di kota besar, coba ke pedalaman, nangis Anda.”. Benar saja, masih dapat kita temukan daerah yang tidak memiliki sekolah atau akses menuju sekolahnya tidak mudah. Indonesia adalah negara dengan beribu-ribu pulau dan wilayahnya maha luas. Pasti ada daerah yang luput dari perhatian pemerintah khususnya dalam dunia pendidikan. Sering kita jumpai berita di media cetak maupun elektronik yang memperlihatkan fakta bahwa untuk menjadi terdidik pun seorang anak harus berjuang berjalan jauh, menyeberangi arus sungai dan melawan rasa lelahnya.

NET
NET

Tolong diingat bahwa kasus seperti ini tidak sedikit. Pendidikan utamanya dibutuhkan untuk membentuk moral dan kepribadian yang baik, namun dengan fakta tersebut tidak mudah membentuk moral bangsa. Jangankan orang tidak berpendidikan, orang berpendidikan pun kadang masih tidak bermoral. Jadi, dilihat dari satu aspek saja, Indonesia dapat dikatakan tidak sejahtera, apalagi jika dilihat dari aspek lain seperti sosial dan ekonomi.

Untuk mencapai kesejahteraan, bangsa ini tentulah harus bahu-membahu berjuang untuk mencapainya sama seperti ketika para pendahulu ketika berjuang bersama-sama mengangkat bambu runcing untuk sesuatu yang disebut sebagai ‘kemerdekaan’. Perjuangan rakyat Indonesia saat ini yang paling mendasar adalah perjuangan moral melawan diri sendiri dan bangsa sendiri. Dewasa ini, teramati bahwa rakyat Indonesia terlalu cinta pada dirinya sendiri sehingga lupa untuk mencintai bangsanya. Sangat sedikit rasa persatuan, sedikit pula rasa cinta tanah air, padahal jika rasa persatuan telah muncul kesejahteraan pastilah dapat dicapai.

Mengapa masih ada perang saudara jika mengaku bertanah air satu, tanah air Indonesia? Mengapa masih banyak sekali tindak kriminal dan kasus kejahatan jika mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia? Dan mengapa masih banyak terjadi kesalahpahaman jika mengaku berbahasa satu, bahasa Indonesia?

Merdeka adalah suatu anomali dari kajian ilmiah, jika biasanya teori berkembang menjadi hipotesis dan jika tidak terbukti kebenarannya maka hipotesis tersebut ditolak. Namun, pada kasus ‘merdeka’ ini hipotesis yang dibuat adalah rakyat indonesia telah merdeka sejak tanggal 17 Agustus 1945 tetapi hingga saat ini tidak terbukti kebenarannya bahwa Indonesia merdeka (digambarkan oleh paragraf-paragraf sebelum ini) namun hipotesis tersebut tetap saja diterima karena orang-orang menganggap negeri ini sudah merdeka.

Singkatnya, kajian ilmiah (teori – hipotesis – tidak terbukti kebenerannya – hipotesis ditolak), sedangkan ‘merdeka’ (teori – hipotesis – tidak terbukti kebenarannya – hipotesis diterima) begitu mendarah daging. Mungkin inilah sebuah tugas besar bagi petinggi negeri untuk menyatukan kembali rakyat Indonesia menjadi sebuah bangsa yang berisi individu berjiwa besar dan memiliki rasa juang yang tinggi sehingga pada akhirnya negeri ini layak dikatakan ‘merdeka’. Salah satu penulis ternama Indonesia, Raditya Dika berkata “Ingin berjuang dan mengubah negeri ini? Pilih sendiri medan perjuangan kamu…!!”. Jadi, mari bersama-sama menaklukan medan juang kita untuk mengubah negeri ini menjadi negeri yang lebih baik dalam segala aspek.