Pemanfataan Teknologi Telekomunikasi Di Masyarakat: Status, Permasalahan Dan Prospeknya

Teknologi telekomunikasi adalah bidang kajian dan kegiatan/ aktivitas yang lucrative (menguntungkan). Untuk pengembangan dan bisnisnya diperlukan rentang Sumber Daya Manusia (SDM) dari rentang sederhana hingga High Skill and Knowledge Technology. Aspek kerumitan, kecanggihan, akan tetapi kecantikan dan kemanfaatan tinggi terkandung di dalamnya. Dapat dibayangkan Smart Television, Gadget yang canggih dan cantik, dll. Oleh karena itu aspek bisnisnya juga sangat menjanjikan, karena juga menjadi kebutuhan sehari-hari. Seperti menurut Sharif (2017), kesimpulan causality test Garnger-Sims dengan data 50 years’ time series USA, Beil at el., (2005) membuktikan bahwa ada hubungan kausalitas antara investasi telekomunikasi dengan pertumbuhan ekonomi. Lalu Shiu and Lam (2007) berdasarkan studi ekstensifnya terhadap data 105 negara, berargumentasi kuat bahwa perkembangan telekomunikasi secara signifikan berelasi kuat dengan perkembangan/ pertumbuhan ekonomi.

Dewasa ini orang sudah bisa mengirim dan menerima pesan/ berita sudah kombinasi tulisan, suara, gambar, video seadanya bahkan hingga video yang dianimasi 3D, bahkan dapat memperlihatkan makrokosmos maupun mikrokosmosnya yang dimaksudkan. Bisa dipermudah (made easy) maupun diperumit/ dibuat canggih(made complex).

Sejak tahun 1864, James C. Maxwell telah melakukan langkah-langkah penting hubungan medan magnit, yang tidak hanya merangkum temuan riset Laplace, Poisson, Faraday, Gauss dan yang lainnya, tetapi juga memprediksi propagasi/ penjalaran sinyal listrik lewat ruang (space). Sejak Lee De Forest, dari Amerika menemukan tabung Trioda (audion), sebuah komponen elektronik yang membuat radio berukuran lebih kecil dan lebih praktis membuat dia memperoleh nama “the father of radio”, dan1947 penemuan transistor oleh John Bardeen selanjutnya Walter Brattain (1902–1987), dan William Shockley (1910–1989) dari Bell Labs yang memungkinkan menguatkan sinyal radio dengan rangkaian yang lebih padu (compact). Tahun 1954 produksi radio transistor pertama. Sekitar 1500 radio terjual tahun pertama dan di ujung tahun 1955, penjualan hingga 100,000 buah.

Setelah teknologi berkembang, kebutuhan dan pemenuhan akan komunikasi yang fleksibel dan mobile meningkat, maka komunikasi radio diterapkan menjadi komunikasi handphone (telepon genggam). Menurut BPS ada peningkatan kepemilikan handphone dari tahun 2015 hingga tahun 2019, dari 41,98% menjadi 73,75% penduduk Indonesia. Akses terhadap internet, dari 21,98% menjadi 47,69% penduduk Indonesia.

Indonesia juga (Statistik Telekommunikasi Indonesia 2019) dengan jumlah penduduk terbanyak ke empat dunia (2015), 255.993.674 jiwa, adalah sebagai pengguna internet ke delapan, yaitu 78 juta (30,5%) dari jumlah penduduk Indonesia, yakni sebagai penduduk yang potensial pengguna teknologi telekomunikasi.

Telekomunikasi tiada lain juga adalah masalah Pemanfaatan Spektrum atau boleh dikatakan Bandwidth. Negara-negara maju (Lillian: 2006) sudah lebih besar memanfaatkan peluang asset telekomunikasi ini, selain jual-beli pemanfaatan

ruangnya, bandwidth-nya, juga membuat perangkat-perangkat keras (hardware) dan lunak (software) nya dengan sungguh-sungguh. Kita bangsa Indonesia, dimana? Sepengetahuan penulis, baru dominan memanfaatkan asset ruang atau bandwidth-nya dan aspek low technology-nya yang menonjol, belum ke produksi perangkat keras dan lunaknya dengan teknologi tinggi.

Dewasa ini teknologi analog telah hampir total digeser oleh teknologi digital, karena lebih banyak keuntungannya. Contoh dalam teknologi analog, network capacity pada analog sempit/ kecil, sedangkan pada digital dengan teknologi multiplekser, memungkinkan jauh lebih banyak share kanal dan mencapai efisiensi dan efektifitas yang tinggi.

Perkembangan terakhir sekarang masih pada 4G (Generasi 4), akan tetapi   5G yaitu ditandai everywhere broadband, every thing to be linked, faster streaming signal, dan lain-lain, sedang diuji coba pemakaiannya di beberapa belahan Negara. Atribut 4G adalah: ubiquitous, mobile, and broadband, menjelang 5G, yang ditandai:

(1) Pitalebar yang massif (xMBB) yang mengantarkan (data) bandwith ukuran gigabyte-an; (2) Komunikasi tipe mesin yang massif (mMTC) yang menghubungkan bilyunan sensor dan mesin; (3) Komunikasi tipe mesin yang kritis/ genting (uMTC) yang memungkinkan umpan balik segera dengan reliabilitas tinggi dan dapat melakukan misalnya mengendalikan lewat robot dan kendaraan mandiri (autonomous). 5G juga, yang terhubung/ terkait berkomunikasi bukan hanya manusia dengan manusia, tapi juga manusia dengan mesin dan mesin dengan mesin, seiring akan booming nya IoT (Internet of Things).

Kemdikbudristek mencanangkan Rencana Induk Riset Nasional Tahun 2017-2045 (Edisi 28 Pebruari 2017), (http://rirn.ristekdikti.go.id), untuk penggalakkan pembangunan industri telekomunikasi. Dikatan bahwa kemajuan TIK dalam dua dekade terakhir berkembang sangat pesat dan mampu meningkatkan kinerja dengan cepat, tepat dan akurat, dan memberikan peluang dikembangkan berbagai kegiatan baru berbasis pada teknologi ini. Diakui juga bahwa Implementasi TIK di negara industri maju telah ditempatkan sebagai penggerak utama dalam pembangunan perekonomian. Kontribusi TIK terhadap pertumbuhan ekonomi secara umum dapat digolongkan ke dalam dua kriteria, yaitu: (1) melalui produksi perangkat TIK dan jasa, dan (2) melalui penggunaan TIK secara efektif. Untuk tegak dan tangguhnya teknologi telekomunikasi di Indonesia diperlukan: SDM tenaga ahli maupun praktisinya, Sarana dan Prasarana Pengembangan baik dalam hal Risetnya maupun Pabrikasinya, alokasi biaya pengembangan, aspek tekad politik (political will), dan cetak biru (blue print).

Matheson and Petit (2017) menyebutkan: Sektor telekomunikasi telah berkembang cepat hingga dekade ini, tidak hanya pada teknologinya tetapi juga dalam hal organisasi dan regulasi industrinya. Sektor ini pada umumnya “ natural monopoly”, industry dengan fixed costs, tingkat pengembalian modal bertambah, biaya layanan rata-rata, akan tetapi menurun seiring permintaan yang bertambah (karena keuntungannya).

Kebanyakan keuntungan finansial operator selular relatif tinggi. Contoh, sejak 2009 pengembalian rata-rata nilai asset dari perusahaan- perusahaan layanan telekomunikasi besar AS melebihi perusahaan-perusahaan modal besar pada umumnya hingga 70%, ROI dan ROE perusahaan telekomunikasi masing- masing 16% dan 15 % lebih tinggi dari pasar. Tergantung market share, menganalisa pasar-pasar telekom di Timur Tengan dan Afrika, Boniecki dan yang lainnya (2016) menunjukkan bahwa operator-operator yang dominan mempunyai rasio earning sebelum bunga, pajak, depresiasi dan angsuran hutang terhadap total revenue 41-47 %, vs 30-37 % pada operator-operator kedua terbesar dan hanya 15-25% untuk operator terbesar ketiga dan keempat.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS, 2020), di masa pandemic, sektor telekomunikasi (Infokom) mengalami pertumbuhan sebesar 10,88% pada Q2 2020 jika dibandingkan pada kwartal yang sama tahun lalu. Walaupun katanya dibayang-bayangi faktor daya beli karena kelumpuhan ekonomi sektor lain.

Intinya, bahwa mengembangkan sektor telekomunikasi, baik layanan perangkat lunaknya, maupun layanan perangkat kerasnya, tidak akan merugi. Dengan perkataan lain, prospeknya bagus. (Prof. Dr. Enjang Akhmad Juanda, M.Pd., M.T, Guru Besar Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia)