Peran Strategis Dewan Guru Besar dalam Pengembangan WCU

Bandung, UPI

Ketua Tim World Class University (WCU) Dikti Prof. Ir. Hermawan K. Dipojono, MSSE.,Ph.D., hadir di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) berbicara tentang Arah Kebijakan dan Implementasi WCU pada PTNBH. Prof. Hermawan tampil menjadi narasumber bersama dengan Rektor UPI Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., Prof. Dr. H. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed., sebagai Ketua Tim Riset WCU dan Ketua DGB UPI Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed. Para narasumber tersebut membahas Peran Strategis Dewan Guru Besar dalam Perumusan Arah Pengembangan UPI Menuju World Class University kegiatan Seminar Dewan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia di Gedung LPPM Ruang Auditorium lt. 3 Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Senin (27/11/2023).

Prof. Ir. Hermawan K. Dipojono, MSSE.,Ph.D., yang juga menjabat sebagai Ketua Senat Akademik Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menegaskan bahwa ada 2 peran strategis Dewan Guru Besar dalam perumusan arah pengembangan perguruan tinggi menuju world class university, yang pertama sifatnya eksternal dan kedua bersifat internal. Yang sifatnya eksternal adalah terus menyuarakan bahwa ada tanggung jawab negara untuk terbentuknya pegururan tinggi riset yang sangat bagus, dan saat ini untuk sementara akan fokus pada PTNBH termasuk UPI, dan ini harus disuarakan terus secara bersama-sama. Sementara itu, untuk yang sifatnya internal atau ke dalam, Dewan Guru Besar hendaknya selalu menentukan standar kinerja dosen yang dari waktu ke waktu harus ditingkatkan dengan contoh keteladanan.

Diungkapkan Prof. Hermawan,”Jika melihat kinerjanya, UPI sudah sangat bagus, UPI sudah PTN-BH. UPI juga sudah tertangkap radar, sehingga masuk dalam ranking dunia QS World University Ranking (QS WUR) 2023. Saat ini tinggal bagaimana upaya pada tahap selanjutnya untuk bisa masuk ke dalam The Top 1000 or 700 Colleges and Universities in the World, dan ini bisa diupayakan dalam waktu 5 tahun. Sementara itu untuk bisa masuk dalam The World’s Top 500 Universities, bisa diupayakan dalam waktu 10 tahun, karena memang polanya begitu.

Ada 2 kelemahan umum perguruan tinggi di Indonesia, ujar Prof. Hermawan, yaitu citations per faculty atau sitasi per fakultas, per dosen dan persoalan internasionalisasi. Internasionalisasi ini menyangkut masalah network. Para Guru Besar yang mempunyai pengetahuan eksplisit dan tasit yang mumpuni melalui perjalanan panjang di kegiatan tridharma pendidikan tinggi sudah seharusnya bertanggung jawab untuk menyelesaikan 2 persoalan besar tersebut dengan membangun jejaring riset internasional.

“Para Guru Besar harus berada paling depan untuk memberi keteladan dalam pembangunan keunggulan kepakarannya. Mereka juga harus mendorong serta memberi kesempatan dan membuka jalan bagi dosen muda untuk maju dalam keunggulan. Para Guru Besar harus membantu lembaganya untuk meningkatkan reputasi akademik, jumlah sitasi per fakultas, jumlah publikasi, kualitas publikasi, faculty-student ratio, dan jumlah international staff, serta jumlah international student,” tegasnya.

Ranking PT bukan tujuan tetapi ini akibat dari sebuah proses menjalankan mutu PT. Terus ciptakan, jaga dan perkuat ekosistem penelitian berkualitas, di antaranya tersedia mekanisme pemagangan, mentorship yang berkelanjutan, menjadi simpul jaringan periset kelas dunia. Publikasi berkualitas adalah harga mati, maka terbitkanlah Indonesian Abstracts, publikasi internasional terindeks dengan klasifikasi/klaster Arts and Humanities, Natural Sciences, Life Sciences and Medicine, Engineering and Technology, Social Sciences & Management. Bangun pusat keunggulan sekurang-kurangnya 5 untuk setiap klaster di atas. Kemudian terlibatlah dalam editorship and reviewing top journals.

Kembali ditegaskan Prof. Hermawan K. Dipojono,”Upayakan semaksimal mungkin, agar bagaimana UPI masuk dalam radar QS World University Ranking. Caranya adalah lakukan komunikasi secara lebih intensif dengan QS Management untuk mendiskusikan visibility UPI di kancah Internasional. Kemudian perbaiki Data Academic Peers, dan berkonsentrasi serta meningkatkan kontak kepada Kolega riset di dalam negeri maupun luar negeri bukan pejabat perguruan tinggi partner di luar negeri. Lebih fokus pada kolega di wiliyah regional dari pada Internasional. Berikutnya, Rektor seraca rutin keep in touch dengan para Academic Peers.”

Terakhir, ujarnya, para Guru Besar lebih bersemangat lagi untuk melakukan research collaboration dengan world class researcher, world class laboratory, atau world class institution. Memang diperlukan waktu untuk dapat menemukan kolaborator yang cocok. Oleh karena itu, perlu dimulai dari sekarang untuk mencarinya, dari dalam maupun luar negeri.   (dodiangga)