Pilmapres UPI Tahun 2019 Membangun Budaya Akademik

Bandung, UPI

Musuh terbesar dalam hidup ini adalah diri sendiri. Saya ingin tunjukkan pada pada siapapun bahwa kita bisa melakukan apapun yang ada di dalam pikiran kita sekalipun hal tersebut mustahil untuk dilakukan. Kita harus optimis untuk bisa melakukannya dan berpikir mudah untuk dijalani. Di dalam sebuah proses, kita akan dihadapkan pada tantangan, oleh karena itu kita harus memiliki jiwa yang kuat, tangguh, dan tidak lelah berjuang.

Pernyataan tersebut diungkapkan mahasiswa Program Studi Diploma-III Keperawatan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Laely Sholihah saat bercerita tentang pengalamannya ketika mengikuti Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) UPI Tahun 2019 beberapa waktu lalu di Selasar FPOK, Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Jumat (29/3/2019).

Menurut Laely,”Selama mengikuti sebuah kompetisi, seperti Pilmapres, bukan tidak mungkin kita akan merasakan menjadi orang yang paling menderita sedunia, tetapi hal tersebut tidak lantas membuatnya mudah untuk menyerah, semua itu merupakan tantangan hidup. Dengan berani untuk terjun dan melompat untuk melewati peluang-peluang dan kesempatan kecil, maka akan mudah untuk membuat kita sampai lebih cepat, jadi kerjakanlah dari hal-hal yang terkecil, maka kesempatan yang lebih besar akan datang.”

Saya sangat beruntung dan berterima kasih kepada Allah swt, dosen pembimbing, panitia Pilmapres UPI Tahun 2019 serta pada kedua orang tua atas kesempatannya untuk mengikuti tahap demi tahap seleksi mahasiswa berprestasi tingkat universitas, dimana untuk tahun 2019, mahasiswa dari program diploma diikutsertakan dalam pemilihan tersebut, dan saya salah satu wakilnya. Diharapkan, kesempatan yang saya raih bisa dijadikan sebagai role model bagi teman-teman di sekitar saya. Saya ingin mereka berkata bahwa Laely saja bisa, masa kita tidak bisa?

Meskipun tidak meraih juara 1 dalam Pilmapres UPI Tahun 2019, namun saya tidak merasa kalah, justru ini adalah momentum untuk merefleksikan diri menjadi lebih baik lagi di masa depan, saya banyak belajar dari kompetisi ini. Sebagai mahasiswa harapan bangsa, harus mempunyai mimpi setinggi langit, serta memiliki kemauan dan keinginan untuk menjadi manusia yang berguna bagi seluruh umat, tidak usah takut untuk keluar dari zona nyaman, tidak ada yang tidak mungkin.

Ketika kita terjatuh, paling tidak kita jatuh ke atas awan bukan ke hamparan tanah di bumi. Kita harus berperang melawan rasa takut dalam diri, tanpa adanya perubahan untuk melakukan perbaikan, maka tidak akan terjadi apa-apa, tetapi bagi mereka yang memulai perubahan, akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mengelola perubahan tersebut.

Saat ini aktifitas saya adalah menjadi relawan dalam Public Safety Center 119 Emergency Service. Dimana ada manusia, di situ ada peluang untuk kebaikan, saya berharap bisa membantu sesama yang sedang kesusahan di bidang kesehatan. (dodiangga)