PKM-RSH UPI: Teliti Peran Komunikasi Keluarga dalam Menghadapi Impostor Syndrome Pada Remaja, Berhasil Lolos PIMNAS 2022

Sejumlah mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)-Riset Sosial Humaniora (RSH) meneliti mengenai Peran Komunikasi Keluarga dalam menghadapi Impostor Syndrome pada Remaja. Adapun tim PKM-RSH UPI ini terdiri dari 4 mahasiswa diantaranya Abijar As’adillah Sudrajat (Ilmu Komunikasi 2021), Hasfi Mutiara Insani (Psikologi, 2019), Meiliani Maulidia Putri (Ilmu Komunikasi, 2021), dan Wilda Riva Fadhillah (Ilmu Komunikasi 2021).

Di bawah bimbingan Dr. Wina Nurahayati Praja, M.Pd. tim PKM-RSH melakukan penelitian dengan judul “Peran Komunikasi Keluarga dalam Menghadapi Impostor Syndrome Remaja saat Pandemi Covid-19”. Ide penelitian ini berangkat dari banyaknya fenomena yang terjadi pada masyarakat terutama pada masa remaja seringkali tidak mengenali jati diri mereka juga meragukan kemampuan yang ia miliki.

Menurut Abijar sebagai ketua tim mengungkapkan “Impostor Syndrome itu merupakan sebuah sindrom psikologis yang terjadi akibat seseorang seringkali meragukan atau juga merasa tidak pantas meraih pencapaian dan kesuksesannya sendiri”. DiGuilio pada tahun 2021 mengungkapkan bahwasannya Impostor Syndrome di masa pandemi ini berdampak semakin buruk untuk keadaan seseorang.

Fenomena Impostor Syndrome seringkali terjadi pada masa perkembangan anak usia remaja. Beberapa keluarga sering membanding-bandingkan prestasi anaknya dengan saudara kandung ataupun temannya bahkan memujinya berlebihan. Seharusnya keluarga adalah orang-orang yang menjadi dorongan terbesar dalam motivasi untuk menjadi sukses, tetapi kenyataanya malah sebaliknya. Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui fenomena ini dan bagaimana cara berkomunikasi dengan anak mengenai kondisi ini. Komunikasi sudah menjadi tombak utama dalam keluarga. Adanya kesalahan penyampaian dapat merubah secara keseluruhan makna apa yang sebenarnya ingin disampaikan orang tua kepada anaknya.

Hasil penelitian yang dilakukan Abijar dkk. Menunjukan bahwasannya peran komunikasi keluarga dalam mengahadapi Impostor Syndrome pada remaja sangat lah penting. Berikut adalah pola komunikasi keluarga dalam menghadapi Impostor Syndrome: Keluarga sebagai Support System (Komunikasi Antarpribadi), Mengedepankan proses belajar dibandingkan dengan hasil proses (Komunikasi Kognitivisme), Tidak banyak menuntut untuk menjadi seperti orang lain (Komunikasi Kontruktivisme), Apresiasi segala pencapaian (Komunikasi Nativisme). Pola komunikasi keluarga tersebut dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh orang tua guna menghadapi perkembangan anak yang baik.

Tim yang merupakan gabungan dari jurusan Ilmu Komunikasi dan Psikologi diharapkan dapat memberikan kontribusi serta menambah khazanah keilmuan pada bidang komunikasi dan psikologi terkait dengan permasalahan komunikasi keluarga dalam menghadapi impostor syndrome remaja di masa pandemi covid-19 yang marak terjadi namun luput dari antensi kebanyakan orang, dengan demikian kesadaran akan pentingnya komunikasi keluarga serta kesehatan mental akan menjadi hal krusial yang selalu diperhatikan. (Teks & Foto: Kontributor Berita UPI)