Ratusan Mahasiswa UPI Hadiri Seminar Kebhinekaan
|Bandung, UPI
Himpunan Mahasiswa Pendidikan IPS (HIMA PIPS) UPI menggelar seminar dan diskusi publik yang bertajuk “Pemuda Cerdas dalam Revitalisasi Kebhinekaan untuk Memperkuat Persatuan”. di Gedung Balai Pertemuan Umum (BPU) Kampus UPI Bumi Siliwangi, pada Selasa (24/04/2018). Acara seminar dan diskusi publik dibuka secara resmi oleh Dr. H. Mupid Hidayat, M.A. selaku Direktur Direktorat Kemahasiswaan UPI. Turut hadir Dr. H. Mamat Ruhimat, M.Pd., selaku Wakil Dekan 1 FPIPS UPI, dan Dosen Kemahasiswaan Pendidikan IPS UPI Muhammad Iqbal, S.Pd., M.Si.
Seminar dan diskusi publik 2018 ini merupakan salah satu dari rangkaian acara SOCIALICIOUS yang diselenggarakan oleh HIMA PIPS UPI. Dalam sesi Diskusi Publik sebagai narasumber Kolonel Kav Tjetjep Darmawan sebagai perwakilan Kementerian Pertahanan Provinsi Jawa Barat, Prof. Dr. Cecep Darmawan, S.Pd., S.IP, M.Si., M.H. selaku Guru Besar Ilmu Politik UPI, Dadang Setiawan, S.IP., M.Si selaku Kepala Bidang Bina Ideologi dan Wawasan Kebangsaan KESBANGPOL Kota Bandung, dan Ilhamsyah Maulana yang merupakan Mahasiswa Berprestasi UPI tahun 2017. Sedangkan pada sesi Seminar bertindak sebagai narasumber kunci di acara ini ialah Dr. H. Adhyaksa Dault, SH.M., M.Si.
Di awal pemateriannya Adhyaksa menyinggung terkait mental menerabas yang dimiliki masyarakat Indonesia. Dimana masyarakat Indonesia cenderung melupakan proses-proses yang harus dilaluinya ketika ingin mencapai sesuatu. Padahal betapa pentingnya sebuah proses dalam membentuk pemimpin di masa yang akan datang,
“Orang sering mengatakan pemuda hari ini adalah pemimpin masa yang akan datang, tetapi orang lupa dengan keseharian-keseharian yang disebut proses. Dimana proses-proses tersebutlah yang akan membuat pemuda hari ini bisa memimpin di masa yang akan datang” paparnya di hadapan ratusan peserta seminar yang hadir dalam kegiatan.
Menurutnya pemimpin yang bagus adalah pemimpin yang melalui tahapan-tahapan bukan pemimpin yang tiba-tiba muncul tanpa melalui tahapan-tahapan menjadi pemimpin politik dan hanya mengandalkan kedekatannya dengan partai politik.
“Ketika orang ingin menjadi pemimpin ada tiga hal yang mungkin dilakukannya, yang Pertama, jika dia orang yang memiliki materi lebih, dia akan menggunakannya untuk menjadi pemimpin. Kedua, dia akan menggunakan dana APBD sebagai modal untuk naik menjadi pemimpin, dan yang terakhir adalah dengan menggunakan sponsor-sponsor guna mendukung dia sebagai pemimpin, hal inilah yang paling berbahaya, sebab ketika calon pemimpin tersebut berhasil naik menjadi seorang pemimpin, maka politik balas budipun tidak bisa dihindarkan yang akhirnya masuk ke KPK”, jelasnya.
Sementara itu, Prof.Cecep Darmawan, memaparkan bahwa keberagaman merupakan suatu keniscayaan. Dimana Indonesia adalah mozaik keindahan dari perbedaan suku, ras, agama, budaya, bahasa, seni, dan golongan politik, golongan ormas, yang terhimpun wadah kesatuan negara yang tercinta Indonesia, berideologi yang sama yaitu Pancasila, dan menghormati konstitusi, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Beliau juga menyampaikan bahwa keragaman masyarakat yan dibina secara harmoni dengan menumbuh kembangkan solidaritas organik dan solidaritas mekanik akan meningkatkan kohesifitas sosial dan integrasi nasional yang makin kokoh dalam bangunan keindonesiaan.
Sejalan dengan hal tersebut, Kolonel Tjejep Darmawan mengatakan bahwa pemahaman terhadap Wawasan Kebangsaan sangatlah diperlukan sebagai bina jati diri bangsa agar mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Sebab, dalam wawasan kebangsaan terkandung kristalisasi nilai-nilai kebangsaan Indonesia, seperti Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Demokrasi, Keadilan, Pluralisme & Multikultural, dan Patriotisme.
Hal yang disampaikan tersebut sangatlah sesuai dalam menghadapi permasalahan yang kini sedang terjadi di Indonesia. Seperti yang dipaparkan oleh Dadang Setiawan selaku perwakilan Kesbangpol Kota Bandung, bahwa kondisi permasalahan-permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia seperti banjir, kemacetan, tawuran, penyampaian opini yang tidak patut, seks diluar nikah, dsb. Indonesia dirasa masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Terutama dalam menyikapi perbedaan bukan sebagai akar konflik, tetapi merupakan kekuatan. Lahirnya bangsa Indonesia dilandasi rasa senasib dan sepenanggungan, serta rasa seperjuangan di masa penjajahan. Maka dari itu peranan pemuda bagi masyarakat dan bangsa adalah menjadi promotor, inisiator, motivator, fasilitator, organisator, mediator, dan organisasi pembelajar. Sesi Diskusi Publik ini ditutup dengan statement dari Ilhamsyah Maulana yang mengatakan bahwa mahasiswa perlu melakukan bela negara dalam menjaga persatuan bangsa. Salah satunya dengan menjadi mahasiswa yang memiliki fleksibilitas yang tinggi sehingga mampu mempercepat diri untuk mengikuti berbagai perubahan yang terjadi, sehingga generasi muda Indonesia dapat bersaing baik secara regional,nasional, maupun internasional. (Siti Nurjanah, Dimas Febriansyah, Fitri Rahmawati – LIMAS UPI)