Rektor UPI dalam Bincang Inovasi: Terus Berinovasi untuk Meraih Prestasi

Bandung, UPI

Penyelenggaraan Pameran INNOFEST 2023 ini saya kira sangat penting agar supaya masyarakat mengenal dan merekognisi apa-apa yang sudah diperbuat oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Jadi, pikiran inovasinya penting, risetnya penting, kemudian proses hilirisasi kerja sama dan sebagainya juga penting, tapi ujungnya kan harus diketahui orang lain, kalau tidak diketahui, untuk apa juga. Oleh karena itu, pameran seperti ini adalah merupakan bagian dari rangkaian-rangkaian kegiatan inovasi yang sampai pada proses paten dan hilirisasi.

Pernyataan tersebut diungkapkan Rektor UPI Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., dalam acara Bincang Inovasi pada Pameran Produk Inovasi dan Kewirausahaan Mahasiswa di Gedung CoE lantai 1 dan lantai 2 Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Rabu (18/10/2023).

“Pikiran-pikiran yang inovatif ini perlu diterjemahkan dalam bentuk riset. Pikiran inovatif tanpa riset jadi common sense, tidak akan ada orang yang percaya. Supaya percaya kalau pikiran itu bagus dan baik, inovasi itu memiliki nilai kebaruan (novelty) dan kebermanfaatannya,” tegas Prof. Solehuddin.

UPI sudah berusia 69 tahun, ujarnya lagi, sudah banyak riset dilakukan, sekarang sudah saatnya kita dapat menghasilkan produk inovasi. Karena suatu produk dikatakan sebagai produk inovasi, ukurannya hanya 2, pertama memiliki nilai kebaruan (novelty), dan kedua dapat dimanfaatkan masyarakat atau bernilai ekonomi atau komersialisasi. Apabila tidak memiliki dua unsur itu, maka itu belum inovasi, tapi baru invensi. UPI sekarang harus lebih tampil lagi dengan karya-karya inovasi sebagai unggulan UPI.

Dijelaskannya,”Untuk paten, apa-apa yang selama ini telah dilakukan DIPUU, seperti sosialisasi, pendampingan, menyusun draf paten (drafting paten), mengundang reviewer dari Dirjen Kekayaan Intelektual (DJKI), tentu harus ditingkatkan agar setiap tahunnya yang mendaftarkan paten itu terus meningkat, sehingga jumlah paten UPI tidak kalah dengan PTN BH lainnya.”

Fasilitasi secara maksimal terhadap para dosen yang akan mendaftarkan paten dan bantu biaya pendaftarannya. UPI akan terus memberikan penghargaan/insentif terhadap para dosen yang memperoleh paten.

Sementara itu tentang komersialisasi produk inovasi, ini tantangan bagi kita. Mindset kita memang harus dibuka terhadap komersialisasi ini. Aspek komersialisasi dari hasil kegiatan akademik memang sering tidak menjadi fokus. Dalam peraturan MWA kita mengenai bisnis itu sudah diatur, yaitu ada bisnis akademik dan bisnis penunjang. Bisnis akademik ini tidak lain adalah komersialisasi produk inovasi, karena inovasi dihasilkan dari salah satu kegiatan akademik, yaitu penelitian.

Dikatakannya lagi,”Tentang berkolaborasi dengan industri, menurut saya potensi dan jalurnya sangat besar. Misalnya melalui praktek magang diindustri yang dilakukan oleh prodi terkait, ini merupakan peluang untuk ditindaklanjuti kearah kolaborasi yang lebih luas. Apalagi sekarang kerjasama dengan industri ini menjadi salah satu target IKU yang harus dipenuhi. Jadi hal ini sangat besar peluangnya bagi kita untuk berkolaborasi dengan Industri. Tinggal bagaimana komitmen kita untuk mewujudkannya secara sungguh-sungguh. Sebab industri itu memiliki cara kerja yang professional, berarti kita juga harus professional.”

Bagaimana caranya kita agar bisa menghilirisasi penelitian, tanya Prof. Solehuddin. Tentunya kita harus kreatif, banyak peneliti kita yang kreatif, terus mengembangkan hasil penelitiannya menjadi suatu produk inovasi yang dapat dimanfaatkan masyarakat. Kita juga harus pandai memanfaatkan kesempatan atau peluang yang ada, misalnya ada program matching fund, LPDP, dan program lainnya. Matching fund kegiatannya adalah hilirisasi produk inovasi dengan berkolaborasi dengan industri. UPI akan terus mendorong hilirisasi ini, karena selain telah menjadi kebijakan Presiden Jokowi, juga sudah menjadi target Renstra UPI yang harus dicapai, yaitu melaksanakan hilirisasi hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Terkait inovasi di bidang pendidikan, kita harus kembangkan, karena kontribusi UPI terhadap dunia pendidikan nasional itu bukan hanya pemikiran dan hasil riset saja, tetapi bagaimana UPI dapat menghasilkan banyak produk inovasi yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan kita khususnya di sekolah. Misalnya digitalisasi pengelolaan pendidikan di sekolah, pemanfaatan teknologi informasi dalam pembelajaran, pengembangan media belajar, bahan ajar, dan sebagainya.

Di era revolusi industri ini, kalau dunia pendidikan kita tidak mampu memanfaatkan teknologi informasi, maka sudah pasti akan tertinggal dari negara lain. Oleh karena itu, kita juga harus meningkatkan para guru kita agar melek terhadap teknologi informasi, jangan sampai guru-guru ketinggalan melek teknologi oleh para siswanya. UPI tentu bertanggung jawab untuk membina calon guru agar memiliki ketrampilan dalam memanfaatkan teknologi informasi.

“Melalui Penyelenggaraan Pameran INNOFEST 2023 ini, diharapkan dapat menjadi ajang bertemunya para inventor UPI dengan industri, sehingga nantinya ada industri yang tertarik dengan produk inovasi UPI, kemudian dilanjutkan dengan kerjasama untuk mengembangkan dan memproduksinya. Sementara itu, untuk pengembangan produk inovasinya, diharapkan nanti penelitian-penelitian itu bukan hanya menghasilkan artikel yang dipublikasikan pada jurnal internasional saja, tetapi juga dapat menghasilkan minimal suatu prototipe yang berpotensi untuk dihilirisasi,” harap Prof. Solehuddin.  (dodiangga/foto:riza)