Strategi Penulisan dan  Penerbitan Buku

Bandung, UPI

Pada kenyataanya, ketika kita mengawali untuk memulai menulis, baik itu skripsi, tesis, disertasi, maupun karya ilmiah lainnya, kerapkali kita dihadapkan pada berbagai variable kendala dan hambatan, seperti merasa tidak berbakat menulis, tidak memiliki ide, tidak suka menulis, tidak berani menerima kritik, dan merasa tidak memiliki waktu.

Demikian ungkap Ketua Prodi Ekonomi Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia (SPs UPI) Prof. Dr. H. Suwatno, M.Si., saat memberikan paparannya terkait Strategi Penulisan dan Penerbitan Buku di hadapan 40 orang dosen Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) UPI dalam kegiatan Pelatihan atau Workshop Penulisan Buku, di Ruang Meeting Ruby Hotel Travello, Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 268, Bandung, Rabu (25/4/2018).

Lebih lanjut dikatakan,”Sesungguhnya banyak diantara kita yang ingin menjadi penulis, namun hanya sekian persen dari kita yang dapat mewujudkannya. Kendala yang dihadapi biasanya dari faktor internal, lebih pada motivasi dan etos yang kuat, jika terlewati maka jadilah sebuah karya tulis.”

Motivasi adalah alasan untuk berbuat, ujarnya, jika kita tidak memiliki alasan rasional, emosional, sosial atau spiritual yang kuat untuk menulis, maka kendati kita memiliki bakat dan kemampuan yang cukup untuk menjadi seorang penulis, sampai kapanpun kita tidak akan menghasilkan sebuah karya tulis.

Mengapa kita menulis dan bagaimana caranya menulis? tanyanya. Pertanyaan kenapa, lebih filosofis dan berhubungan  dengan nilai, visi dan misi hidup kita di dunia. Sementara itu pertanyaan bagaimana, lebih bersifat teknis dan jawabannya cenderung mudah dipelajari melalui proses latihan.

Ditegaskannya,”Alasan mengapa kita menulis bisa sangat beragam, misalnya orientasi material, orientasi eksistensial, orientasi personal, orientasi sosial, dan orientasi spiritual. Dalam dunia tulis-menulis, tujuan pragmatis seperti untuk mendapatkan materi atau memburu popularitas merupakan motivasi yang sah-sah saja.”

Ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan untuk menjadi seorang penulis yang baik, ungkapnya, antara lain pertama read, berapa banyak buku dan bahan bacaan lain yang sudah pernah kita baca. Kedua, discuss, berapa sering kita mendiskusikan dan merenungkan isi buku yang pernah kita baca. ketiga, look & feel, berapa sering kita mengamati dan merasakan apa yang terjadi di lingkungan kehidupan sekitar kita. Keempat, socialize, seberapa luas pergaulan dan area sosialisasi kita dengan orang lain?

“Adapun Kegiatan-kegiatan yang perlu kita lakukan dalam proses ini antara lain menggali dan menemukan gagasan/ide, menentukan tujuan, genre dan segmen pembaca, menentukan topik, membuat outline, dan mengumpulkan bahan materi/buku,” harapnya.

Kemudian bagaimana caranya kita menulis, jawabannya adalah lakukan saja, pintanya. jadi tulis dulu, edit dan revisi nanti. Penulis pemula sebaiknya lebih fokus pada ketekunan (persistence) dalam proses menulis. Menulis itu harus sabar. Tulislah semampu kita terlebih dahulu. Jangan berfikir harus sempurna, dan jangan terlalu idealis.

Dijelaskannya,”Dalam proses menulis, ada baiknya kita memperhatikan hal-hal seperti memiliki time target, discipline, comfortability, facilities, dan memiliki mood booster. Setelah kita menyelesaikan naskah kasar dari buku yang kita tulis (rough draft), tahapan berikutnya yaitu penyuntingan (editing), revisi (revising), dan publikasi (publishing) seperti pengiriman naskah, pracetak, promosi dan distribusi.” (dodiangga/cawal)